Ditangkap di Kebun, Kerabat Jadi Tersangka Pembunuh Bocah di Tolu Wonua

16 hours ago 4

SULTRAKINI.COM: KONSEL – Polisi akhirnya menangkap terduga pelaku pembunuhan Nisa Nur Hafizah, bocah perempuan berusia 4 tahun yang ditemukan tewas dalam karung plastik di Desa Tolu Wonua. Yang mengejutkan: pelaku adalah kerabat korban sendiri.

Pria berinisial AF (21), warga setempat, ditangkap di kebun miliknya oleh anggota Polsek Mowila, pada Sabtu (13/9/2025) siang,  hanya beberapa jam setelah jasad Nisa ditemukan. Penangkapan ini mengakhiri spekulasi dan kecemasan warga desa yang diguncang tragedi dalam dua hari terakhir.

“Pelaku sudah kami amankan. Inisialnya AF, dan benar, ia merupakan kerabat dekat korban,” kata AKBP Febry Sam, Kapolres Konawe Selatan.

Penangkapan dilakukan di sebuah kebun yang masih berada dalam radius desa. Polisi menyebut, tidak ada perlawanan dari AF saat ditangkap.

“Kami menjemputnya langsung di kebun miliknya. Saat ini terduga pelaku sudah kami bawa ke Mako Polres Konsel untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Gusti, Kanit Intel Polsek Mowila.

Motif pembunuhan masih dalam penyelidikan. Namun fakta bahwa pelaku adalah orang yang dikenal, bahkan memiliki hubungan darah dengan korban, membuat kasus ini semakin menyakitkan.

Nisa terakhir terlihat Kamis sore (11/9/2025), pukul 15.15 WITA. Ia bermain bersama teman-temannya di kebun dekat rumah. Namun ia pulang lebih dulu, meninggalkan teman-temannya. Sejak itu, ia tidak pernah sampai ke rumah.

Keluarga panik. Warga ikut mencari. Dan pada Jumat sore, laporan resmi dilayangkan ke Basarnas Kendari.

“Kami menerima laporan bahwa seorang anak hilang di Tolu Wonua. Tim penyelamat segera diberangkatkan,” kata Amiruddin, Kepala Basarnas Kendari.

Tim SAR gabungan terdiri dari Basarnas, Polsek Mowila, Damkar Konsel, aparat desa, serta warga menyisir area semak, kebun, dan wilayah sekitar desa. Harapan awalnya sederhana, Nisa hanya tersesat, mungkin bersembunyi karena takut.

Namun, Sabtu pagi (13/9), semua harapan itu runtuh.

Seorang warga bernama Dede, menemukan karung putih mencurigakan di sudut kebun. Saat dibuka, terlihat tubuh mungil Nisa di dalamnya.

“Dibunuh. Disimpan dalam karung,” kata Dede, tetangga korban, dengan suara berat.

Jenazah Nisa ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Terbungkus rapi dalam karung plastik, tak jauh dari rumahnya sendiri.

AF disebut sering terlihat di sekitar lingkungan korban. Ia memiliki kebun tak jauh dari lokasi penemuan jenazah. Beberapa warga mengenalnya sebagai bagian dari keluarga besar korban.

Fakta bahwa pelaku tinggal berdekatan dan memiliki hubungan keluarga membuat suasana desa semakin mencekam. Banyak warga mengaku tidak menyangka bahwa AF mampu melakukan hal sekeji itu.

“Ini bukan orang luar. Ini orang yang kita kenal, kita temui hampir setiap hari,” ujar salah satu warga.

Apa Motifnya?

Hingga kini, polisi belum mengungkap motif di balik pembunuhan. AF masih diperiksa intensif oleh penyidik di Mapolres Konawe Selatan. Polisi juga akan melibatkan psikolog forensik untuk mendalami aspek psikologis dan kejiwaan pelaku.

Sementara itu, lokasi penemuan jenazah telah dipasangi garis polisi, dan barang bukti dikumpulkan untuk memperkuat proses hukum.

Kasus pembunuhan Nisa menyoroti realitas pahit. Kekerasan terhadap anak sering kali datang bukan dari orang asing, melainkan dari lingkaran dalam. Data KPAI menunjukkan bahwa lebih dari 60% kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orang terdekat, seperti keluarga, tetangga, atau orang yang dipercaya.

“Anak-anak adalah korban yang mudah karena mereka mempercayai dunia di sekitarnya. Saat pelaku berasal dari keluarga, lapisan perlindungan itu runtuh,” ujar seorang pakar perlindungan anak yang tidak ingin disebutkan namanya.

Warga Desa Tolu Wonua kini hidup dalam trauma. Suara tangis masih terdengar dari rumah duka. Karpet-karpet digelar untuk pelayat. Ibu korban tampak lemas, ayah korban terdiam tanpa kata.

Sementara itu, warga desa saling bertanya, bagaimana bisa hal seperti ini terjadi di kampung kami?

“Kami hanya ingin keadilan. Untuk Nisa. Untuk keluarga. Untuk desa ini,” ujar seorang kerabat korban.

Keluarga kini menanti proses hukum berjalan. Mereka berharap, tidak ada lagi kompromi atau perlindungan terhadap pelaku kekerasan anak, bahkan jika itu datang dari dalam keluarga.

Kepolisian berjanji untuk mengusut tuntas kasus ini.

“Anak adalah prioritas perlindungan. Kami akan proses pelaku dengan pasal maksimal,” tegas Kapolres AKBP Febry Sam.

Nisa tak akan kembali. Tapi kisahnya menjadi pengingat keras bagi siapa saja, bahwa kejahatan bisa datang dari siapa saja, kapan saja, bahkan dari orang yang kita panggil saudara.

Kini, tugas kita bersama adalah memastikan tragedi seperti ini tidak terulang. Menolak diam. Menuntut keadilan. Dan menjaga setiap anak agar tetap aman, meski di tengah keluarga sendiri.

Laporan: Frirac

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|