INIPASTI.COM, MAKKAH— Penyelenggaraan ibadah haji 2025 di Arab Saudi menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari keterlambatan akomodasi jemaah, lonjakan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), hingga upaya inklusivitas melalui layanan kursi roda gratis di Masjidil Haram. Meski demikian, Kementerian Agama (Kemenag) berupaya memastikan kenyamanan 99.354 jemaah haji reguler yang telah tiba hingga 16 Mei 2025.
Keterlambatan Akomodasi karena Sistem Syarikah Baru
Sebanyak 48,57% dari total kuota jemaah haji reguler telah mendarat di Arab Saudi, namun transisi ke sistem syarikah di Makkah memicu masalah. Sistem ini, yang menggantikan muasasah, bertujuan meningkatkan efisiensi layanan akomodasi dan transportasi. Namun, keterlambatan distribusi koper dan pemisahan kloter, termasuk pasangan suami-istri serta lansia dari pendampingnya, menjadi keluhan utama.
Anggota Komisi VIII DPR RI, Dini Rahmania, menyebut masalah ini dipicu oleh perubahan data visa dan kurangnya koordinasi dengan syarikah, mitra resmi Arab Saudi. “Jemaah lansia sering kali terpisah dari pendamping, menyebabkan ketidaknyamanan,” ujarnya. Kemenag segera merespons dengan mengatur ulang akomodasi, sementara DPR berencana menggelar Rapat Dengar Pendapat pada 19 Mei 2025 untuk mengevaluasi sistem ini. Program Mecca Route berhasil memangkas antrean imigrasi, tetapi tantangan koordinasi lintas negara masih perlu diperbaiki.
Lonjakan ISPA Ancam Kesehatan Jemaah
Cuaca panas ekstrem di Arab Saudi memicu lonjakan kasus ISPA, terutama menjelang puncak haji. Ribuan jemaah, khususnya lansia, rentan terhadap dehidrasi dan infeksi pernapasan. “Kami imbau jemaah menjaga hidrasi, memakai masker, dan menghindari paparan matahari langsung,” kata Wakil Kepala Badan Pengelola Haji, Saiful Mujab.
Tim medis kloter yang siaga 24 jam telah dilatih untuk menangani kasus darurat, namun jumlah kasus ISPA belum dirilis secara resmi. Pakar kesehatan menyarankan peningkatan edukasi pra-keberangkatan untuk mempersiapkan jemaah menghadapi kondisi cuaca ekstrem, termasuk penyediaan masker berkualitas tinggi.
Kursi Roda Gratis: Dukungan untuk Lansia dan Disabilitas
Sebagai wujud pelayanan inklusif, Kemenag menyediakan kursi roda gratis di Masjidil Haram bagi jemaah lansia dan disabilitas untuk umrah wajib. Biaya sewa resmi 250 riyal (sekitar Rp4 juta) ditanggung pemerintah. Petugas kloter mendata kebutuhan jemaah, memastikan mereka mengenakan ihram dan berwudu, lalu mengantar menggunakan bus shalawat berlift hidrolik ke Masjidil Haram.
Namun, kendala bahasa dan disorientasi jemaah lansia kerap menyulitkan. “Banyak jemaah tidak bisa berbahasa Indonesia, sehingga komunikasi dengan petugas terhambat,” ungkap seorang petugas PPIH. Selain itu, keterbatasan jumlah petugas menyulitkan penanganan kebutuhan khusus, seperti penggantian popok atau pendampingan intensif. PPIH menegaskan pentingnya menggunakan jasa pendorong resmi untuk menghindari penipuan, sambil mengedukasi jemaah agar menyelesaikan rukun haji demi keabsahan ibadah.
Haji 2025: Transisi dan Harapan
Tahun ini menjadi penyelenggaraan haji terakhir di bawah Kemenag sebelum beralih ke Badan Pengelola Haji pada 2026. Dengan biaya haji reguler Rp55,4 juta dan aplikasi e-Hajj untuk pemantauan real-time, Kemenag menargetkan pelayanan prima. Namun, isu seperti distribusi Kartu Nusuk yang belum merata bagi 35.000 jemaah dan penipuan haji ilegal masih menjadi sorotan.
“Pelayanan haji Indonesia mendapat pujian sebagai yang terbaik, tetapi tantangan teknis dan kesehatan harus segera diatasi,” ujar Saiful Mujab. Dengan inovasi seperti kursi roda gratis dan komitmen untuk “husnul khotimah,” Haji 2025 diharapkan menjadi penutup yang membanggakan bagi penyelenggaraan di bawah Kemenag.
Penulis: Tim Redaksi