
SULTRAKINI.COM: KONAWE-Dalam rangka meningkatkan nilai ekonomi kayu sengon dan jabon serta menjaga keberlanjutan lingkungan, dosen dari Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL) Universitas Halu Oleo (UHO) bekerja sama dengan dosen Universiti Teknologi Mara (UiTM) Malaysia menggelar pelatihan kepada anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Wawonggota dan KTH Lalondoumo KUPS Agroforestri. Kegiatan ini difokuskan pada budidaya kayu sengon dan jabon serta pemanfaatan limbah kayu sengon dan jabon di lokasi Hutan Kemasyarakatan (HKm) Program Perhutanan Sosial Desa Andalambe, Kecamatan Tongauna Utara, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Dalam sesi pelatihan, masyarakat diperkenalkan pada teknik silvikultur modern yang mencakup pemilihan bibit unggul, teknik penanaman berkelanjutan, pemeliharaan pohon, hingga pengaturan jarak tanam dan rotasi panen. Wakil Dekan III FHIL UHO, Dr. Basrudin, SP., M.Si., selaku narasumber menegaskan bahwa teknik yang tepat akan meningkatkan kualitas kayu sengon dan jabon sehingga memiliki nilai jual lebih tinggi di pasaran.
“Dengan pemeliharaan yang baik, sengon bisa dipanen dalam tiga tahun dengan kualitas kayu yang optimal, sehingga bisa menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan bagi masyarakat,” jelasnya.
Selain pelatihan silvikultur, program ini juga mengajarkan konversi limbah kayu menjadi pelet biomassa dan briket kayu sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan. Narasumber dari UiTM Malaysia, Ts. Dr. Siti Noorbaini Sarmin, langsung mempraktikkan penggunaan dan manfaat pelet kayu sengon maupun jabon. Ia menjelaskan bahwa teknologi sederhana namun efektif dapat digunakan untuk mengubah serbuk gergaji dan limbah penggergajian menjadi energi terbarukan.
“Limbah kayu yang selama ini dibuang, kini bisa diolah menjadi energi bersih. Ini memberi peluang ekonomi baru dan mendukung transisi menuju energi hijau di pedesaan,” tutur Dr. Noorbaini.
Sementara itu, narasumber dari UiTM Malaysia, Dr. Nurrohana Ahmad, menyampaikan bahwa kolaborasi ini juga menjadi bentuk pertukaran pengetahuan antara kedua lembaga pendidikan tinggi sekaligus sarana memperkuat hubungan bilateral dalam bidang riset dan pengabdian masyarakat.
“Kami melihat potensi besar dalam kerja sama dengan UHO, terutama dalam pengembangan ilmu kehutanan dan pemberdayaan masyarakat berbasis sumber daya lokal,” ujarnya dengan logat Malaysia.
Perwakilan KPH Laiwoi menyatakan bahwa kegiatan ini sejalan dengan program perhutanan sosial yang menekankan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Ia juga menyoroti pentingnya keberlanjutan program dan partisipasi aktif warga.
“Kami menyambut baik kolaborasi UHO dan UiTM Malaysia ini. Pelatihan seperti ini penting karena dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam upaya meningkatkan nilai komoditas usaha tani yang dikelola selama ini. Kami berharap ada laporan berkala sehingga hasilnya dapat dievaluasi dan dikembangkan ke desa-desa lain,” ungkap perwakilan KPH Laiwoi.
Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan, Dr. Zakiah Uslinawaty, S.Hut., M.Si., mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini adalah memberikan keterampilan teknis dalam mengolah limbah kayu sengon dan jabon yang selama ini sering dianggap tidak bernilai, menjadi produk bernilai ekonomis.
“Kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat sekaligus upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah kayu sengon dan jabon secara berkelanjutan,” jelasnya.
Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara FHIL UHO dan KPH Laiwoi, yang disaksikan oleh dosen UiTM Malaysia bersama Ketua Kelompok Tani, Penyuluh Kehutanan, serta seluruh peserta kegiatan pengabdian. Penandatanganan MoU tersebut menjadi langkah awal melanjutkan kolaborasi di bidang riset dan pengabdian masyarakat di masa mendatang.