INIPASTI.COM, Jakarta — 22 Maret 2025 – Pemerintah Indonesia sedang menyiapkan gebrakan baru untuk bikin internet lebih terjangkau di seluruh pelosok negeri. Caranya? Melelang frekuensi 1,4 GHz untuk layanan 5G Fixed Wireless Access (FWA). Targetnya ambisius: kecepatan internet sampai 100 Mbps dengan harga cuma Rp 100.000–150.000 per bulan. Tapi, apa ini bakal jadi solusi cerdas atau malah bikin masalah baru? Yuk, kita bahas!
Apa Itu Frekuensi 1,4 GHz dan Kenapa Penting?
Frekuensi 1,4 GHz ini termasuk dalam L band, biasanya dipakai buat komunikasi satelit atau radar. Nah, pemerintah punya ide kreatif: memanfaatkannya untuk internet murah lewat teknologi 5G FWA. Kerennya, frekuensi ini punya jangkauan luas dan sinyal yang kuat, cocok banget buat daerah terpencil yang sulit dijangkau serat optik. Bayangin, anak-anak di desa bisa belajar online, atau pedagang kecil go digital—semua jadi lebih mungkin!
Lelang frekuensi ini rencananya selesai di semester pertama 2025, sebelum lelang 700 MHz. Menurut Benny Elian dari Komdigi, sudah ada 7 perusahaan yang antre ikutan, dan jumlahnya bisa nambah. Antusiasme ini bikin kita penasaran: sebesar apa sih potensi proyek ini?
Targetnya? Internet Cepat dan Murah!
Pemerintah menjanjikan internet 100 Mbps dengan harga Rp 100.000–150.000 per bulan. Bandingkan sama layanan serat optik sekarang: 30 Mbps aja udah Rp 250.000–300.000. Kalau berhasil, ini bisa jadi game-changer buat inklusi digital. Tapi, ada yang bilang target ini terlalu muluk. Kamilov Sagala, seorang pakar, bahkan ragu: “Realistis nggak sih harga segitu buat 100 Mbps?”
Ada Tantangan di Depan Mata
Nggak semua orang yakin rencana ini bakal mulus. Pertama, ada risiko gangguan ke layanan broadband yang udah ada. Kedua, kalau harga lelangnya terlalu tinggi, operator bisa kesulitan kasih harga murah ke kita. Sigit Jarot dari Mastel bilang, “Ini harus diatur ketat biar nggak jadi ajang monopoli dan manfaatnya beneran sampai ke rakyat.” Transparansi lelang juga jadi sorotan—jangan sampai cuma jadi rebutan elit, ya!
Peluang yang Nggak Terduga
Selain internet murah, penggunaan frekuensi 1,4 GHz ini menunjukkan pendekatan inovatif. Biasanya dipakai buat satelit, sekarang jadi solusi buat konektivitas massal. Kalau sukses, daerah terpencil bisa lebih terhubung, mendukung pendidikan, kerja jarak jauh, sampai ekonomi digital. Bayangin dampaknya: lebih banyak UMKM naik kelas karena akses internet yang merata!
Apa yang Harus Diwaspadai?
Agar mimpi ini jadi kenyataan, ada PR besar: regulasi harus ketat, proses lelang transparan, dan operator harus siap bangun infrastruktur. Kalau nggak, janji internet murah cuma jadi angin lalu. Plus, perangkat khusus buat 5G FWA juga butuh investasi awal—operator siap nggak nih? Jadwal lelang sendiri ditargetkan selesai semester pertama 2025, dengan tujuan bikin internet 100 Mbps seharga Rp 100.000–150.000 per bulan. Udah ada 7 perusahaan yang tertarik, tapi jumlahnya bisa bertambah. Tantangannya? Selain risiko gangguan layanan, harga lelang yang mahal dan pertanyaan apakah harga ini realistis jadi perhatian. Sigit Jarot minta regulasi ketat, sementara Kamilov Sagala menekankan transparansi dan keraguan soal harga.
Kesimpulan: Harapan atau Hanya Janji?
Lelang frekuensi 1,4 GHz ini punya potensi besar buat bikin internet murah jadi nyata di Indonesia. Tapi, keberhasilannya tergantung eksekusi pemerintah dan operator. Kalau semua pihak main cantik—aturan jelas, proses jujur, dan infrastruktur siap—kita bisa jadi saksi revolusi digital yang beneran inklusif. Kamu optimis nggak sama rencana ini? Tulis pendapatmu di kolom komentar, ya!
Sumber: Jagat Review, MMX Communications