
SULTRAKINI.COM: KONSEL – Sabtu pagi yang seharusnya tenang di Desa Tolu Wonua, Kecamatan Mowila, berubah menjadi mimpi buruk bagi satu keluarga. Seorang bocah perempuan berusia empat tahun, Nisa Nur Hafizah, ditemukan tak bernyawa di dalam karung plastik. Tubuh kecilnya yang malang ditemukan hanya beberapa meter dari tempat terakhir ia terlihat bermain.
Kabar duka ini menyentak warga desa yang sejak dua hari terakhir ikut bahu-membahu dalam pencarian. Nisa yang awalnya dilaporkan hilang sejak Kamis sore (11/9), ternyata bukan sekadar tersesat. Ia menjadi korban pembunuhan. Dan yang paling memilukan: jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Kamis sore sekitar pukul 15.15 WITA, Nisa bermain seperti biasa di kebun dekat rumahnya bersama beberapa teman sebayanya. Sebuah rutinitas yang lumrah di desa agraris seperti Tolu Wonua, yang terletak sekitar 34 kilometer dari Kota Kendari. Namun sore itu menjadi berbeda. Nisa memutuskan pulang lebih dulu, sementara teman-temannya masih asyik bermain. Sejak saat itu, jejak Nisa hilang.
Panik melanda keluarga. Laporan kehilangan pun disampaikan ke pemerintah desa. Jum’at sore (12/9), sekitar pukul 15.05 WITA, Sekretaris Desa Tolu Wonua secara resmi melaporkan kasus hilangnya Nisa ke Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP) atau Basarnas Kendari.
“Kami menerima laporan bahwa seorang anak perempuan berusia empat tahun hilang. Tim penyelamat segera kami kerahkan ke lokasi,” ujar Kepala Basarnas Kendari, Amiruddin.
Tim SAR gabungan langsung diterjunkan ke lapangan. Unsur dari Basarnas, Polsek Mowila, Damkar Konsel, perangkat desa, dan warga dikerahkan. Peralatan lengkap mulai dari ambulans, mobil penyelamat, peralatan medis, evakuasi, hingga komunikasi lapangan dibawa masuk ke wilayah pencarian. Medan yang berat tidak menyurutkan semangat tim.
Area kebun, semak-semak, dan bahkan lahan kosong di sekitar desa disisir. Warga berharap, mungkin saja Nisa hanya tersesat dan bersembunyi karena takut. Namun, harapan itu pupus di hari kedua pencarian.
Jasad Dalam Karung
Sabtu pagi (13/9) sekitar pukul 07.00 WITA, seorang warga bernama Dede yang juga tetangga korban, menemukan sesuatu yang tak lazim di sebuah sudut kebun. Sebuah karung putih tergeletak mencurigakan. Saat diperiksa, betapa terkejutnya ia — di dalam karung itu terdapat tubuh kecil Nisa.
“Sudah ditemukan. Dibunuh. Disimpan dalam karung,” ujar Dede dengan suara berat saat dihubungi oleh media.
Penemuan itu langsung mengubah arah kasus. Dari pencarian orang hilang, kini menjadi penyelidikan dugaan pembunuhan terhadap anak di bawah umur.
Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari kepolisian mengenai pelaku maupun motif pembunuhan.
Juru Bicara KPP Kendari, Wahyudi, membenarkan penemuan jenazah namun enggan berspekulasi lebih jauh soal penyebab kematian.
“Iya benar, korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Untuk kronologi lengkapnya kami masih menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut dari aparat penegak hukum,” ujarnya singkat.
Pihak kepolisian dari Polsek Mowila dan unit forensik kini turun tangan. Lokasi penemuan karung dipasangi garis polisi. Sementara keluarga korban masih berada dalam kondisi shock berat.
Warga Desa Tolu Wonua tak menyangka tragedi kelam seperti ini bisa terjadi di kampung mereka yang selama ini damai dan tenang. Suara tangis terdengar dari rumah duka. Sejumlah warga masih berkumpul, saling menguatkan, dan mengutuk perbuatan keji terhadap anak tak berdosa itu.
“Kami hanya ingin keadilan untuk Nisa. Dia anak baik. Tidak pernah menyusahkan siapa pun,” ujar salah satu kerabat.
Pihak keluarga kini menunggu proses hukum dari pihak berwenang. Sementara itu, kepolisian terus mendalami kasus, termasuk kemungkinan adanya pelaku dari lingkungan terdekat korban.
Anak dan Ancaman di Lingkungan Sekitar
Kejadian ini kembali mengingatkan publik akan pentingnya keamanan anak, bahkan di lingkungan yang dianggap aman sekalipun. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak masih marak, terutama di wilayah pedesaan yang minim pengawasan formal.
Dalam banyak kasus, pelaku justru berasal dari lingkungan yang dikenal oleh korban. Ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi aparat penegak hukum dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan aman bagi anak-anak.
Kematian Nisa Nur Hafizah bukan sekadar kabar duka. Ia menjadi cermin retak dari sistem perlindungan anak yang belum sepenuhnya efektif. Di balik wajah polos anak kecil itu, kini tersimpan luka yang dalam. Bukan hanya bagi keluarga, tapi bagi seluruh masyarakat yang menolak diam terhadap kekerasan terhadap anak.
Kini, hanya satu hal yang ditunggu: keadilan.
Laporan: Frirac