IHSG Anjlok, Prabowo Turun Tangan: Pertemuan dengan Investor Jadi Solusi?

1 week ago 16

INIPASTI.COM, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat anjlok drastis pada Selasa, 18 Maret 2025, hingga mencapai minus 6,11% di level 6.076, masih menjadi perbincangan hangat. Kejadian ini bahkan memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt selama 30 menit, sebuah langkah darurat yang terakhir kali terjadi saat pandemi Covid-19 melanda pada 2020. Kini, sorotan tertuju pada Presiden Prabowo Subianto yang disebut-sebut akan segera bertemu dengan para investor untuk meredam gejolak pasar. Pertanyaannya, apa yang sebenarnya terjadi di balik layar, dan akankah langkah ini cukup untuk mengembalikan kepercayaan pelaku pasar?

Kronologi Anjloknya IHSG: Alarm Ekonomi atau Fluktuasi Biasa?

Penurunan IHSG yang mencapai titik terendah sejak pandemi ini terjadi di tengah ketidakpastian global dan domestik. Data BEI menunjukkan IHSG merosot lebih dari 395 poin dalam sesi pertama perdagangan pada 18 Maret, memicu kepanikan di kalangan investor. Meski pada Rabu, 19 Maret, IHSG mulai rebound dan ditutup naik 1,42% di level 6.311, bayang-bayang ketidakstabilan masih menghantui. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyebut penurunan ini sebagai “hal wajar” yang bisa terjadi kapan saja. “Kebetulan kita kena 6 persen, gitu aja,” ujarnya santai usai rapat dengan Prabowo di Istana Merdeka, Rabu lalu.

Namun, benarkah ini sekadar fluktuasi biasa? Wakil Ketua DEN, Mari Elka Pangestu, memberikan sinyal lain. Ia menduga anjloknya IHSG dipicu oleh persepsi investor terhadap ketidakjelasan kebijakan pemerintah, yang berujung pada ketidakpastian. “Pasar khawatir soal penerimaan pajak yang menurun dan disiplin fiskal,” ungkap Mari. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa ada masalah mendasar yang belum sepenuhnya terungkap ke publik.

Prabowo Ambil Alih: Pertemuan dengan Investor

Di tengah situasi ini, Presiden Prabowo Subianto tampaknya tak ingin tinggal diam. Luhut mengungkapkan bahwa Prabowo berencana menemui perwakilan investor pasar modal dalam waktu dekat. “Nanti Presiden akan bertemu dengan investor market. Sedang diatur oleh Pak Seskab,” kata Luhut, merujuk pada Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. Meski jadwal dan lokasi belum diumumkan, langkah ini jelas menunjukkan keseriusan pemerintah untuk menenangkan pasar.

Rapat terbatas yang digelar Prabowo pada 19 Maret di Istana Negara bersama jajaran DEN, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, menjadi bukti bahwa pemerintah mulai bergerak cepat. Dalam rapat itu, Prabowo disebut menegaskan komitmennya menjaga disiplin fiskal. “Presiden akan hati-hati, semua dihitung dengan baik,” tambah Luhut. Namun, pernyataan ini masih terdengar normatif. Apa konkretnya yang akan ditawarkan Prabowo kepada investor? Apakah hanya janji manis atau kebijakan nyata?

Sorotan Publik: Antara Harapan dan Skeptisisme

Reaksi publik atas rencana pertemuan ini beragam. Di satu sisi, pelaku pasar menyambut baik sinyal intervensi langsung dari presiden, terutama setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan kebijakan buyback saham tanpa RUPS untuk menstabilkan IHSG. Namun, di sisi lain, ada skeptisisme. Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebut anjloknya IHSG sebagai “cerminan ekonomi yang tak baik-baik saja.” Jika pemerintah tidak memberikan kepastian kebijakan yang jelas, kepercayaan investor bisa terus tergerus.

Menariknya, ini bukan pertama kalinya Prabowo bersikap santai soal IHSG. Pada Desember 2024 lalu, dalam pidato di Sidang Tanwir Muhammadiyah, ia pernah berkata, “Saya nggak punya saham, rakyat di desa juga nggak punya saham. Kalau saham jatuh, ya pemain bursa yang kena.” Sikap ini sempat menuai kritik karena dianggap meremehkan pentingnya pasar modal bagi perekonomian nasional. Kini, dengan rencana bertemu investor, apakah Prabowo mulai menyadari bahwa IHSG bukan sekadar urusan “pemain bursa”?

Apa yang Dipertaruhkan?

Pertemuan Prabowo dengan investor bukan sekadar formalitas. Ini adalah ujian kredibilitas pemerintahannya yang baru berjalan beberapa bulan. Jika gagal meyakinkan pasar, dampaknya bisa meluas: capital outflow meningkat, nilai tukar rupiah tertekan, hingga perlambatan ekonomi yang lebih dalam. Di sisi lain, jika berhasil, ini bisa menjadi poin penting untuk mengukuhkan kepercayaan terhadap visi ekonomi Prabowo, termasuk program-program ambisius seperti makan bergizi gratis yang sempat dikaitkan dengan gejolak fiskal.


Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|