Oleh : Ahmad Usman
Dosen Universitas Mbojo Bima (Alumni UNM dan UNHAS Makassar)
“Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony” (Kebahagiaan adalah ketika apa yang kau pikirkan, apa yang kau katakan, dan apa yang kau lakukan harmonis) (Mahatma Gandhi).
Apa yang diungkapkan oleh Gandhi di atas sejiwa dengan pemahaman terhadap amanah. Amanah memiliki arti dapat dipercaya atau sesuatu yang dipercayakan; bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang diberikan; keinginan untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan. Amanah adalah titipan yang menjadi tanggungan, bentuk kewajiban atau utang yang harus kita bayar dengan melunasinya sehingga kita merasa aman atau terbebas dari segala tuntutan (Tasmara, 2002).
Guru yang amanah adalah guru yang dapat dipercaya. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru, mendidik dan mengajar. Senang memberikan yang terbaik untuk tugas mulianya itu dan sedih jika tak mampu memberi yang terbaik.
“Al-Thariqah ahammu min al-maddah, wa lakin al-mudarris ahammu min al-thariqah” (Metode pembelajaran lebih penting daripada materi belajar, tetapi eksistensi guru dalam proses pembelajaran jauh lebih penting daripada metode pembelajaran). Hal ini senada dengan ungkapan negarawan Vietnam, Ho Chi Minh (1890-1969), “No teacher, no education” (tanpa guru, tidak ada pendidikan).
Sosok guru sering dideskripsikan sebagai manusia yang mulia karena merupakan sosok yang digugu (dipercaya) karena keilmuannya dan ditiru (diteladani) karena perilakunya (Atiyyah al-Abrasyi dalam Abudullah, 2016). Gambaran seperti itu tidak berlebihan karena bagaimanapun guru adalah bagian dari pewaris para nabi (at-Turmuzi, 1998).
Dalam QS Ali Imran : 161-164, terangkum dua sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya dan tiga tugas utama guru. Kedua sifat itu mutlak harus dimiliki oleh seorang guru agar tugas utama guru berhasil dengan baik. Dua sifat utama itu adalah amanah dan ikhlas (Abudullah, 2016). Pertama, amanah. Dalam melaksanakan tugasnya guru harus amanah karena sesungguhnya ilmu adalah amanah Allah di pundak ulama atau guru. Keberhasilan tugas para rasul dalam membina umatnya tidak bisa lepas dari sifat amanah yang mereka miliki. Demikian juga ulama atau guru dalam mendidik umat atau murid-muridnya tidak akan berhasil bila tidak ada amanah di pundak mereka. Ulama atau guru tidak boleh khiyanah dengan menyembunyikan ilmu apalagi kalau ilmu itu sangat mendesak dibutuhkan oleh umat atau murid.
Kedua, ikhlas. Dalam melaksanakan tugasnya, guru harus berniat semata-mata mencari keridaan Allah (ikhlas) bukan lainnya karena ikhlas adalah ruh dari semua aktifitas (amal). Amal yang zahir itu gambaran (tubuh) yang tegak sedang ruhnya adalah keberadaan ikhlas (Darat, tt). Jika ruh meninggalkan badan, maka badan itu tidak bisa bergerak dan tidak ada lagi yang bisa diharapkan, demikian juga amal bila tidak ada ikhlas, maka tidak akan berarti lagi (al-Galayini). Ini bukan berarti guru dilarang menerima gaji, bayaran atau upah. Namun gaji, bayaran, atau upah bukan tujuan utama dalam mengajar, sehingga ketiadaan gaji, bayaran, upah atau sejenisnya tidak boleh menghalanginya untuk tetap mengajar.
Amanah dalam Profesi Guru
Dalam perspektif Islam (Al-Qur’an dan Hadis), amanah dapat dilihat dari berbagai dimensi. Dalam Al-Quran terdapat enam kata amanah, yaitu Al-Qur’an surat Al Ahzab: 72-73, amanah sebagai tugas atau kewajiban; surat Al Baqorah: 283, amanah sebagai hutang atau janji yang harus ditunaikan; surat An Nisa’:58, amanah sebagai tugas yang harus disampaikan pada yang berhak; surat Al Anfal: 27, tentang menjaga amanah; surat Al-Mukminun: 8, anjuran memelihara amanah; dan surat Al Mangarij: 32 anjuran memelihara amanah. Karena amanah merupakan kewajiban yang dibebankan Allah kepada manusia, jika pendidik dan peserta didik menunaikan amanahnya secara baik, maka yang didapat bukan hanya kualitas yang baik tapi juga pada pemenuhan kewajiban yang merupakan ibadah kepada Allah.
Menjadi guru adalah amanah yang amat mulia, karena guru adalah seseorang yang diutus Allah untuk memberi pengetahuan kepada manusia di dunia ini, guru adalah orang yang diberi amanah oleh Allah untuk mengajar dan mendidik manusia di dunia ini, maka mulialah seorang guru yang bisa mengemban amanah ini, guru juga adalah penunjuk ke jalan kebaikan, menjadi seorang guru adalah ibadah yang disyariatkan oleh Allah karena seorang guru senantiasa menyebarkan kebaikan dan membimbing murid untuk menjadi lebih baik dan benar (Hermawan, dkk., 2020).
Menjadi pendidik adalah amanah Allah untuk menyampaikan ilmu pengetahuan agar yang menerima ilmu mampu menjadi manusia yang dapat mengemban amanah dari Allah berupa ilmu pengetahuan untuk kepentingan kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Seorang guru hendaklah amanah. Artinya, guru dapat dipercayai. Kepercayaaan terhadap guru akan timbul bila guru mampu melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin. Secara akademik, guru akan dipercayai bila memiliki penguasaan bidang akademik yang digelutinya. Secara moral, akan dipercayai bila guru benar-benar melaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, serta memiliki sifat-sifat yang terpuji.
Guru era baru ditantang untuk mempersiapkan diri menjawab tantangan masa depan. Amanah, menjadi kunci bagi guru dalam memberikan teladan kepada peserta didik dan menjawab tantangan masa depan tersebut.
Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi (Usman, 2024), amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.
Salah satu keutamaan menjaga amanah adalah Allah menjanjikan kepada umatnya sebagai salah satu penghuni surga Firdaus dan akan hidup kekal di dalamnya. Dikatakan dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-11.
Profesi guru adalah sebuah amanah yang harus dijalankan oleh setiap manusia yang mendedikasikan dirinya sebagai seorang pengajar atau pendidik yang biasa kita sebut guru.
Amanah adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai memiliki kemampuan untuk mengembannya. Artinya amanah seorang guru adalah bagaimana seorang guru membimbing, membina, mengayomi dan memberi teladan terhadap perserta didiknya dengan penuh keikhlasan.
Kalau tidak, sebagai orang tua memiliki harapan besar saat menitipkan anak-anakanya ke sekolah. Orang tua menginginkan keberhasilan putra-putri mereka baik keberhasilan dari segi koginitif (ilmu pengetahuan) maupun akhlakul karimah (perilaku terpuji) sang anak sehingga anak-anak mereka bisa menjadi cerdas secara ilmu dan akhlaknya. Orang tua memberikan kepercayaan penuh kepada guru dalam proses pendidikan di sekolah.
Memang, tugas seorang pendidik tidak hanya sebatas menyampaikan materi pembelajaran saja, bahkan ia merupakan tugas berat dan sulit, tetapi akan mudah bagi guru yang tetap memegang teguh amanah yang diberikan. Tentunya guru yang dapat memegang teguh amanah yang diberikan tidak bisa lepas dari karakter guru tersebut.
Sifat amanah bisa dianalogikan dengan kompetensi sosial. Dalam menjalankan tugasnya, interaksi dengan masyarakat adalah suatu keniscayaan. Keterampilan dalam berkomunikasi, berinteraksi, bekerja sama, bergaul simpatik adalah bagian dari kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru. Kemampuan tersebut menjadikan guru akan mudah berinteraksi dengan orang tua peserta didik, antara sekolah/madrasah dan masyarakat akan berjalan harmonis karena dijembatani oleh seorang guru yang berkompeten (Octavia, 2022). Arifin (2013) dalam nilai diri yang amanah itu ada beberapa nilai yang melekat yaitu rasa tanggung jawab (taqwa), mereka ingin menunjukan hasil yang optimal atau islah, kecanduan kepentingan dan sense of urgency, mereka merasakan bahwa hidupnya memiliki nilai ada sesuatu yang penting. Mereka merasa dikejar dan mengejar sesuatu agar dapat menyelesaikan amanahnya dengan sebaik-baiknya. Al-Amin, kredibel, ingin dipercaya dan mempercayai. Guru punya rasa memiliki dan tanggung jawab yang tinggi, memiliki kemampuan mengembangkan potensi secara optimal, memiliki kemampuan mengamankan dan menjaga kelangsungan hidup serta kemampuan membangun kemitraan jaringan.
Makna Amanah
“Kerja seorang guru tidak ubah seperti kerja seorang petani yang senantiasa membuang duri serta mencabut rumput yang tumbuh di celah-celah tanamannya” (Abu Hamid Al Ghazali).
Amanah merupakan kepercayaan yang diberikan kepada seseorang untuk ditunaikan kepada yang berhak (Amirin, 2007). Orang yang amanah adalah orang yang dapat menjalankan tugas yang diberikan. Amanah adalah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujudkan sesuatu yang dilakukan dengan penuh komitmen, kompeten, kerja keras, dan konsisten (Hidayatullah, 2010).
Amanah merupakan sebuah prinsip yang bersifat humanis-transenden(Iwan Triyuwono, 2009). Humanisdiartikan sebagai hubungan antara sesama manusia. Transendendiartikan sebagai hubungan manusia dengan Tuhannya. Prinsip amanah merupakan salah satu sifat Nabi Muhammad SAW yang berarti dapat dipercaya.
Makna lain dari amanah menurut Muhammad Al-Ghazali sebagaimana diterjemahkan Abu Laila dan Muhammad Tohir (1995). Pertama, amanah hakikatnya adalah kewajiban agama yang diwanti-wanti kepada kaum muslimin agar dijaga baik-baik, bahkan dianjurkan pada setiap muslim untuk memohon inayah (pertolongan) Allah agar dapat memeliharanya dengan sebaik mungkin. Kedua, barang titipan yang dipercayakan pada kita untuk dijaga baik-baik dan kemudian akan diserahkan kembali pada yang berhak menerimanya saat diminta, tentunya merupakan salah satu makna amanah juga. Ketiga, menempatkan sesuatu pada tempatnya juga termasuk dalam pengertian amanah. Antara lain, tidak menyerahkan atau mempercayakan kedudukan kecuali pada orang yang benar-benar mumpuni serta berhak. Keempat, termasuk makna amanah pula, jika seseorang tidak menyalahgunakan jabatan yang dipercayakan padanya untuk menarik keuntungan pribadi atau kepentingan golongannya. Karena, usaha “menggemukkan perut” ataupun “menebalkan kantong” menggunakan aset umum merupakan upaya penyelewengan tanggung jawab dan tentu saja perbuatan dosa. Kelima, termasuk dalam pengertian amanah juga, ketika seseorang harus menjaga dan berusaha sekuat-kuatnya agar ia dapat melaksanakan tugas kewajiban yang dipikulkan padanya dengan baik dan sempurna. Keenam, amanah juga berarti memelihara anggota tubuh yang telah dikaruniakan Allah pada kita, beserta kenikmatan-kenikmatan lain yang khusus dianugerahkan pada kita. Ketujuh, amanah juga menjaga suasana majlis, maksudnya tidak mengungkap hal-hal tertentu yang semestinya dirahasiakan. Kedelapan, bagi pasangan suami-istri, amanah berarti menjaga rahasia pasangannya dan tidak membocorkan ke orang luar mengenai apa yang terjadi dalam kehidupan rumah tangganya.
Karakteristik Pribadi Guru yang Amanah
Guru mempunyai akad ‘jual beli jasa’ dengan orangtua yang sudah menitipkan anak-anaknya pada mereka. Ketika dia tidak melaksanakan tugasnya dengan benar, maka guru bukanlah orang yang memegang amanah (Octavia, 2022).
Amanah adalah sebuah kepercayaan yang harus diemban dalam menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya dengan penuh komitmen, kompeten, kerja keras dan konsisten. Orang yang memiliki karakter amanah mempunyai ciri-ciri : pertama, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap segala sesuatu yang menjadi kewajibannya; kedua, memiliki kemampuan dan kemauan untuk selalu mengembangkan dirinya demi memperlancar penyeleseian tugas-tugasnya; ketiga, mampu mengamankan dan menjaga kelangsungan hidup dan yang terakhir adalah mampu membangun sebuah ikatan kerja atau jaringan kerja untuk menyeleseikan tugas bersama dengan tim. Amanah bagi guru adalah karakter untuk menyeleseikan segala tugas dan kewajibannya. Namun bagi siswa nilai karakter amanah bisa diartikan untuk memberi kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu dengan penuh tanggung jawab sehingga akan terlatih sampai menjadi sebuah karakter yang melekat pada anak (Octavia, 2022).
Bagaimana meningkatkan kepercayaan orang terhadap guru? Pertama, guru hendaklah menyadari kedudukannya sebagai guru baik di sekolah maupun di tengah-tengah masyakarat. Sebagai guru dia selalu memperlihatkan sikap dan perilaku yang mendidik, dan menjadi teladan bagi lingkungannya. Kedua, guru hendaklah sesuai kata dengan perbuatan. Apa yang telah diucapkan, buktilah dengan perbuatan. Ketiga, guru hendaklah selalu belajar dan terus belajar. Guru hendaklah senantiasa menambah pengetahuannya. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, dia akan mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Keempat, guru hendaklah melaksanakan tugas dengan tuntas dan benar. Amanah yang diemban sebagai pendidik hendaklah dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab (Roqib dan Nurfuadi, 2020).
Para guru harus mampu menjadi pemimpin yang amanah dihadapan para peserta didiknya. Dengan begitu, ada figur atau imam yang dijadikan tolak ukur para peserta didik dalam bertindak. Para guru harus mampu menciptakan para pemimpin masa depan yang berakhlak mulia melalui ilmu yang disampaikannya. Karena itu, guru yang baik tidak hanya mengajar saja, tetapi dia mampu untuk mendidik.
Kejujuran dan amanah mempunyai hubungan yang sangat erat, karena jika seseorang telah dapat berlaku jujur pastilah orang tersebut amanah (terpercaya). Maksud amanah adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak melebihi hak orang lain (Qardhawi, 2011).
Guru harus bersifat amanah. Siswa-siswa yang ada di sekolah adalah amanat dari orang tua mereka dan hakikatnya negara untuk diajar dan dididik oleh guru. Guru harus melaksanakan amanat tersebut dengan sebaik-baiknya. Salah satu bentuk sifat amanah guru adalah dengan melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Menjadi guru bukan hanya sekadar profesi atau mencari penghasilan, tetapi juga panggilan nurani. Ketika melakukan suatu pekerjaan yang dilakukan disertai hati nurani, maka akan terasa ringan, dan insya Allah akan berkah (Wijaya dan Amiruddin, 2019).
Amanah adalah salah satu sifat wajib bagi Rasul. Guru yang amanah adalah dalam melaksanakan tugas, pada dasarnya mewarisi salah satu sifat Rasul tersebut.Dan hati-hati bagi yang tidak amanah, karena bisa termasuk sifat orang munafik, yaitu khianat.
Karakteristik personal pribadi guru yang amanah atau indikator guru yang amanah, di antaranya: guru berkata jujur, menjaga kepercayaan dari orang lain, saya sepenuhnya dapat dipercaya, menepati janji, berkata sesuai dengan fakta, menjaga titipan seperti semula, menyampaikan pesan dengan baik, menyelesaikan tugas tepat waktu, mengerjakan sesuatu sampai tuntas, melaksanakan tugas yang diberikan, melaksanakan sholat waktu tepat waktu, mengerjakan sesuatu dengan serius, patuh pada aturan, serius mencapai tujuan, mengerjakan pekerjaan sepenuh hati, melaksanakan ibadah sunnah secara rutin, teguh memegang prinsip, berusaha menghibur orang lain, peduli dengan orang lain, berusaha menolong orang lain walaupun di waktu sibuk, menjadi tempat berbagi (sharing) masalah teman, dan bertindak sesuai hati nurani (Agung dan Desma Husni, 2016).
Tanda-tanda sikap amanah, di antaranya: jujur ketika berbicara, jujur ketika berjanji, laksanakan ketika diberi amanat, tundukan pandangan kalian, jagalah kemaluan, dan kendalikan tangan kalian.
Indikator Karakter Amanah
Indikator karakter amanah menurut Tasmara (2001), di antaranya: prinsip, harmoni, cinta, teliti, analisa, kecepatan, fakta, tanggungjawab, respek, tepat janji, wewenang, jabatan, misi, kehormatan, dan kepercayaan.
Amanah dapat diukur berdasarkan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif (Agung & Husni, 2017). 1) Prototipe orang amanah adalah orang yang memiliki karakter positif, seperti dapat dipercaya, bertanggungjawab dan jujur, dan orang yang mampu melaksanakan tugas yang diberikan, dan 2) komponen dalam skala amanah yaitu integritas, melaksanakan tugas dan kebajikan.
Dalam menjalankan perannya guru yang amanah dalam pengabdiannya diartikan sebagai pendidik dan pengajar, maka hal yang harus dimiliki oleh seorang guru (Suhendri, 2022). Pertama, sosok guru harus menjadi contoh teladan bagi peserta didik, karena apa yang dilakukan guru akan menjadi tiruan bagi peserta didik seperti pepatah mengatakan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Maknanya adalah jika gurunya masih membuka pikiran untuk berpikir nasional, maka muridnya akan mampu berlari berpikir hingga internasional, atau jika gurunya bersikap kurang sopan, maka muridnya pun akan bersikap lebih tidak sopan. Oleh karena itu, untuk mengubah perilaku murid, maka guru harus mampu memberikan contoh perilaku yang baik. Sebagai contoh untuk melarang agar murid tidak merokok, maka guru juga tidak merokok atau tidak memperlihatkan merokok di depan siswa.
Kedua, guru harus mampu membentuk nilai untuk peserta didik, apalagi saat ini dunia serba terhubung dengan globalisasi, maka antara negara hanya dibatasi oleh peraturan internasional dan aturan negara namun komunikasi, perubahan budaya lewat film, media sosial dan teknologi informasi lainnya tidak mampu dibatasi dan pengaruh globalisasi secara sosial akan mempengaruhi sikap masyarakat ke arah yang negatif dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan adat ketimuran. Maka perlu peran guru dalam membentuk karakter dan kepribadian yang baik serta nilai-nilai kebangsaan yang harus dipertahankan dalam menghadapi globalisasi.
Ketiga, guru yang berwawasan. Makna guru yang berwawasan adalah yang memiliki kemampuan menguasai teknologi, mengasah, dan meng-update semua perkembangan ilmu, tidak ketinggalan informasi dan selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, murid yang dihasilkan akan siap menghadapi realitas kehidupan di dunia nyata.
Keempat, sosok guru harus memiliki jiwa yang ikhlas. Makna ikhlas adalah memberi sebanyak-banyaknya namun tidak meminta balasan. Maknanya adalah harus rela mengabdi walaupun imbalannya sedikit atau harus rela memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada peserta didik walaupun imbalan kecil, dan meyakini bahwa yang dilakukan adalah bentuk amal jariah yang akan menjadi ladang pahala yang tak ternilai baginya di hari akhir nanti.
Dimensi, Bentuk dan Asapek Amanah
Selain dibahas dalam Al-Qur’an, sebagaimana diuraikan di atas, amanah juga dikupas melalui beberapa hadits. Amanah dapat ditemui di beberapa hadits tentang amanah, misalkan, “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban dari yang dipimpinnya….” (H.R. Muslim). “Apabila seseorang membicarakan sesuatu kepada orang lain (sambil) menoleh ke kiri dan ke kanan (karena yang dibicarakan itu rahasia, maka itulah amanah (yang harus dijaga) (HR. Abu Dawud : 3535). HR. Bukhari (33), hadits yang menjelaskan tentang sikap berkhianat adalah salah satu dari ciri kemunafikan. HR. Bukhari (59), hadits yang menjelaskan bahwa diangkatnya amanah menjadi salah satu tanda-tanda kiamat.
Dapat disimpulkan bahwa amanah meliputi tiga dimensi. Pertama, berkaitan dengan hubungan dengan Allah. Dalam hal ini amanah dilihat lebih luas dan dalam. Amanah diartikan sebagai kewajiban hamba kepada Allah yang harus dilakukan manusia. Kedua, terkait dimensi antar manusia. Dalam hal ini amanah dilihat sebagai karakter terpuji dan tugas yang harus dilaksanakan. Ketiga, diri sendiri. Pada dimensi ini amanah dilihat sebagai sesuatu yang harus dikerjakan untuk kebaikan dirinya.
Ketiga dimensi tersebut saling terkait satu sama lain, artinya ketika hanya satu dimensi yang dijalankan, maka amanahnya belum sempurna. Misalkan, ketika individu menunaikan amanahnya kepada Allah seperti menjalankan sholat, tetapi dalam hubungan interpersonal tidak berperilaku amanah, maka dalam perspektif Islam individu tersebut belum dikatakan amanah.
Dimensi amanah menurut Fikni Mutiara Rachma (2019). Pertama, cerdas. Dalam ilmu mantiq (logika), manusia disebut sebagai al-hayawan al-nathiq atau hewan yang berpikir. Kemampuan berpikir menjadi modal utama dalam kehidupannya, karena secara biologis manusia sangat lemah. Menurut Sarlito (2000), manusia merupakan satu-satunya makhluk yang tidak dibekali alat-alat secara alamiah untuk bertahan dalam lingkungannya, misalnya bulu tebal untuk melawan cuaca dingin, sayap untuk bisa terbang, kuku dan taring yang tajam untuk memangsa. Satu-satunya modal utama untuk bertahan hidup adalah kecerdasan.
Sejatinya, manusia secara biologis sangat lemah, bahkan amat bergantung pada pengasuhan (nurturing) orang tuanya atau orang-orang di sekelilingnya, terutama pada fase awal kehidupannya. Faktor kelemahan di bidang ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, antara lain surat 30:54 (lihat juga 4:28). “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Kedua, individual.Yaitu seseorang yang amanah bersifat bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri atas pilihannya. Dalam konteks ini, manusia sendiri yang bertanggungjawab atas sikap yang diambilnya, dalam kata lain berkomitmen terhadap diri sendiri dan tentunya kepada Sang Pencipta Allah SWT.
Ketiga, kehendak. Manusia memiliki kehendak dalam melakukan apa yang mereka inginkan. Selain keseimbangan yang tampak secara fisik dari luar berupa bentuk tubuh yang proporsional dan kemampuan melakukan mobilitas dalam berbagai medan, manusia juga memiliki keseimbangan internal. Keseimbangan internal yang dimaksud di sini ialah sebuah mekanisme yang ada di dalam diri manusia untuk senantiasa melakukan penyesuaian keseimbangan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Keseimbangan internal ini di dalam psikologi dikenal dengan istilah homeostatis.
Ketika manusia merasa haus, lapar, dingin, panas, lelah, atau keadaan-keadaan lain yang tak biasanya, maka homeostatis akan bekerja menyeimbangkan keadaan dan memberi sinyal-sinyal pada tubuh untuk mengambil tindakan yang diperlukan. Homeostatis adalah kecenderungan tubuh untuk terus-menerus memelihara posisi keseimbangan atau “the body’s tendency to maintain a balanced equilibrium” (Santrock, 1988). Inilah yang mendorong manusia berkehendak.
Dalam kehidupan sehari-hari amanah bisa terwujud dalam berbagai aktivitas manusia. Pertama, memelihara titipan orang lain dan mengembalikannya seperti semula. Orang yang dititipi suatu barang, maka ia harus menjaganya sesuai yang dipesankan oleh yang menitipkannya.
Kedua,menjaga rahasia. Menjaga rahasia juga merupakan bagian penting dalam menjaga amanah. Jika seorang muslim dipercaya untuk menjaga rahasia, baik rahasia pribadi, rahasia keluarga, rahasia kelompok, maupun rahasia negaranya, maka ia wajib menjaganya dengan penuh tanggung jawab.
Ketiga,tidak menyalahgunakan jabatan yang dipegangnya. Orang yang kebetulan mengemban jabatan tertentu (pemimpin) juga merupakan amanah yang harus dijaga. Ia harus melaksanakan amanahnya di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan aturan yang berlaku.
Keempat,menunaikan kewajiban dengan baik. Orang yang menjaga amanah harus dapat melaksanakan kewajiban yang dipikulnya dengan baik. Manusia yang sanggup menjaga amanah di muka bumi ini wajib menjaga dan memakmurkan bumi ini. Betapapun beratnya kewajiban ini, manusia harus tetap melaksanakannya. Sebagai pemimpin, manusia harus melaksanakan seluruh kewajibannya. Ia akan mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di hadapan rakyatnya dan juga di hadapan Tuhan.
Dengan demikian bentuk-bentuk amanah, di antaranya : memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula; menjaga rahasia; tidak menyalahgunakan jabatan; menunaikan kewajiban dengan baik; dan memelihara semua nikmat yang diberikan Allah.
Ada beberapa aspek amanah menurut Dzulfikor Alhamuni (2006). Pertama, aspek tanggungjawab. Yaitu meliputi beberapa kegiatan : berhati-hati dalam bertindak, memperbaiki kesalahan, berusaha untuk melakukan yang terbaik. Kedua, aspek menjaga kepercayaan. Yaitu terdiri dari tidak mengecewakan orang lain, bertindak sesuai dengan yang diinginkan, tidak mengkhianati kepercayaan. Ketiga, aspek memelihara. Yaitu terdiri dari menjaga titipan, mengembangkan titipan, mendayagunakan kemampuannya, bersikap hati-hati terhadap titipan. Keempat, aspek menyampaikan kepada yang berhak. Yaitu terdiri dari tidak salah dalam memberikan titipan, komitmen yang tinggi, tidak mengambil manfaat dari titipan, memelihata kepada yang seharusnya, tidak mengalihkan titipan kepada orang lain.
Strategi Meningkatkan Amanah bagi Guru
Seorang guru hendaklah bersifat amanah. Artinya, guru dapat dipercayai. Kepercayaaan terhadap guru akan timbul bila guru mampu melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin.
Secara akademik, guru akan dipercayai bila memiliki penguasaan bidang akademik yang digelutinya. Secara moral, akan dipercayai bila guru benar-benar melaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, serta memiliki sifat-sifat yang terpuji.
Para guru harus mampu menjadi pemimpin yang amanah dihadapan para peserta didiknya. Dengan begitu ada figur atau imam yang dijadikan tolak ukur para peserta didik dalam bertindak. Para guru harus mampu menciptakan para pemimpin masa depan yang berakhlak mulia melalui ilmu yang disampaikannya. Karena itu, guru yang baik tidak hanya mengajar saja, tetapi dia mampu untuk mendidik.
Bagaimana strategi meningkatkan amanah/kepercayaan orang terhadap guru? Pertama, guru hendaklah menyadari kedudukannya sebagai guru baik di sekolah maupun di tengah-tengah masyakarat. Sebagai guru, dia selalu memperlihat sikap dan perilaku yang mendidik, dan menjadi teladan bagi lingkungannya. Kedua, guru hendaklah sesuai kata dengan perbuatan. Apa yang telah diucapkan, buktilah dengan perbuatan. Ketiga, guru hendaklah selalu belajar dan terus belajar. Guru hendaklah senantiasa menambah pengetahuannya. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, guru akan mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Keempat, guru hendaklah melaksanakan tugas dengan tuntas dan benar. Amanah yang diemban sebagai pendidik hendaklah dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab (Yusrijal DT. Makhudun dalam Ahmad Usman, 2024).
Keuntungan Menjaga Amanah
Keuntungan atau benefit menjaga amanah, di antaranya: (1) mendatangkan keberkahan, (2) melaksanakan satu kewajiban, (3) menggugurkan dosa-dosa, (4) menggugurkan dosa yang tidak bisa digugurkan dengan shalat, puasa, zakat, haji dan umrah, (5) mendapatkan cinta ilahi, (6) dihindarkan dari api neraka, (7) kemudahan dan rizki yang tidak disangka-sangka, dan (8) dijanjikan surga (Anonymous dalam Usman, 2024).
Amanah dapat dilihat pada enam kategori. Pertama, kebaikan hati (bene-volence), yaitu keinginan dan perbuatan baik yang bertujuan menyejahterakan orang lain, seperti berperilaku ramah, peduli, dan menolong orang lain. Menurut Mayer dkk. (1995), benevolence merupakan satu komponen dalam trustworthiness, artinya individu yang memiliki sifat baik, peduli, dan penolong merupakan karakter yang terpercaya. Guru yang ramah, peduli, dan perhatian cenderung dinilai lebih amanah. Munthe dan Widyastuti (2017) serta Fitri dan Widyastuti (2017) yang mengatakan bahwa kebaikan hati merupakan hal penting dalam menjelaskan konsep amanah.
Kedua, sifat dan perilaku jujur merupakan suatu keharusan pada guru. Jujur adalah kemampuan individu untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi baik itu positif ataupun negatif. Menurut Mcknight, Larry, Cummings, dan Chervany (1998) jujur merupakan prediktor untuk orang yang layak dipercaya. Hasil penelitian Agung dan Desma (2016) menunjukkan bahwa jujur merupakan suatu sifat dan perilaku yang dapat menjelaskan konsep amanah.
Ketiga, profesional yaitu kemampuan yang dimiliki individu di dalam melakukan pekerjaannya. Keempat, karakter positif, merupakan sifat yang dimiliki oleh guru yang berguna dalam keberhasilan menjadi seorang guru. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter positif meliputi bekerja keras, bersyukur, tekun, bertanggung jawab, bijaksana, gigih, sopan santun, pengertian, lemah lembut dan toleransi.
Secara umum, sifat amanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga : amanah pada Allah, sang pencipta, amanah pada sesama umat manusia, amanah pada dirinya sendiri (Ash-Shiddieqy, 2000).
Pertama, amanah Kepada Allah Sang Pencipta. Jenis amanah yang pertama adalah amanah kepada sang pencipta yaitu Allah. Dikarenakan manusia adalah suatu makhluk yang diciptakan oleh penciptanya. Bentuk amanah yang dimiliki oleh manusia pada Allah atau sang pencipta adalah menjalankan seluruh hal yang diperintahkan oleh Allah serta meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah. Perintah ini juga dijelaskan dalam firman Allah pada QS. Al-Anfal ayat 27, berikut bunyi ayat dan artinya. Yaa ayyuhal ladziina aamanuu laa takhuunuloh warrosuula watakhuunuu amaanaatikum wa antum ta’lamun Artinya: Hai orang-orang beriman, janganlah dirimu mengkhianati Allah serta Rasul (Muhammad) dan juga janganlah dirimu mengkhianati amanah yang telah dipercayakan pada dirimu, sedang kamu mengetahuinya. Dari ayat tersebut, maka seorang muslim mengetahui bahwa konsekuensi dari perbuatan mencari kekuatan pada makhluk lain selain Allah atau dikenal dengan syirik adalah ganjaran yang paling berat. Sehingga umat muslim dilarang untuk berbuat syirik serta mengingkari atau menyalahgunakan amanah yang diberikan.
Kedua, amanah kepada sesama manusia. Amanah pada sesama manusia atau individu lainnya sebagai sesama makhluk. Jenis amanah kedua ini adalah jenis amanah yang terjadi cukup sering. Bentuk amanah pada sesama manusia dapat berupa hak atau kewajiban yang dimiliki oleh setiap manusia. Contohnya adalah tidak mengatakan pada orang lain ketika diberitahu sebuah rahasia. Selain itu, ada pula contoh lain seperti menyampaikan suatu hal sesuai dengan kebenaran asli dan tidak mengada-ada, mengurangi maupun menambahinya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. An Nisa ayat 58.Artinya, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian untuk menyampaikan amanah pada yang berhak menerimanya serta menyuruh kamu jika menetapkan hukum di antara manusia agar kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya pada dirimu. Sesungguhnya Allah ialah Maha Mendengar dan juga Maha Melihat. Biasa saja suatu nilai ucapat maupun perbuatan yang diamanahkan atau tidak diamanahkan dapat bernilai atau tidak sama sekali bagi orang yang diberi amanah tersebut.
Ketiga, amanah kepada diri sendiri. Jenis amanah yang satu ini adalah jenis amanah yang sebenarnya jarang disadari oleh banyak orang. Dalam Islam, setiap manusia adalah seorang pemimpin, sehingga amanah kepada diri sendiri pun harus dilaksanakan dengan baik. Contoh dari amanah kepada diri sendiri ialah menjaga kesehatan badan maupun pikiran, tidak membiarkan diri sendiri kesakitan atau terluka karena hal apapun dalam berbagai aspek. Sebab, segala sesuatu yang ada di muka bumi ini hanyalah titipan dari Allah semata saja.
Ibarat Sebuah Contoh Lukisan
Guru yang amanah adalah guru yang dipercaya bisa mengajar siswanya dan mampu membawa perubahan siswanya menuju kondisi yang lebih baik lagi. Menghadapi keberagaman manusia, guru harus memiliki ketrampilan dan terus melatih ketrampilannya agar menjadi guru yang amanah.
Keutamaan guru yang menunaikan amanah, di antaranya: amanah merupakan jalan menuju kesuksesan; amanah adalah tanda keimanan seorang muslim; dan orang yang amanah layak untuk menerima tanggungjawab.
Mengapa menjadi guru adalah amanah yang amat mulia? Karena guru adalah seseorang yang diutus Allah untuk memberi pengetahuan kepada manusia di dunia ini. Guru adalah orang yang diberi amanah oleh Allah untuk mengajar dan mendidik manusia di dunia ini, maka mulialah seorang guru yang bisa mengemban amanah ini. Guru juga adalah penunjuk ke jalan kebaikan. Menjadi seorang guru adalah ibadah yang disyari’atkan oleh Allah karena seorang guru senantiasa menyebarkan kebaikan dan membimbing murid untuk menjadi lebih baik dan benar.
Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai-nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak (Education Corner, 2013)
Guru yang amanah harus humanis. Guru humanis adalah guru yang mengajar dengan keikhlasan. Gurunya manusia selalu belajar dan berusaha untuk membantu kesulitan belajar siswanya, membantu guru-guru lain dan melakukan kewajibannya sebagai guru bukan karena kewajiban namun kebutuhan dan sebuah kesadaran. Guru humanis selalu memiliki pemikiran positif dan semua permasalahan pasti ada solusinya. Guru humanis adalah guru yang jujur, baik secara fisik maupun lahiriah, karena niatnya mengajar hanya untuk mendapatkan keridhoaan dari Tuhan (Larasati, 2022).
Guru humanis adalah guru yang memanusiakan manusia, yang merupakan karir tertinggi sebagai guru. Guru humanis adalah guru yang mampu melewati tahapan: niat dan karakter, kreatifitas, dan profesionalitas. Guru humanis tidak saja ditemui di sekolah namun di seluruh alam raya yang merupakan sekolah informal banyak didapati guru-guru humanis. Guru humanis memiliki landasan filosofi yang kuat.
Agar seorang guru menjadi sosok yang humanis dan disukai oleh peserta didik, kriteria yang harus dipenuhi : membangun rasa kasih sayang; memberiakan yang terbaik; menjadi sahabat dalam belajar; berkepribadian layak ditiru; berperan sebagai fasilitator; berperan sebagai motivator; dan berperan sebagai konselor; membangun suasana yang menyenangkan; memahami kebutuhan peserta didik; dan dapat mengontrol emosi dengan baik.
Jasa seorang guru yang baik itu ibarat lilin, membakar dirinya sendiri demi menerangi jalan orang lain. Seorang guru mempengaruhi keabadian, ia tak pernah tahu kapan pengaruhnya berhenti.
Manfaat dan dampak yang dirasakan bagi guru yang amanah terhadap tugas ang dipercayakan kepadanya adalah: mendapat kepercayaan yang lebih besar; dicintai dan dihargai; dan hidup yang berkah dan bahagia. Hendaklah guru senantiasa amanah terhadap tugas tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya.
Di pundak pendidik terletak tangungjawab yang amat besar dalam upaya mengantarkan murid ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Dalam hal ini pendidik bertanggungjawab memenuhi kebutuhan murid, baik spiritual, intelektual, maupun moral murid.
Semoga bermanfaat !!!