SULTRAKINI.COM: KENDARI — Rektor Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra), Prof. Dr. Ir. Andi Bahrun, M.Sc., Agric., menjadi narasumber utama dalam Seminar Akademik Wisuda Tahap II Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas Terbuka (UT) Kendari, Rabu (29/10), di Hotel Claro Kendari.
Seminar yang mengusung tema “Generasi Inovatif dan Adaptif: Pilar Keberlanjutan Pendidikan di Era Global” ini dihadiri oleh para calon wisudawan, dosen, serta sivitas akademika UT Kendari.
Moderator seminar, LM. Ruspan Takasi, M.Pd., C.Sc., C.Ps., C.Ed., mengungkapkan rasa bangga karena mendapat kesempatan mendampingi sosok yang ia kagumi sejak awal kariernya. Ia mengenang pertemuannya dengan Prof. Andi Bahrun pada tahun 2001 di Universitas Halu Oleo (UHO), ketika Prof. Andi Bahrun dikenal sebagai staf ahli yang tangguh dan selalu turun langsung menyelesaikan berbagai persoalan kemahasiswaan.
“Beliau adalah sosok yang tegas, bijak, dan selalu memberikan solusi. Setelah saya bergabung di UT pada tahun 2008, beliau menjadi atasan yang banyak memberikan bimbingan, arahan, dan pengalaman berharga tentang pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh,” ujarnya sebelum memperkenalkan narasumber utama.
Moderator juga membacakan riwayat singkat Prof. Andi Bahrun yang lahir di Muna, 1 Juni 1963. Ia menempuh pendidikan di SDN Bone Barat, SMP Negeri 1 Raha, dan SMA Negeri 1 Raha, kemudian melanjutkan studi S1 di Universitas Halu Oleo (UHO), serta menyelesaikan S2 dan S3 di Denmark. Pada tahun 2004, Prof. Andi dinobatkan sebagai Dosen Berprestasi Nasional, dan pada tahun 2022 termasuk dalam 100 ilmuwan terbaik dunia di bidang pertanian dan kehutanan.
Dalam materinya, Prof. Andi Bahrun menegaskan pentingnya membangun generasi inovatif dan adaptif yang mampu menghadapi perubahan zaman dan tantangan global. Ia menyampaikan bahwa pendidikan tinggi bukan sekadar tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang untuk menanamkan nilai, karakter, dan integritas.
“UT itu rumah kedua saya. Bahkan saya sering bercanda, saya punya tiga rumah pengabdian: rumah pertama saya adalah UHO, rumah kedua UT Kendari, dan rumah ketiga Unsultra. Ini bukan poligami cinta, tapi poligami pengabdian dalam dunia pendidikan,” ujarnya disambut tawa peserta seminar.
Lebih lanjut, Prof. Andi Bahrun memaparkan lima ciri utama generasi inovatif dan adaptif, yakni:
1. Kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah.
2. Mampu beradaptasi dengan teknologi dan perubahan sosial.
3. Kolaboratif dan berorientasi solusi.
4. Berkarakter kuat, menjunjung etika, nilai kebangsaan, dan kemanusiaan.
5. Pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner).
Dalam penjelasan lebih mendalam, Prof. Andi juga menyoroti pentingnya transformasi pendidikan di era digital. Ia menjelaskan bahwa transformasi berarti adanya perubahan paradigma dari sekadar teaching menuju learning ecosystem yang lebih terbuka dan kolaboratif.
“Transformasi pendidikan menekankan kreativitas, kolaborasi, dan pembelajaran sepanjang hayat. Pendidikan bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga transformasi nilai, sikap, dan perilaku,” terangnya.
Ia menegaskan bahwa perubahan besar di dunia pendidikan menuntut semua pihak — dosen, mahasiswa, dan lembaga — untuk terus beradaptasi dan berinovasi agar tidak tertinggal dalam arus globalisasi.
“Kalau dulu senjata perjuangan adalah bambu runcing, sekarang senjata kita adalah inovasi, kreativitas, dan integritas. Teknologi hanyalah alat, tapi roh pendidikan adalah karakter dan akhlak,” tegasnya.
Prof. Andi juga mengingatkan pentingnya semangat Sumpah Pemuda sebagai pengikat generasi muda untuk terus bersatu dan berkontribusi bagi bangsa. Ia menyoroti bahwa meski zaman berubah, nilai-nilai perjuangan dan solidaritas harus tetap dijaga.

Selain itu, ia mengulas perkembangan pesat teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan komputasi kuantum, yang menurutnya menuntut kesiapan literasi digital dan etika sosial masyarakat.
“AI mengubah cara kita bekerja, dan komputasi kuantum akan mempercepat segalanya. Tapi tanpa karakter, semua kemajuan itu bisa menyesatkan. Karena itu, literasi digital dan integritas moral harus berjalan seiring,” ujar Prof. Andi.
Menutup materinya, ia memberi pesan inspiratif bagi para calon wisudawan agar terus belajar dan berjuang meningkatkan kapasitas diri tanpa batas usia.
“Usia boleh tua, tapi semangat harus tetap muda. Gelar bukan akhir, melainkan awal untuk menjadi inspirasi. Kalau kakek-nenek bisa sarjana, cucunya harus lebih tinggi. Tidak ada yang mustahil jika Allah mengizinkan — kun fayakun,” ucapnya disambut tepuk tangan meriah.
Ia menegaskan, visi menuju Indonesia Emas 2045 hanya bisa dicapai dengan sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga berakhlak mulia.
“SDM unggul itu bukan hanya yang cerdas, tapi juga yang berkarakter dan berintegritas. Itulah kunci menuju Indonesia maju,” pungkasnya.
Seminar akademik ini menjadi momentum berharga bagi para calon wisudawan UT Kendari untuk memperkaya wawasan, memperkuat karakter, dan menanamkan semangat lifelong learning dalam menghadapi dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat.
Laporan: Andi Mahfud

18 hours ago
6

















































