Oleh : Ahmad Usman
Dosen Universitas Mbojo Bima (Alumni UNM dan UNHAS Makassar)
INIPASTI.COM, “Guru yang menyenangkan tidak dilahirkan, tetapi dibina dan dibentuk. Oleh sebab itu, berbagai instansi dan stakeholder terkait hendaknya peduli dengan persoalan ini. Apalagi pada abad globalisasi seperti sekarang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat menuntut guru untuk dapat berubah setiap saat” (Sukadi, 2010)
Salah satu hal yang bisa dilakukan seorang guru adalah mengirim pulang seorang murid di siang hari dalam keadaan menyukai diri mereka sedikit lebih daripada ketika ia datang di pagi hari (Ernest Melby).
Menjadi guru yang asyik dan menyenangkan adalah impian dari setiap pendidik, juga merupakan idaman dari peserta didik. Karena dengan menjadi guru asyik dan menyenangkan bagi peserta didik, maka guru akan lebih mudah dalam menyampaikan suatu pembelajaran dan anak didikpun jadi lebih senang dalam menerima pelajaran sehingga pelajaran akan lebih mudah dipahami dan tidak membosankan.
Patut menjadi renungan bagi para guru, apa yang diungkapkan oleh Andi Wira Gunawan (2009) dalam buku “Genius Learning Strategy”, bahwa sesungguhnya tidak ada mata pelajaran yang membosankan, yang ada adalah guru yang membosankan, suasana belajar yang membosankan. Hal ini terjadi karena proses belajar berlangsung secara monoton dan merupakan proses perulangan dari itu ke itu juga tiada variasi. Proses belajar hanya merupakan proses penyampaian informasi satu arah, siswa terkesan pasif menerima materi pelajaran.
Mengikut Kim dan Kellough (Usman dan Abdul Kadir, 2019) untuk menjadi seorang guru yang berkesan, seseorang itu mesti mahir di dalam membuat keputusan yang tepat pada berbagai keadaan. Keputusan yang tepat dapat dibuat sekiranya seseorang guru itu memiliki perkara-perkara berikut: (1) akal budi, (2) kepintaran, (3) ilmu tentang kurikulum dan pedagogi, dan (4) kesanggupan untuk ditegur dan diperbetulkan kelemahannya dalam aspek pengajaran melalui refleksi diri supaya menjadi guru contoh.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 19 Ayat 2 disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakasa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pendidik dan tenaga pendidik berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
Guru yang Asyik
Menelusuri KBBI (2017), maka ada beberapa pengertian kata asyik. Kata asyik bisa berarti adalah sangat terikat hatinya. Asyik juga berarti penuh perhatian. Contoh: ia sedang asyik membaca buku.
Arti kata asyik yang lain adalah berahi. Asyik juga berarti cinta kasih. Arti kata keasyikan adalah keenakan (sehingga lupa akan hal lain). Pengertian kata asyik yang lain adalah senang. Asyik juga berarti sangat suka (gemar).
Mengasyiki berarti menyukai. Mengasyiki juga berarti menyenangi. Contoh: tampaknya sebagian remaja mengasyiki mode rambut panjang. Arti kata mengasyikkan adalah menyenangkan.
Dengan demikian guru yang asyik dapat diartikan bahkan identik dengan guru yang menyenangkan. Karenanya, pembahasan berikut ini, banyak mengupas tentang guru yang menyenangkan.
Berdasarkan KBBI (2017), menyenangkan berasal dari kata senang, yang berarti puas, lega, gembira, riang. Sehingga menyenangkan mempunyai maksud menjadikan senang, gembira, lega, puas.
Iif Khoiru Ahmadi (2011), menyenangkan berarti sifat terpesona dengan keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatannya sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam belajar sampai lupa waktu, penuh percaya diri, dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau hal yang lebih berat lagi.
Dave Meier (Indrawatidan Wawan Setiawan 2009) memberikan pengertian menyenangkan sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Dapat diartikan bahwa suasana gembira di sini bukan berarti suasana ribut, hura-hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa (Sujani, 2018).
Uswatun Hasanah (Lukas, 2018) menjelaskan bahwa “Guru yang menyenangkan adalah guru yang mampu membangkitkan semangat belajar para siswa melalui penyampaian materi pelajaran dengan cara yang menarik dan mengesankan sehingga peserta didik merasa senang dan tidak terpaksa dalam menerima pelajaran.
Guru menyenangkan adalah guru yang menunjukkan sikap dan perilaku menyenangkan bagi diri dan siswanya, baik saat pembelajaran berlangsung maupun di luar pembelajaran. Yang dimaksud dengan menyenangkan di sini adalah menyenangkan dalam penampilan, sikap, perilaku, serta pembelajarannya efektif dan efisien (Anonymous dalam Yosiana, 2018).
Guru yang menyenangkan selalu melakukan pembelajaran yang menyenangkan pula. Pembelajaran menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara pendidik dengan peserta didik, tanpa adanya paksaan atau perasaan terpaksa. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik. Tidak menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didik. Untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran yang baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan stategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal (Heni Setiana dalam Mulyadi, 2009).
Nilai Lebih Guru yang Asyik
Rasa gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan adanya keterbukaan merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan (Mulyasa, 2008).
Guru asyik dan menyenangkan salah satu indikatornya adalah periang. Periang adalah orang yang selalu bersuka hati atau bergembira. Menyenangkan adalah membuat bersuka hati. Sudah barang tentu guru periang atau guru menyenangkan adalah salah satu idaman siswa. Dengan adanya guru yang menyenangkan, siswa akan tidak merasa jenuh menerima materi yang diberikan. Justru akan merasa senang dan lebih semangat dalam belajar (Krisnahadi dalam Lukas, 2018).
Guru harus asyik dan menyenangkan, tidak saja bagi peserta didik, tetapi juga bagi dirinya. Artinya, belajar dan pembelajaran harus menjadi makanan pokok guru sehari-hari, harus dicintai, agar dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan nafsu belajar peserta didik. Dalam kondisi dan perubahan yang bagaimanapun dahsyatnya, guru harus tetap guru, jangan terpengaruh oleh isu, dan jangan bertindak terburu-buru.
Salah satu manfaat menjadi guru yang menyenangkan adalah menjadikan proses belajar menjadi menyenangkan. Karena guru yang menyenangkan mampu membangkitkan semangat belajar siswa melalui penyampaian materi pelajaran dengan cara yang menarik dan mengesankan, sehingga peserta didik merasa senang dan tidak terpaksa dalam menerima pelajaran (Fadilah dalam Sujani, 2018).
Pembelajaran yangmenyenangkan dan berkesan akan menjadihadiah, reward bagi peserta didik yang padagilirannya akan mendorong motivasinyasemakin aktif dan berprestasi pada kegiatanbelajar berikutnya (Ismail, 2008).
Meskipun demikian untuk menjadikan belajar sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan, tidak hanya dibutuhkan guru yang menyenangkan saja, tetapi ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan, yaitu: tempat belajar yang nyaman; media pembelajaran yang menarik; cara penyampaian materi yang mengesankan dan tidak monoton; dan kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran.
Apabila beberapa hal di atas sudah terpenuhi, maka tidak sulit untuk mewujudkan belajar yang menyenangkan. Dan dengan belajar yang menyenangkan, maka tujuan dari suatu pembelajaran akan mudah tercapai.
Pembeda Guru yang Asyik
Menarik apa yang ditulis DePorter dan Hernacki (2009) dalam karyanya Quantum Learning”, “kami percaya bahwa belajar adalah proyek sepanjang hayat yang dapat dilakukan orang dengan penuh ceria dan sukses. Kami percaya bahwa keseluruhan kepribadian sangat penting–intelek, fisik, dan emosi. Kami percaya bahwa harga diri yang tinggi adalah suatu unsur pokok dalam membentuk pelajar yang sehat dan bahagia. Untuk mendukung falsafah ini, kami berusaha menciptakan lingkungan belajar yang membuat mereka merasa penting, aman, dan menyenangkan.”
Sifat-sifat atau karakteristik guru-guru yang disenangi para siswa adalah guru-guru yang: (1) demokratis, (2) suka bekerja sama (kooperatif), (3) baik hati, (4) sabar, (5) adil, (6) konsisten, (7) bersifat terbuka, (8) suka menolong, dan (9) ramah tamah (Asep Mahfud, 2011).
Sifat-sifat lain yang disenangi siswa adalah: suka humor, memiliki bermacam ragam minat, mengusai bahan pelajaran, fleksibel, dan menaruh minat yang baik terhadap siswa.
Dalam faktanya keberhasilan di dalam kelas sangatlah dipengaruhi bagaimana kemampuan guru untuk mampu mengalihkan situasi dari yang membosankan, membuat ngantuk, menjenuhkan dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau di ruang pertemuan.
Dalam buku Be a God Teacher or Never yang ditulis motivator quantum teacher Asep Mahfudz (2011) bahwa untuk menjadi guru yang dirindukan tersebut setidaknya ada 9 tips yaitu: (1) jalin pertemanan di kelas dengan rindu dan cinta; (2) jadilah guru yang gaul; (3) perlunya berpikir positif; (4) membangkitkan minat belajar siswa; (5) maksimalkan kehebatan otak; (6) pahami gaya belajar siswa; (7) persenjatai siswa dengan keterampilan belajar; (8) berusaha meyakinkan siswa bahwa mereka bisa; dan (9) menata kelas yang ramah otak.
Tanda-tanda lain guru yang asyik dan menyenangkan, di antaranya: guru yang asyik dan menyenangkan memiliki selera humor; guru yang asyik dan menyenangkan pandai berkomunikasi dengan orang tua; guru yang asyik dan menyenangkan mengeskplorasi metode atau teknologi baru; guru yang asyik dan menyenangkan memberikan dukungan emosional; dan guru yang asyik dan menyenangkan tidak pelit pujian.
Tips Menjadi Guru yang Asyik
Di dalam pembelajaran, seorang guru idealnya mampu menciptakan suasana pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa aktif belajar untuk mendapatkan pengetahuan (knowledge), menyerap dan memantulkan nilai-nilai tertentu (value), dan terampil melakukan keterampilan tertentu (skill). Pertanyaannya adalah suasana pembelajaran seperti apakah itu?
Siswa akan dengan mudah untuk mengikuti pembelajaran kalau pembelajaran berada dalam suasana yang menyenangkan. Dalam suasana yang menyenangkan siswa akan bersemangat dan mudah menerima berbagai kebutuhan belajar. Dalam suasana yang menyenangkan pula siswa akan mampu mengikuti dan menangkap materi pelajaran yang sulit menjadi mudah. Singkatnya suasana yang menyenangkan merupakan katalisator yang bisa mengefektifkan pembelajaran.
Untuk menjadikan guru asyik dan menyenangkan di kelas, pertama, guru harus berepresi. Kedua, penataan kelasnya harus membentuk tiga batang otak dengan brand, manajemen otak dan ramah otak. Ketiga, guru ditekankan memiliki sensitive feature (Kang Deden dalam Ahmad Usman, 2019).
Untuk bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, setidak-tidaknya ada 6 (enam) yang bisa dilakukan oleh guru (Debora, 2018).
Pertama, ciptakan suasana ceria sejak awal membuka pelajaran. Suasana yang ceria mendorong siswa untuk berani dan kreatif melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, mendemontrasikan keterampilan, dan sebagainya. Ketika Anda memasuki ruang kelas, usahakan agar wajah Anda tersenyum ramah dan selalu segar betapapun Anda sedang menghadapi masalah. Setelah Anda mengucapkan salam, mulailah menyapa siswa dengan menanyakan kabarnya atau secara spesifik menanyakan kesehatannya, dan sebagainya. Jangan sekali-kali menunjukkan wajah serius apalagi cemberut karena wajah yang demikian akan cepat sekali menyebar kepada siswa dan menciptakan suasana kelas menjadi tegang. Jangan sekali-kali pula Anda marah-marah di awal pembelajaran karena akan menghentikan psikologis siswa untuk belajar. Ingat pesan iklan AXE, pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda.
Kedua, di tengah-tengah pembelajaran, ciptakan humor-humor ringan yang menjadikan seluruhnya tertawa. Kalau siswa bisa tertawa itu berarti Anda telah membantu menghilangkan sekat-sekat psikologis yang bisa menghambat pembelajaran, seperti malu, takut, tertekan, dan semacamnya. Secara fisik tertawa juga akan mengendorkan otot-otot penting yang berhubungan dengan sel-sel otak. Tertawa bisa menjadikan otak kita segar dan sehat. Namun demikian, sebaiknya humor tidak dilakukan secara kebablasan. Upayakan agar humor-humor yang diciptakan berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari, tetapi jika pun tidak, Anda bisa melakukan rasionalisasi bagaimana agar humor tersebut berkaitan. Oleh karena itu tidak ada salahnya kalau mulai sekarang Anda mengoleksi humor-humor ringan, baik melalui membaca buku atau mengoleksinya dari para humoris. Kalaupun Anda tidak memiliki cerita-cerita humor, Anda bisa memintanya dari siswa. Saya yakin siswa memiliki segudang cerita-cerita lucu.
Ketiga, gunakan metode yang bervariasi. Pada umumnya guru sangat senang dengan menggunakan metode ceramah, karena metode ini memang sangat mudah dilakukan. Tetapi metode ini jika dilakukan terus-menerus tidak disukai siswa, apalagi jika dilakukan pada jam-jam terakhir. Bayangkan, betapa lelahnya siswa kalau setiap hari mendengarkan ceramah guru dari jam pertama masuk (biasanya berkisar pukul 07.00) sampai guru yang mengajar di jam terakhir (berkisar pk. 13.00). Jelas membosankan ! Oleh karena itu kalau mengajar upayakan agar tidak selalu berceramah. Metode ceramah tetap penting untuk menjelaskan materi pelajaran, apalagi cerita-cerita humor memang hanya bisa dilakukan dengan ceramah, tetapi sesekali cobalah dengan metode lain, seperti diskusi, proyek, demonstrasi, jigsaw, dan sebagainya. Metode pembelajaran yang bervariasi sesungguhnya tidak hanya menjadikan siswa senang, tetapi kita pun sebagai guru juga akan menikmati mengajar.
Keempat, jangan hanya mengajarkan apa, tetapi juga ajarkan bagaimana atau dengan kata lain jangan hanya teach to know tetapi juga harus teach to learn. Kalau Anda mengajar Matematika, Anda jangan hanya mengajarkan materi geometri atau aljabar, tetapi ajarkan pula bagaimana cara mudah untuk berhitung cepat dan akurat. Kalau Anda mengajarkan majas dalam pelajaran Bahasa Indonesia, Anda juga harus mengajarkan trik-trik menghafal majas secara mudah dan menyenangkan.
Sebetulnya tidak ada siswa yang tidak pandai apalagi bodoh, yang ada adalah siswa yang tidak mengerti bagaimana cara belajar yang tepat. Akibatnya betapapun siswa belajar siang malam, siswa mendapat hasil yang kurang memuaskan. Sekarang, saatnya siswa dilatih tidak hanya belajar keras atau belajar giat, tetapi belajar cerdas. Nah, belajar cerdas akan bisa diwujudkan kalau siswa diajarkan bagaimana cara mempelajari materi pelajaran secara tepat (teach to learn).
Kelima, dorong agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Upayakan agar kelas tidak hanya dikuasai oleh guru tetapi menjadi milik bersama. Jika hanya guru yang aktif, yakinlah guru akan kelelahan. Bayangkan seperti apa lelahnya kalau guru berceramah dari awal sampai akhir kira-kira 90 menit. Kalau dalam sehari guru punya jadwal di 4 kelas, maka dalam sehari akan dituntut bercemarah selama 360 menit atau 6 jam. Lelah bukan? Oleh karena itu untuk menghindari kelelahan fisik, guru bisa membagikan pekerjaan kepada siswa. Caranya adalah dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran. Ketika guru memahami teks bacaan, ajaklah siswa untuk terlibat memahami. Berikan kesempatan kepada siswa untuk menafsirkan bacaan tersebut. Ketika guru menjelaskan suatu konsep ajaklah siswa untuk menjelaskan. Berikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menjelaskan konsep yang dimaksud. Memang, diperlukan sedikit waktu dan kesabaran, karena seringkali yang dilakukan siswa tidak langsung seratus persen benar. Tetapi bukankah ketika guru menjelaskan sebuah konsep juga tidak secara otomatis siswa mampu menangkapnya seratus persen sama. Yang perlu diingat adalah jangan sekali-kali memberikan cap salah mutlak terhadap apa yang sudah diupayakan siswa walaupun kenyataannya demikian, karena akan mematahkan semangat mereka untuk terlibat. Demikian juga jangan memberikan cap yang tidak menguntungkan kepada siswa, seperti “kamu bodoh”, “kamu payah”, “kamu sulit untuk diajari” dan sebagainya. Ketika guru melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan disertai sikap sabar dan selalu memotivasi, guru sebetulnya sedang menghargai diri siswa dan sedang mengeksplorasi potensi siswa. Sebaliknya ketika guru tidak melibatkan siswa sama saja, guru sedang menutup pintu-pintu motivasi dan pintu-pintu potensi siswa yang sebetulnya bisa diaktualisasikan. Inilah yang sebetulnya mahal dalam pendidikan.
Keenam, akhiri setiap sesi pembelajaran dengan kalimat-kalimat yang memotivasi. Saya pernah mengikuti suatu diskusi komite. Pada saat mengemukakan pendapat, seorang anggota komite, sebut saja namanya Pak Joko, tiba-tiba mengakhiri pendapatnya dengan kalimat-kalimat yang sangat memotivasi. Tuhan pasti akan memberikan makanan kepada setiap burung, tetapi Tuhan tidak akan melemparkan makanan itu ke sarangnya. Kalimat itu sangat berkesan, karena diungkapkan di akhir pembicaraannya. Nah, pada saat mengajar tidak ada salahnya jika diakhiri dengan kalimat-kalimat yang memotivasi. Anda bisa membuat sendiri rumusan kalimat-kalimat motivasi tersebut atau bisa juga mengoleksinya dari buku-buku motivasi. Kalimat-kalimat motivasi ini penting untuk merawat atau memelihara semangat belajar siswa, bahkan juga merawat semangat guru untuk mengajar.
Berikut ini beberapa kalimat-kalimat yang bisa memotivasi. ”Ketekunan ibarat tetesan air di atas batu besar. Tetesan air yang berlangsung terus-menerus pada akhirnya akan bisa memecahkan batu yang besar.”
Ada berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk menjadi guru asyik dan menyenangkan (Uswatun Hasanah dalam Yosiana, 2018), sebagai berikut: (1) guru harus mampu membuat suasana di kelas menjadi menyenangkan; (2) guru tidak boleh memaksakan diri terhadap anak didik apabila siswa memang belum memahami dan mengerti apa yang guru ajarkan; (3) guru sebisa mungkin harus datang ke sekolah 30 menit lebih awal daripada para siswa; (4) guru dapat meminta siswa untuk membuat peraturan kelas beserta konsekuensinya sendiri; (5) guru sebaiknya selalu menyapa siswa di pintu kelas; (6) guru mengadakan pemanasan sebelum pelajaran berlangsung; (7) guru dapat merancang kebijakan “bebas pr”; (8) guru dapat menawarkan pilihan kepada para muridnya; (9) guru sebaiknya tidak membanding-bandingkan siswa yang satu dengan siswa lainnya atau kelas yang satu dengan kelas lainnya; dan (10) guru haruslah bersikap adil kepada setiap muridnya.
Menurut Fauzan (Syarifudin, 2019), ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk mendapat pengakuan sebagai guru yang baik dan berhasil.
Pertama, berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. Kuasai betul materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Jika perlu, ketika berbicara di depan kelas tidak membuka catatan atau buku pegangan sama sekali. Berbicaralah yang jelas dan lancar sehingga terkesan di hati siswa bahwa kita benar-benar tahu segala permasalahan dari materi yang disampaikan.
Kedua, berlakulah bijaksana. Sadarilah bahwa siswa yang kita ajar, memiliki tingkat kepandaian yang berbeda-beda. Ada yang cepat mengerti, ada yang sedang, ada yang lambat dan ada yang sangat lambat bahkan ada yang sulit untuk bisa dimengerti. Jika kita memiliki kesadaran ini, maka sudah bisa dipastikan kita akan memiliki kesabaran yang tinggi untuk menampung pertanyaan-pertanyaan dari anak didik kita. Carilah cara sederhana untuk menjelaskan pada siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan contoh-contoh sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari walaupun mungkin contoh-contoh itu agak konyol.
Ketiga, berusahalah selalu ceria di depan kelas. Jangan membawa persoalan-persoalan yang tidak menyenangkan dari rumah atau dari tempat lain ke dalam kelas sewaktu kita mulai dan sedang mengajar.
Keempat, kendalikan emosi. Jangan mudah marah di kelas dan jangan mudah tersinggung karena perilaku siswa. Ingat siswa yang kita ajar adalah remaja yang masih sangat labil emosinya. Siswa yang kita ajar berasal dari daerah dan budaya yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya dan berbeda dengan kebiasaan kita, apalagi mungkin pendidikan di rumah dari orang tuanya memang kurang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan kita. Marah di kelas akan membuat suasana menjadi tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini akan berpengaruh pada daya nalar siswa untuk menerima materi pelajaran yang kita berikan.
Kelima, berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa. Jangan memarahi siswa yang terlalu sering bertanya. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa dengan baik. Jika suatu saat ada pertanyaan dari siswa yang tidak siap dijawab, berlakulah jujur. Berjanjilah untuk dapat menjawabnya dengan benar pada kesempatan lain sementara kita berusaha mencari jawaban tersebut. Janganlah merasa malu karena hal ini. Ingat sebagai manusia kita mempunyai keterbatasan. Tapi usahakan hal seperti ini jangan terlalu sering terjadi. Untuk menghindari kejadian seperti ini, berusahalah untuk banyak membaca dan belajar lagi. Jangan bosan belajar. Janganlah menutupi kelemahan kita dengan cara marah-marah bila ada anak yang bertanya sehingga menjadikan anak tidak berani bertanya lagi. Jika siswa sudah tidak berani bertanya, jangan harap pendidikan/pengajaran kita akan berhasil.
Keenam, memiliki rasa malu dan rasa takut. Untuk menjadi guru yang baik, maka seorang guru harus memiliki sifat ini. Dalam hal ini yang dimaksud rasa malu adalah malu untuk melakukan perbuatan salah, sementara rasa takut adalah takut dari akibat perbuatan salah yang kita lakukan. Dengan memiliki kedua sifat ini, maka setiap perbuatan yang akan kita lakukan akan lebih mudah kita kendalikan dan dipertimbangkan kembali apakah akan terus dilakukan atau tidak.
Ketujuh, harus dapat menerima hidup ini sebagai mana adanya. Di negeri ini banyak semboyan-semboyan mengagungkan profesi guru tapi kenyataannya negeri ini belum mampu/mau menyejahterakan kehidupan guru. Kita harus bisa menerima kenyataan ini, jangan membandingkan penghasilan dari jerih payah kita dengan penghasilan orang lain/pegawai dari instansi lain. Berusaha untuk hidup sederhana dan jika masih belum mencukupi berusaha mencari sambilan lain yang halal, yang tidak merugikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Jangan pusingkan gunjingan orang lain, ingatlah pepatah “biarkan anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.”
Kedelapan, tidak sombong. Tidak menyombongkan diri di hadapan murid/jangan membanggakan diri sendiri, baik ketika sedang mengajar ataupun berada di lingkungan lain. Jangan mencemoohkan siswa yang tidak pandai di kelas dan jangan mempermalukan siswa (yang salah sekalipun) di muka orang banyak. Namun panggillah siswa yang bersalah dan bicaralah dengan baik-baik, tidak berbicara dan berlaku kasar pada siswa.
Kesembilan, berlakulah adil. Berusahalah berlaku adil dalam memberi penilaian kepada siswa. Jangan membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang kurang pandai/kurang mampu, serta tidak memuji secara berlebihan terhadap siswa yang pandai di hadapan siswa yang kurang pandai.
Tips sakti menjadi guru asyik dan menyenangkan menurut Ana Farida, dkk. (2012), yakni: (1) mulailah menjadi guru yang powerfull yaitu guru harus menjadi pemimpin di kelas, yang memberi perintah kepada siswa, namun selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri dalam pembelajaran; (2) memberi motivasi kepada siswanya; (3) mampu berkomunikasi dengan baik terhadap siswanya, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswanya; (4) mampu mengontrol tekanan suara, kapan harus keras, pelan, cepat dan lambat; (5) mampu memanfaatkan ruang kelas dengan baik, guru tidak harus di depan kelas saja, namun dapat bergerak di seluruh bagian kelas; (6) guru harus berpenampilan enerjik, ceria, percaya diri, dan menggunakan bahasa tubuh yang mudah dipahami oleh siswa; (7) memberi kesempatan kepada siswa untuk berekspresi, mengungkapkan perasaan, harapan, dan keinginan; (8) mampu menghadapi beragam karakter siswa; (9) mampu memberi penghargaan, pujian atas hal-hal yang dilakukan oleh siswa; dan (10) memberi laporan perkembangan anak/penilaian yang rasional.
Tips menjadi guru yang asyik dan menyenangkan lain, yakni: (1) hindari NATO (No Action Talk Only). Siswa cenderung tidak menyukai guru yang terlalu banyak teori, karena sifat siswa biasanya ingin bereksperimen langsung. Jadi berusahalah menjadi guru yang bisa memberi keingintahuan siswa dengan baik, caranya guru harus menguasai materi praktik terlebih dahulu; (2) buktikan kita guru yang memiliki skill sehingga harapan siswa untuk belajar dengan guru semakin kuat; (3) hindari bahasa merendahkan siswa; (4) apresiasi, hargai setiap aktivitas siswa, beri point sebagai penambahan nilai; (5) jangan pelit dengan smile; (6) memotivasi siswa dengan cara yang baik dan bukan menyindir; (7) menggunakan humor pada tempat dan saat yang tepat; (8) mudah diajak berteman dalam berkomunikasi namun tetap dengan cara yang professional; (9) penyabar dan berprasangka baik serta menganggap semua siswa sedang berproses. Hindari cap jelek yang sudah diterima oleh siswa tertentu; dan (10) dapatkan informasi yang sedang trend di kalangan siswa agar guru tidak dikategorikan guru yang gaptek (gagap teknologi) (Ana Farida, dkk., 2012).
Membangun Atmosfir Kelas yang Asyik
Ada anekdot yang menarik disuguhkan di sini. “Ada dua bunyi bel yang selalu dinanti-nantikan oleh peserta didik. Yakni bunyi bel keluar main dan bunyi bel pulang.”
Horeeee …! “, begitulah suasana riuh gembira ketika bel berbunyi menandakan usainya sekolah atau les. Mereka merasa merdeka, lega, seperti orang yang baru keluar dari penjara.
Begitulah realita kelas-kelas sekolah kita. Sebagian besar siswa kita merasa bahwa sekolah adalah penjara. Belajar adalah membosankan. Mengapa?
Tiada hari tanpa Pekerjaan Rumah (PR), jangan ribut kalau belajar, yang tidak dapat menyelesaikan soal kena hukuman, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu menciptakan atmosfir / suasana kelas yang kaku dan membosankan (Purnawanto, 2011).
Salah satu faktor yang menghambat keberhasilan peserta didik di dalam pembelajaran adalah kejenuhan. Hal ini, disebabkan model atau cara mengajar guru yang monoton atau tidak variatif.
Dave Maier (2002) dalam bukunya “The Accelarated Learning Handbook” mengatakan, menyenangkan dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Kegembiraan di sini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh serta terciptanya makna, pemahaman, dan nilai yang membahagiakan pada diri si pemelajar. Itu semua adalah kegembiraan dalam melahirkan sesuatu yang baru. Dan menciptakan kegembiraan jauh lebih penting daripada teknik atau metode atau media yang mungkin dipilih untuk digunakan.
Untuk membangun suasana menyenangkan lanjut Maier, ada beberapa rumusan yang diajukan: bangkitkan minat belajar; adanya keterlibata penuh si pemelajar dalam mempelajari sesuatu; terciptanya makna; pemahaman atas materi yang dipelajari; dan tentang nilai yang membahagiakan.
Ada korelasi positif antara guru yang menyenangkan dengan hasil belajar siswa (Bagus Sulasmono dalam Usman dan Abdul Kadir, 2019). Jika seseorang senang dan serius menerima pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru, maka potensi untuk menyerap materi-materi itu lebih besar ketimbang dari guru yang tidak disukainya.
Karakter guru yang menyenangkan sebagaimana termuat dalam buku ”Genius Teaching: 9 Karakter Guru Menyenangkan Berbasis Ramah Otak”, karya Rudiana (2012), sebagai berikut. Pertama, konsep karakter guru yang menyenangkan adalah karakter yang mampu menciptakan pembelajaran yang efektif kepada siswa, yaitu: (1) visioner, (2) pembelajar, (3) penebar senyum, (4) ikhlas, (5) antusias, (6) humoris, (7) kreatif, (8) positif, dan (9) sugestif.
Kedua, konsep karakter guru yang menyenangkan memiliki relevansi terhadap kompetensi pedagogik guru, di antaranya: (1) menguasai karakter peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, (4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (7) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Diibaratkan Seorang Artis
Guru yang asyik sangat diminati kehadirannya oleh segenap siswa. Guru cantik, banyak ! Guru gantengpun banyak ! Namun apakah mereka menjadi guru asyik? Belum tentu, karena tidaklah cukup hanya bermodalkan tampilan yang enak dipandang mata kemudian disebut guru asyik dan menyenangkan.
Guru bisa diibaratkan sebagai seorang artis karena setiap perilaku dan tampilannya akan menjadi pusat perhatian para peserta didiknya. Guru menyenangkan bukan hanya dapat memberikan kesenangan dan kepuasan belajar bagi para siswa tetapi dirinya juga senang dalam melaksanakan tugasnya.
Guru menyenangkan ditopang oleh dua faktor utama, yakni kepribadian dan kompetensi. Pribadi guru menyenangkan adalah pribadi positif yaitu pribadi yang memancarkan sikap positif dalam peroses pembelajaran, sedangkan kompetensi guru menyenangkan adalah kompetensi yang memenuhi standar pembelajaran dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan ilmu didaktik yang benar.
Pribadi guru asyik dan menyenangkan itu : proaktif, cerdas, empati, bijaksana, kreatif, inovatif, selalu belajar, humoris, bersahabat, mengetahui kebutuhan siswa, bersikap adil, sederhana, komunikatif, sabar, rendah hati, penyayang, tegas, mengayomi, berdisiplin, menghargai siswa, tulus (ikhlas), berfikir positif, pemaaf, demokratis, dan familiar.
Semua hal di atas merupakan hal yang harus dikuasai dan dilakukan oleh seorang guru, apabila ia ingin menjadi seorang guru asyik dan menyenangkan.
Guru yang asyik dan menyenangkan tidak dilahirkan tetapi dibina dan dibentuk, oleh karena itu hal terpenting untuk menjadi guru asyik dan menyenangkan adalah adanya kesadaran dan kemauan dari pihak guru untuk mengubah kepribadian dan kompetensinya sesuai dengan hal-hal yang disebutkan di atas.
Guru yang asyik dan menyenangkan, pasti akan menjadi idola. Karakteristik guru yang menjadi idola siswa, di antaranya: penuh cinta dan kasih sayang; tetapi tegas; tidak kikir pujian ketika anak didik berprestasi atau lebih baik (nilai dan sikap); tidak sombong; rendah hati, tapi tidak rendah diri; mengajarnya mudah dipahami dan menyenangkan; memahami psikologi anak dan remaja; tidak pilih kasih dan adil; menegur kesalahan dengan kata-kata arif nan bijak; disiplin; memiliki rasa humor yang bagus; mampu memberi motivasi; memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; menjadi teladan bagi teman sejawat dan peserta didik; mampu menjadi orang tua kedua bagi anak didik; kehadirannya selalu dirindukan anak didik; murah senyum, sapa dan salam; berpenampilan menarik, rapi dan sopan; perkataana dan perbuatannya selaras; pintar dan berwawasan luas memahami dan menguasai materi pelajaran; guru yang periang dan ramah; guru yang mudah akrab dengan siswa; guru yang antusias ketika mengajar; guru yang menghormati dan menghargai siswa; guru yang peduli; guru yang kreatif dan menarik; guru yang peka; guru yang menguasai materi pelajaran; guru yang memiliki rasa pengertian; dan guru yang melek teknologi.
Guru yang diidolakan itu yaitu guru yang kreatif dan menyenangkan muridnya ketika dia sedang mengajar, guru yang ditunggu-tunggu oleh siswanya untuk masuk kelas, guru yang jika dia tidak masuk kelas murud-muridnya akan kecewa bukan malah senang.
Semoga bermanfaat !!!