Strategi Dakwah di Era Digital: Menyentuh Generasi Muda dan Menjaga Kearifan Lokal

2 weeks ago 20

INIPASTI.COM – Kegiatan Pembinaan Mubaligh Pemerintah Kota Makassar angkatan ke-2 berlangsung pada Selasa, 25 Februari 2025, di Gedung Islamic Center IMMIM.

Acara ini mengusung tema “Dengan Pembinaan Mubaligh, Kita Berantas Kesyirikan yang Masih Ada di Masyarakat dan Meningkatkan Psikologi Dakwah Anak Muda di Media Sosial.”

Kegiatan ini dihadiri oleh para pengurus masjid, dai, ulama, serta kyai, dengan menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Anregurutta Dr. KH. Amrullah Amri dan Prof. Dr. Nurhidayat M. Said.

Keduanya membahas strategi dakwah yang relevan dengan perkembangan zaman, khususnya dalam menghadapi tantangan dakwah di media sosial bagi generasi muda.

Pentingnya Strategi Dakwah yang Bijak dan Berlandaskan Kearifan Lokal
Dalam paparannya, KH. Amrullah Amri menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk refreshing bagi para mubaligh dalam menyampaikan dakwah secara efektif.

Ia mengingatkan bahwa dakwah adalah tugas yang harus dilakukan dengan penuh keikhlasan, tanpa mudah menghakimi atau menjustifikasi sesuatu sebagai bid’ah.

“Setiap orang memiliki cara berdakwah yang berbeda, ada yang berdakwah karena jabatannya, ada yang karena keilmuannya. Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu mengajak orang menuju kebaikan dengan pendekatan yang bijak,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya memahami budaya dan kearifan lokal dalam berdakwah. Sebagai contoh, Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Cirebon mengadopsi strategi yang sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu, seperti tidak langsung melarang penyembelihan sapi yang masih dianggap suci oleh masyarakat.

Di Sulawesi Selatan, tradisi Maccera Tasik di Bulukumba yang awalnya berupa ritual adat, kini telah dimodifikasi menjadi lomba perahu berhias atau Massorong Unti ke laut i Bone, dengan pendekatan dakwah yang lebih relevan.

“Para dai harus mampu memahami konteks syariat, hadits, dan syiar dengan baik. Jangan terlalu cepat menyalahkan, tetapi perbanyak membaca dan berdiskusi agar dakwah semakin kuat dan diterima masyarakat,” tegasnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Nurhidayat M. Said membahas strategi dakwah yang sesuai dengan karakteristik generasi muda, khususnya Generasi Z yang lebih aktif di dunia digital.

Ia mengawali paparannya dengan menyoroti tantangan dakwah di kota megapolitan seperti Makassar, termasuk kendala lalu lintas yang tidak terduga. Menurutnya, para mubaligh perlu memperhitungkan faktor-faktor ini agar dakwah lebih efektif, terutama menjelang waktu berbuka puasa di bulan Ramadan.

Terkait dakwah di media sosial, ia menjelaskan bahwa saat ini terdapat 4,5 miliar pengguna internet aktif di dunia, menjadikan media digital sebagai sarana dakwah yang sangat potensial.

“Generasi Z adalah generasi yang tidak bisa duduk lama mendengarkan ceramah. Mereka lebih tertarik pada konten singkat, padat, dan menarik. Oleh karena itu, para dai harus mampu memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan YouTube untuk menyebarkan dakwah,” paparnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa mubaligh masa kini perlu melek teknologi, termasuk dalam menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk menyusun konten dakwah yang lebih menarik.

“Bagi generasi kolonial, ya sudahlah, sekarang eranya sudah berubah. Jika ingin dakwah tetap relevan, kita harus beradaptasi. Penyampaian dakwah tidak lagi bisa hanya dalam bentuk ceramah panjang, tapi harus lebih visual dan interaktif,” jelasnya.

Menurutnya, idealnya durasi dakwah digital tidak lebih dari 20 menit agar tetap menarik bagi generasi muda.

Acara ditutup dengan sesi foto bersama serta pemberian suvenir kepada para peserta sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi mereka dalam kegiatan ini.

Dengan adanya pembinaan mubaligh seperti ini, diharapkan para dai semakin terampil dalam menyampaikan pesan dakwah yang relevan, efektif, dan diterima oleh masyarakat luas, terutama generasi muda yang hidup di era digital (sdn)

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|