Fenomena Dutch Disease: Definisi, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

1 month ago 26

Fenomena Dutch Disease menjadi buah bibir sejak Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyebutnya awal tahun ini.

Apa maksud fenonema Dutch Disease? Simak artikel berikut untuk informasi selengkapnya!

Summary:

  • Penyebab utama Dutch Disease termasuk penguatan mata uang domestik akibat peningkatan ekspor komoditas, penurunan daya saing sektor manufaktur karena produk ekspor menjadi lebih mahal, dan ketergantungan pada harga komoditas yang rentan terhadap fluktuasi pasar global.
  • Fenomena Dutch Disease telah mengakibatkan deindustrialisasi dini di Indonesia, dengan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB menurun dari 32% pada tahun 2002 menjadi 18,3% pada tahun 2022. Hal ini menghambat transformasi Indonesia menjadi negara maju.
  • Beberapa strategi utama untuk mengatasi Dutch Disease termasuk stabilisasi fiskal, kebijakan moneter prudensial, diversifikasi ekonomi, dan investasi dalam pembangunan infrastruktur dan pendidikan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain.

Apa Itu Dutch Disease?

Penemuan cadangan gas alam yang signifikan di Belanda pada tahun 1977 memicu penurunan drastis pada sektor manufaktur negara tersebut. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai “Dutch Disease“.

Istilah ini, yang pertama kali diperkenalkan oleh majalah The Economist, menggambarkan bagaimana kelimpahan sumber daya alam dapat berdampak negatif pada sektor ekonomi lainnya1.

Fenomena Dutch Disease merupakan suatu kondisi ekonomi di mana pertumbuhan pesat pada suatu sektor, umumnya sektor ekstraktif seperti pertambangan atau perkebunan, berdampak negatif terhadap sektor lain dalam perekonomian.

Kondisi ini kerap terjadi pada negara-negara kaya sumber daya alam.

Ketika suatu negara mengalami booming pada sektor ekstraktif, sejumlah faktor akan berinteraksi2:

  1. Aliran Modal dan Tenaga Kerja: Modal dan tenaga kerja cenderung beralih dari sektor lain (seperti manufaktur dan pertanian) menuju sektor ekstraktif yang lebih menguntungkan.
  2. Penguatan Mata Uang: Meningkatnya ekspor komoditas dari sektor ekstraktif mendorong penguatan nilai tukar mata uang domestik.
  3. Meningkatnya Impor: Penguatan mata uang menjadikan impor lebih murah, sehingga permintaan impor meningkat.
  4. Pelemahan Sektor Lain: Peningkatan impor bersaing dengan produk dalam negeri, terutama dari sektor manufaktur dan pertanian, sehingga melemahkan sektor-sektor tersebut.

[Baca Juga: Waspadai Fenomena Doom Spending, Bikin Miskin Gen Z dan Milenial]

Penyebab Terjadinya Fenomena Dutch Disease

Berikut adalah beberapa penyebab fenomena Dutch Disease3:

#1 Penguatan Mata Uang Domestik

Eksploitasi sumber daya alam seperti minyak bumi atau gas alam dapat menghasilkan pendapatan besar dalam valuta asing. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan permintaan terhadap mata uang domestik, sehingga nilai tukarnya menguat.

#2 Penurunan Daya Saing Sektor Manufaktur

Penguatan mata uang domestik membuat produk-produk ekspor dari sektor manufaktur menjadi lebih mahal di pasar internasional. Akibatnya, daya saing sektor manufaktur menurun, sehingga produksi dan ekspornya berkurang.

[Baca Juga: Dual Income No Kids (DINK), Tren ataukah Tuntutan Keuangan?]

#3 Ketergantungan pada Harga Komoditas

Ekonomi yang terlalu bergantung pada pendapatan dari sektor sumber daya alam menjadi rentan terhadap fluktuasi harga komoditas di pasar global.

Penurunan harga komoditas dapat menyebabkan penurunan pendapatan negara secara signifikan, sehingga berdampak negatif pada perekonomian secara keseluruhan. Dari sini, fenomena Dutch Disease hanya menunggu waktu.

Apakah Indonesia Pernah Mengalami Dutch Disease?

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, telah menyoroti dampak negatif dari fenomena Dutch Disease terhadap struktur ekonomi Indonesia.

Kondisi ini dapat mengakibatkan deindustrialisasi dini di Indonesia. Akibatnya, kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara secara signifikan menurun dari 32% pada tahun 2002 menjadi hanya 18,3% pada tahun 2022.

Kondisi ini menghambat transformasi Indonesia menjadi negara maju dan memperpanjang masa keterjebakan negara dalam middle income trap hingga setidaknya 20 tahun ke depan4.

Fenomena Dutch Disease 01 - Finansialku

Ilustrasi Fenomena Dutch Disease. Sumber: corporatefinanceinstitute

Di sisi lain, pemerintah berkomitmen kuat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% dalam lima tahun ke depan. Salah satu strategi utama adalah peningkatan investasi, dengan target mencapai Rp1.900 triliun pada tahun 2025.

Upaya ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas dan mencegah terjadinya fenomena Dutch Disease.

Hilirisasi industri menjadi fokus utama untuk meningkatkan nilai tambah produk domestik. Pemerintah mendorong pendalaman struktur industri manufaktur, yang saat ini berkontribusi sekitar 20% terhadap PDB.

Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), seperti KEK Gresik yang berhasil memproduksi 60 ton emas per tahun, juga menjadi prioritas.

Selain itu, pemerintah juga menginvestasikan sumber daya dalam pengembangan ekosistem semikonduktor, termasuk pembinaan sumber daya manusia berkualitas.

Sektor energi juga menjadi perhatian utama dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pemerintah berkomitmen untuk mempercepat transisi ke energi hijau, seperti geothermal dan energi nuklir. Energi nuklir dinilai sebagai sumber energi bersih dengan biaya yang kompetitif.

Untuk mencapai target pertumbuhan 8%, pemerintah berupaya meningkatkan produktivitas investasi. Salah satu caranya adalah dengan menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR).

Jika ICOR dapat ditekan menjadi 4, maka dengan tingkat investasi sebesar 32% dari PDB, pertumbuhan ekonomi 8% dapat tercapai5.

Selain fenomena dutch disease, ternyata masyarakat Indonesia juga mengalami penurunan pendapatan. Mengapa hal ini terjadi? Mari tonton video ini.

Cara Mengatasi Fenomena Dutch Disease

Untuk mengatasi fenomena Dutch Disease, beberapa strategi utama dapat diterapkan6:

#1 Stabilisasi Fiskal

Mengelola keuangan negara secara hati-hati dengan tidak bergantung sepenuhnya pada pendapatan dari sumber daya alam. Ini melibatkan pembentukan dana cadangan untuk menghadapi fluktuasi harga komoditas.

Dengan mengembangkan sektor-sektor lain seperti industri manufaktur, jasa, atau pertanian, negara dapat menciptakan basis ekonomi yang lebih kuat dan tahan terhadap guncangan eksternal.

[Baca Juga: Menyikapi Tantangan Ekonomi Indonesia 2025, Ini Kata Ahli!]

#2 Kebijakan Moneter Prudensial

Mengelola kebijakan moneter secara hati-hati untuk mencegah apresiasi mata uang yang berlebihan dan menjaga stabilitas ekonomi.

#3 Diversifikasi Ekonomi

Memperluas basis ekonomi dengan mengembangkan sektor-sektor non-sumber daya alam guna mengurangi ketergantungan pada komoditas tunggal.

#4 Investasi dalam Pembangunan

Memanfaatkan pendapatan dari sumber daya alam untuk meningkatkan infrastruktur dan kualitas pendidikan guna mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain.

Dengan infrastruktur yang memadai, biaya produksi dapat ditekan dan akses ke pasar menjadi lebih mudah. Sementara itu, peningkatan kualitas pendidikan akan menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan inovatif.

Diversifikasi Pendapatan Agar Tidak Jatuh

Fenomena Dutch Disease menggambarkan bagaimana ketergantungan berlebihan suatu negara pada sektor ekstraktif, seperti pertambangan atau perkebunan, dapat berdampak negatif pada sektor ekonomi lainnya.

Penguatan mata uang akibat pendapatan besar dari komoditas dapat melemahkan daya saing sektor manufaktur dan pertanian. Kondisi ini rentan terjadi pada negara kaya sumber daya alam, termasuk Indonesia.

Sama seperti negara yang perlu melakukan diversifikasi ekonomi, individu juga penting untuk melakukan diversifikasi investasi dan pemasukan guna mempertahankan kesejahteraan finansial.

Dengan menyebarkan investasi pada berbagai aset, risiko kerugian dapat diminimalkan.

Bagi Anda yang ingin mendapatkan saran keuangan yang lebih spesifik dan terperinci mengenai pengelolaan aset, disarankan untuk berkonsultasi dengan Perencana Keuangan Finansialku.

Kami akan membantu menyusun strategi finansial yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan Anda. Hubungi melalui WhatsApp 0851 5866 2940 untuk booking jadwal konsultasi atau klik banner sekarang!

konsul- INVESTASI Q3 23

Disclaimer:  Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.  

Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Sekian ulasan tentang fenomena Dutch Disease. Sampaikan tanggapan Anda di kolom komentar di bawah ini.

Jangan lupa bagikan artikel ini di media sosial agar lebih banyak yang tahu. Terima kasih!

Editor: Ratna Sri Haryati

Sumber Gambar:

  • Cover – Freepik/usertrmk

Referensi Tambahan

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|