Satu-Satunya yang Pasti adalah Ketidakpastian

2 days ago 12

Oleh : Ahmad Usman

Dosen Universitas Mbojo Bima

 INIPASTI.COM,  “Satu-satunya yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian” (Albert Einstein).
Perubahan adalah kepastian yang melahirkan ketidakpastian, yaitu suatu keadaan yang tidak tertebak apa, siapa, kapan, bagaimana, sehingga banyak orang berprinsip altschmerz yaitu rasa kekhawatiran akan suatu hal yang sama sampai membuatnya tidak tertarik lagi akan hal tersebut tetapi masih mengkhawatirkannya dan ketidakpastian tersebut ada kalanya melahirkan tekanan guna mencegah perubahan tersebut.

Ungkapan filosofis yang populer tersebut, menekankan bahwa perubahan dan ketidakpastian adalah sifat dasar dari kehidupan. Meskipun mungkin terdengar negatif, ungkapan ini juga bisa dilihat sebagai pengingat untuk menerima dan beradaptasi dengan perubahan, serta fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan, seperti sikap dan tindakan kita sendiri.

Pernyataan yang hampir senada. Adalah John Allen (Matematikawan). Pernah mengatakan “Ketidakpastian adalah satu-satunya kepastian yang ada”. Bicara tentang masa depan selalu saja tidak ada habisnya. Ketidakpastian demi ketidakpastian selalu muncul dan kadang menjadi ancaman besar dalam hidup.

Makna mendalam dari ungkapan Albert Einstein tersebut (AI, 2025): pertama, ketidakpastian sebagai sifat dasar. Ungkapan ini mengakui bahwa dunia ini penuh dengan hal-hal yang tidak pasti, seperti masa depan, peristiwa tak terduga, dan perubahan yang konstan. Tidak ada jaminan bahwa hal-hal akan selalu berjalan sesuai rencana. Kedua, menerima perubahan. Daripada berjuang melawan ketidakpastian, ungkapan ini menyarankan untuk menerimanya sebagai bagian alami dari kehidupan. Ini berarti menjadi lebih fleksibel, beradaptasi dengan perubahan, dan tidak terlalu terpaku pada rencana yang kaku. Ketiga, fokus pada kontrol diri. Meskipun kita tidak dapat mengendalikan semua yang terjadi di sekitar kita, kita memiliki kendali atas reaksi dan tindakan kita sendiri. Ungkapan ini mendorong kita untuk fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan, seperti sikap kita, cara kita merespons tantangan, dan bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Keempat, potensi pertumbuhan.Ketidakpastian juga bisa dilihat sebagai peluang. Ketika kita dihadapkan pada situasi baru atau tantangan yang tidak terduga, kita memiliki kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan menjadi lebih kuat. Kelima, contoh investasi.Dalam dunia investasi, pasar saham selalu berubah-ubah. Tidak ada jaminan bahwa investasi akan selalu menguntungkan, tetapi dengan memahami risiko dan diversifikasi, investor dapat mengelola ketidakpastian ini. Keenam, karir.Pekerjaan bisa hilang, perusahaan bisa bangkrut. Ketidakpastian karir mendorong individu untuk mengembangkan keterampilan baru, membangun jaringan, dan menjadi lebih fleksibel dalam pilihan karir mereka. Ketujuh, kehidupan pribadi.Hubungan bisa berubah, orang bisa sakit atau meninggal. Menerima ketidakpastian dalam hubungan dan kesehatan mendorong kita untuk menghargai setiap momen dan fokus pada hal-hal yang penting. 

Konsep “Kepastian yang Tidak Pasti”

Dalam pandangan filsafat, “kepastian yang tidak pasti” mengacu pada kondisi di mana kita menyadari bahwa meskipun ada sesuatu yang tampak stabil atau pasti, realitas sebenarnya penuh dengan ketidakpastian dan perubahan yang tak terhindarkan. Ini adalah konsep yang sering dibahas dalam berbagai aliran filsafat, termasuk skeptisisme, filsafat eksistensialisme, dan stoikisme (AI, 2025).

Filsafat skeptisisme mempertanyakan kemungkinan adanya kepastian mutlak. Skeptis berpendapat bahwa pengetahuan manusia selalu terbatas dan mungkin salah, sehingga tidak ada yang benar-benar pasti. Filsafat eksistensialisme menekankan kebebasan individu dalam menghadapi ketidakpastian hidup. Eksistensialis percaya bahwa manusia harus menciptakan makna dan nilai sendiri dalam dunia yang tidak pasti dan absurd.  Filsafat Stoik mengajarkan penerimaan terhadap ketidakpastian dan perubahan sebagai bagian alami dari kehidupan. Stoik berpendapat bahwa kita hanya bisa mengendalikan pikiran dan tindakan kita sendiri, bukan hasil dari kejadian eksternal. 

Filsuf Descartes, dengan metode keraguan metodologisnya, mencari kepastian melalui akal dan penalaran. Namun, bahkan Descartes mengakui bahwa ada hal-hal yang tidak pasti, seperti pengetahuan indrawi, yang perlu diuji secara kritis. 

Konsep “kepastian yang tidak pasti” menyentuh tema yang sangat mendalam dalam filsafat manusia, terutama dalam ranah epistemologi (teori pengetahuan), eksistensialisme, dan bahkan postmodernisme (Sudjarwo, 2025).

Pertama, epistemologi. Kepastian dan ketidakpastian. Dalam epistemologi klasik (Plato, Descartes), kepastian dianggap sebagai puncak pengetahuan. Descartes, misalnya, mencari dasar pengetahuan yang pasti melalui keragu-raguan metodis—dan akhirnya menemukan cogito ergo sum (“aku berpikir maka aku ada”) sebagai satu-satunya hal yang pasti. Namun, banyak filsuf kemudian—seperti David Hume dan Immanuel Kant—menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan kita tentang dunia empiris sebenarnya tidak pernah sepenuhnya pasti. Kita hanya bisa bicara tentang probabilitas atau “kepastian praktis”. Dengan demikian,  kepastian itu lebih ideal daripada riil, oleh sebab itu dalam praktiknya, manusia hidup dalam zona ketidakpastian.

Kedua, eksistensialisme. Menerima ketidakpastian sebagai kenyataan hidup. Filsuf seperti Søren Kierkegaard dan Jean-Paul Sartre justru melihat ketidakpastian sebagai bagian esensial dari eksistensi manusia. Mereka menolak ilusi akan kepastian mutlak dan mendorong manusia untuk menerima absurditas hidup. Oleh karena itu harus membuat pilihan dengan penuh tanggung jawab meski tanpa jaminan benar atau salah. Oleh sebab itu dalam pandangan ini, “kepastian yang tidak pasti” bisa berarti bahwa satu-satunya kepastian dalam hidup adalah ketidakpastian itu sendiri—dan tugas manusia adalah menciptakan makna dalam ruang kosong itu.

Ketiga, postmodernisme. Kepastian dianggap ilusi. Filsuf postmodern seperti Jacques Derrida atau Jean-François Lyotard bahkan lebih jauh lagi. Mereka mempertanyakan gagasan tentang kebenaran universal dan narasi besar (grand narrative). Dalam pandangan ini, kepastian dianggap sebagai konstruksi budaya atau bahasa—dan selalu bisa didekonstruksi. Sebab itu mereka berpandangan kepastian yang tidak pasti adalah wujud dari kesadaran bahwa semua yang tampak kokoh bisa retak.

Secara ringkas dapat kita pahamkan bahwa manusia merindukan kepastian, namun hidup dalam dunia yang tak pasti. Maka, filsafat manusia mendorong kita untuk: (1) menerima bahwa kepastian mutlak itu mitos, (2) menjalani hidup dengan kesadaran reflektif, dan (3) menciptakan makna tanpa harus menunggu jaminan.

Ketidakpastian dan Risiko

Istilah ketidakpastian dan risiko sering dianggap dua istilah yang sama. Namun kedua istilah tersebut sebenarnya berbeda. Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk), sedangkan istilah risiko itu sendiri mengacu kepada risiko yang diperkirakan (expected risk).

Ketidakpastian atau uncertainty sering diartikan dengan keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Tetapi, tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara kuantitatif. Kata ketidakpastian berarti suatu keraguan, dan dengan demikian pengertian ketidakpastian dalam arti yang luas adalah suatu pengukuran dimana validitas dan ketepatan hasilnya masih diragukan. Dengan demikian, ketidakpastian itu disebabkan karena pengetahuan yang tidak sempurna (imperfect knowledge) dari manusia (Suryanto dalam Usman, 2023).

Selain kita telah memasuki era disruptif, dimana banyak terjadi perubahan-perubahan akibat adanya kemajuan, salah satunya kemajuan teknologi. Pertumbuhan teknologi yang cepat telah menyebabkan persaingan yang ketat dan tingkat percepatan perubahan yang inovatif.

Era VUCA

Perubahan dan ketidakpastian merupakan aspek kehidupan yang tak terelakkan yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan penuh tantangan. Baik itu perubahan besar dalam hidup, kejadian tak terduga, atau perubahan keadaan, menghadapi masa-masa ini membutuhkan kemampuan beradaptasi dan ketahanan.

Sekarang ini kita memasuki era VUCA, yang merupakan singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Volatility berarti merupakan keadaan yang tidak menentu serta rentan terhadap terjadinya perubahan. Uncertainty merupakan suatu ketidakpastian dan keadaan yang penuh dengan kejutan yang dapat terjadi kapan saja. Complexity merupakan situasi yang penuh dengan kerumitan. Ambiguity merupakan keadaan mengambang yang menyebabkan kebingungan untuk membaca arah dengan jelas.

Perubahan merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan akan terjadi. Maknanya bahwa manusia perlu senantiasa “berubah” sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri, misalnya : perubahan dalam perilaku, perubahan cara berpikir, perubahan cara bersikap, perubahan dalam sistem nilai dan penilaian, perubahan dalam metode dan cara bekerja, dan perubahan dalam peralatan yang digunakan.

Masyarakat sebagai sebuah organisasi, sekarang dihadapkan pada lingkungan yang memiliki karakteristik perubahan yang cepat (volatility), tidak menentu (uncertainty),sangat beragam (complexity), dan tidak jelas (ambiguity).Satu-satunya kepastian adalah tidak ada yang namanya kepastian (pliny the elder).

Hanya Ada Dua yang Pasti

“Tidak ada yang pasti kecuali kematian dan pajak” adalah salah satu kutipan populer dari Benjamin Franklin, Bapak Pendiri Amerika Serikat. Beliau membuat pernyataan tersebut, dengan selera humornya, bahwa kita tidak bisa menghindar atau lari dari pajak, sama seperti kematian.

Masih ada kemungkinan lain yakni: proses dan isi perubahannya juga tidak pasti. Semua itu–penyebab (context), proses, isi (content) dan hasil yang tidak pasti (result) menyebabkan para aktor–mereka yang terlibat dalam perubahan sering kali merasa takut. Mereka takut bukan pada perubahannya tetapi takut pada ketidakpastian dan ketidaktahuan terhadap masa akan datang akibat perubahan. Oleh karena itu menjadi wajar jika banyak orang enggan melakukan perubahan, atau dengan kata lain, resistensi terhadap perubahan merupakan sifat alami manusia. Artinya, meski perubahan itu bersifat logis–bisa diterima oleh akal sehat, pada kenyataannya perubahan lebih bersifat emosional (Achmad Sobirin, 2012).

Itulah sebabnya selain diartikan sebagai “alternation, modification or addition”, perubahan juga sering dimaknai sebagai sesuatu yang menakutkan (scary), membuat sakit kepala (painful), membebaskan (liberating), membuat arah tidak menentu (disorienting), menyegarkan (exhilarating), memberdayakan (empowering), membuat frustrasi (frustating), memenuhi kebutuhan (fulfilling), memusingkan (confusing), dan menantang (challenging) (Achmad Sobirin, 2012).

Dalam “Navigasi Ketidakpastian…”

Dalam “Navigasi Ketidakpastian: Menghadapi Perubahan dalam Kehidupan,” kita akan menjelajahi bagaimana individu dapat mempersiapkan diri dan merespons perubahan dengan bijak. Dengan pemahaman yang baik tentang perubahan dan strategi untuk menghadapinya, kita dapat menghadapi ketidakpastian dengan lebih tenang dan percaya diri (Abi Wihan, 2024).

Pemahaman tentang perubahan. Pertama-tama, penting untuk memahami sifat perubahan dan bagaimana hal itu memengaruhi kehidupan kita. Apakah itu perubahan yang diinginkan atau tidak diinginkan, setiap perubahan membawa tantangan dan peluang yang berbeda.

Strategi menghadapi perubahan. Ada berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi perubahan dengan lebih baik. Ini termasuk mengembangkan ketahanan mental, fleksibilitas, dan kemampuan adaptasi untuk berurusan dengan situasi yang baru dan tidak terduga.

    Mencari dukungan. Dalam menghadapi perubahan, penting untuk tidak merasa sendirian. Mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional dapat membantu kita melewati masa-masa sulit dan menemukan solusi yang lebih baik.

Ketidakpastian dan perubahan adalah bagian integral dari kehidupan. Sementara beberapa perubahan mungkin sulit atau menyakitkan, kita juga harus mengakui bahwa perubahan membawa potensi untuk pertumbuhan, pembelajaran, dan pencapaian. Dengan memahami dan merangkul perubahan, kita dapat lebih siap menghadapi tantangan hidup dan menemukan kedamaian dalam ketidakpastian

Jalan Keluar

Farouk (Achmad Sobirin, 2012) mengidentifikasi 5 (lima) jalan keluar (strategi) yang biasa dilakukan masyarakat ketika menghadapi ketidakpastian dan ketidaktahuan perubahan. Pertama, negative strategy. Mereka akan menutup diri, menolak perubahan, dan berusaha membayangkan dan membangun lingkungan hidup sebagaimana yang ada di masa sebelumnya dan membangun ikatan-ikatan primordial. Kedua, hedonist strategy. Mereka akan terbawa arus perubahan, kehilangan ingatan akan pegangan masa lalu dan bahkan pada akhirnya bersikap apatis terhadap segala yang mapan, meniscayakan serta menikmati segala apa saja yang menimbulkan efek perubahan. Ketiga, fatalistic strategy. Mereka akan tetap bertahan hidup dalam perubahan itu, tetapi dengan sikap kognitif, afektif dan motorik yang traumatik yang menatap masa depan tanpa harapan dan berjuang hidup hanya pada batas survival untuk sekadar bertahan hidup di masa kini.

Keempat, pragmatist strategy. Mereka akan bertahan hidup dalam perubahan tetapi dengan membuat pegangan-pegangan baru yang bersifat sementara untuk bisa digunakan dalam menyiasati masa lalu, masa kini maupun masa depan, membangun kemapanan relatif yang berguna dalam rentang waktu pendek yang selalu siap untuk dimodifikasi sesuai dengan perubahan keadaan yang berjalan cepat.

Kelima. reflective strategy. Mereka menerima perubahan dengan sikap kritis dan selektif dengan menggunakan program jangka panjang mereka sebagai tolok ukur.

Perubahan Versus Status Quo

Reaksi masyarakat terhadap perubahan berbeda-beda. Salah satu pihak (biasanya pihak yang merasa tertindas) sangat mengharapkan adanya perubahan sosial yang mampu melepaskan dirinya dari belenggu ketertindasan tersebut. Namun, pihak yang lain (biasanya pihak yang sudah mapan) justru tidak menginginkan adanya perubahan. Kelompok ini lebih senang dengan kondisi masyarakat yang sedang berlangsung saat itu. Sering kali kelompok ini berasal dari kalangan status quo. Dalam hal ini, perubahan dipandang sebagai fenomena yang dapat merugikan kalangan status quo. Oleh karena itu, sudah sejak lama muncul mitos-mitos tentang perubahan, yang tentu saja mitos-mitos tersebut dilandasi oleh asumsi-asumsi yang saat ini disadari keliru (Wawan Ruswanto, 2009). Dalam rangka ini, Eliot (Lauer, 2003) menyampaikan bahwa pemahaman mengenai perubahan sosial harus dimulai dengan mendefinisikan konsepnya (perubahan sosial) dan melenyapkan mitosnya dari pemikiran kita.

Menghadapi Perubahan dan Ketidakpastian

Ada sejumklah kiat atau tips dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian (AI, 2025). Pertama, terima dan akui. Langkah pertama adalah mengakui bahwa perubahan dan ketidakpastian adalah bagian alami dari kehidupan. Jangan mencoba untuk menghindarinya, tetapi hadapi dengan pikiran terbuka. Kedua, fokus pada yang dapat dikendalikan. Meskipun kita tidak dapat mengendalikan perubahan itu sendiri, kita dapat mengendalikan bagaimana kita meresponsnya. Fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan, seperti sikap kita, rutinitas harian, dan cara kita merawat diri sendiri. Ketiga, kembangkan keterampilan adaptasi. Keterampilan adaptasi dan fleksibilitas sangat penting dalam menghadapi perubahan. Belajar untuk beradaptasi dengan situasi baru, menjadi lebih fleksibel, dan mencari solusi kreatif untuk tantangan baru. Keempat, bangun ketahanan. Ketahanan adalah kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan dan beradaptasi dengan situasi yang menantang. Membangun hubungan sosial yang kuat, menjaga kesehatan fisik dan mental, serta belajar dari pengalaman masa lalu dapat membantu meningkatkan ketahanan. Kelima, cari dukungan. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional jika merasa kesulitan menghadapi perubahan dan ketidakpastian. Berbagi pengalaman dan perasaan dengan orang lain dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan. Keenam,  lihat perubahan sebagai peluang. Meskipun perubahan bisa sulit, itu juga bisa menjadi peluang untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. Coba lihat perubahan sebagai kesempatan untuk menemukan hal-hal baru, mengembangkan keterampilan baru, atau mencapai tujuan baru. 

Mengapa Perubahan Begitu Menakutkan

Donald Robertson, seorang psikoterapis dan penulis yang mendalami Stoikisme, mengingatkan kita bahwa perubahan adalah bagian alami dari kehidupan. Dalam salah satu kutipan inspiratifnya, ia mengatakan, “Perubahan adalah satu-satunya kepastian dalam hidup. Semakin cepat kita menerimanya, semakin damai kita menjalani hidup. Kata-kata ini memiliki makna mendalam dan berkaitan erat dengan ajaran filsafat Stoikisme yang telah bertahan selama berabad-abad. Para filsuf Stoik, seperti Marcus Aurelius dan Epictetus, memahami bahwa ketahanan mental seseorang sangat bergantung pada bagaimana ia merespons perubahan (Suhandoko, 2025).

Ada beberapa alasan mengapa perubahan terasa begitu menakutkan bagi banyak orang (Suhandoko, 2025). Pertama, ketidakpastian. Kita tidak tahu apakah perubahan akan membawa hal baik atau buruk. Kedua, kehilangan kendali. Perubahan sering kali terjadi di luar kendali kita, sehingga kita merasa lemah dan tidak berdaya. Ketiga, kenyamanan zona aman. Manusia cenderung ingin mempertahankan kondisi yang sudah familiar, meskipun tidak selalu ideal. Keempat, takut gagal. Perubahan sering kali menuntut kita untuk beradaptasi dan mencoba hal baru, yang bisa memunculkan rasa takut gagal.

Suatu kenyataannya yang susah dipungkiri bahwa menolak perubahan hanya akan membuat kita semakin stres dan tertekan. Semakin keras kita melawan sesuatu yang tak terhindarkan, semakin besar penderitaan yang kita rasakan.

Ketidakpastian telah menjadi bagian dari hidup. Siapapun harus menerima ketidakpastian. Dengan alasan : menerima ketidakpastian berarti membuatmu membuka diri pada kemungkinan baru; menerima ketidakpastian berarti mengurangi kecemasan; menerima ketidakpastian berarti meningkatkan fleksibilitas; menerima ketidakpastian berartimengapresiasi momen saat ini; dan menerima ketidakpastian berartimembentuk karakter diri yang lebih kuat.

Sesuatu yang pasti adalah ketidakpastian. Tidak ada sesuatu pun yang pasti selain ketidakpastian itu. Lebih menarik lagi bila kita sedikit mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya: sesuatu yang pasti akan hari esok adalah bahwa hari esok itu tidak pasti.

Dengan ketidakpastian ini kita menjadi ingin menyiapkan diri menghadapinya. Karena manusia hidup diantara ketidakpastian. Jika segalanya sesuatunya sudah pasti, maka kemanusiaan hilang artinya.

Ketidakpastian yang pasti dan Kepastian yang tidak pasti

Kita sering dihadapkan pada dua hal kontradiktif: ketidakpastian yang pasti dan kepastian yang tidak pasti. Ketidakpastian yang pasti berarti kita menyadari bahwa perubahan dan hal-hal tak terduga adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan. Sementara itu, kepastian yang tidak pasti mengingatkan kita bahwa apa yang tampak stabil dan pasti juga bisa berubah sewaktu-waktu (Nehemia, 2025).

Pertama, ketidakpastian yang pasti. Dalam teori manajemen risiko, ada istilah uncertainty yang menggambarkan bahwa meski kita memiliki data atau pengalaman masa lalu, tidak ada jaminan bahwa hasil di masa depan akan persis sama. Ini menuntut kita untuk berpikir antisipatif dan siap dengan berbagai skenario.

Kedua, kepastian yang tidak pasti. Dalam ilmu ekonomi, certainty bias sering kali membuat orang merasa terlalu percaya diri terhadap kondisi yang tampak stabil, seperti pekerjaan tetap atau pasar saham yang naik. Namun, sejarah menunjukkan bahwa krisis global atau kebijakan baru dapat mengubah keadaan secara tiba-tiba.

Seni Memimpin di Era Ketidakpastian

Menurut Moss Kanter (Wattimena, 2011) ada lima hal yang amat diperlukan oleh para pemimpin di era ketidakpastian. Yang pertama adalah kemampuan untuk memberikan kepastian dalam proses yang tengah berjalan. Manusia tidak bisa mengontrol hasil tindakannya. Yang bisa ia kontrol adalah proses yang ada, supaya berjalan lebih maksimal. Itulah yang pertama-tama harus dilakukan oleh seorang pemimpin.

Seorang pemimpin tidak boleh berkata, bahwa saya tidak tahu. Ia harus mengajak orang lain berdiskusi tentang apa yang penting untuk dilakukan, dan kemudian melakukannya tanpa ragu. Sekali lagi perlu diingat, kita tak bisa mengontrol hasil. Yang bisa kita kontrol adalah proses, dan seorang pemimpin harus memberi kepastian di dalam proses yang tengah berjalan.

Yang kedua seorang pemimpin perlu untuk melakukan “pembersihan” di era ketidakpastian. Krisis dan ketidakpastian adalah suatu kesempatan, di mana kita bisa melihat hal-hal yang menghambat, dan apa yang mengembangkan. Hal-hal yang tidak produktif dan menghambat harus dilepaskan. Ia bisa melakukan “cuci gudang” yang memang amat diperlukan untuk merampingkan organisasi yang tengah berjalan.

Yang ketiga bagi Kanter, justru di dalam ketidakpastian, seorang pemimpin perlu membuka ruang yang cukup besar bagi aliran-aliran ide yang ada. “Membuka ruang untuk aliran ide”, demikian tulis Kanter, “membersihkan ketidakpastian.” Daripada energi untuk berpikir digunakan untuk menciptakan isu-isu yang tidak pasti, seorang pemimpin bisa menggunakannya untuk menemukan jalan keluar alternatif dari krisis yang terjadi.

Yang keempat di dalam situasi kritis dan tidak pasti, justru seorang pemimpin perlu untuk memberikan penghargaan pada kolega ataupun konsumen yang setia. Di dalam proses ini, satu hal yang pasti, ia akan memperoleh teman yang setia. Di dalam hidup yang penuh ketidakpastian, kehadiran seorang teman yang setia adalah sesuatu yang amat berharga dan bermakna.

Yang kelima di dalam situasi krisis dan ketidakpastian, seorang pemimpin justru harus tetap berpegang pada tujuan dan visi yang menjadi pegangan organisasi (Kanter, 2011) Di dalam ketidakpastian situasi, nilai-nilai yang menjadi roh organisasi justru harus diangkat, ditekankan, dan digunakan untuk memberi pegangan. Nilai-nilai luhur organisasi adalah penjaga di tengah badai yang menciptakan kecemasan.

Mengakhiri tulisan ini penulis pinjam kalimat filosofis dari Gurudev Sri Sri Ravi Shankar. “Hidup memiliki ketakpastian dan ketakpastianlah yang membuka dimensi baru dalam kehidupan.”

Semoga bermanfaat !!!

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|