Staf Khusus Mendiktisaintek Ajak Sarjana UHO Menjadi Intelektual Penggerak Indonesia Emas 2045

1 month ago 39

SULTRAKINI.COM: KENDARI — Staf Khusus Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Dr. Ismail Hasani, S.H., M.H., Mewakili Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia. Mengajak para lulusan Universitas Halu Oleo (UHO) untuk tidak berhenti pada pencapaian gelar sarjana, melainkan terus belajar dan berkontribusi bagi bangsa. Hal ini disampaikannya saat memberikan sambutan pada Wisuda Hari Kedua UHO di Auditorium Mokodompit yang mengukuhkan 758 wisudawan dari Fakultas FISIP, FIB, FKM, dan Peternakan.

Menurutnya, gelar sarjana menempatkan seseorang pada kelas sosial baru sebagai intelektual, yang memiliki tanggung jawab moral untuk memberi dampak pada masyarakat.

“Sarjana ini bukan hanya kebanggaan, tetapi juga tanggung jawab. Kalian adalah intelektual yang harus memberi warna bagi kehidupan di sekitar kalian,” ujarnya.

Ismail menekankan bahwa kekuatan berpikir adalah modal utama menghadapi tantangan. Mengutip teori Descartes Cogito Ergo Sum, ia mengingatkan lulusan untuk terus menggunakan daya pikir sebagai landasan eksistensi dan kemajuan diri.

“Berpikir, berpikir, dan berpikir. Dari situ lahir talenta hebat, inovasi, dan dedikasi,” tegasnya.

Ia meminta lulusan tidak terjebak pada rasa pesimis atau kecemasan akan masa depan. Justru para sarjana, katanya, harus menjadi sumber optimisme.

“Jadilah lilin bagi teman-teman yang masih meratapi masa depannya. Menyebarlah di banyak tempat. Bawa optimisme dan jadi penggerak perubahan,” kata Ismail.

Dalam konteks pembangunan nasional, ia menegaskan bahwa para sarjana hari ini adalah aktor yang akan menentukan keberhasilan Indonesia Emas 2045, ketika Indonesia ditargetkan menjadi negara maju.

“Dua puluh lima tahun lagi, kalian lah yang akan mengisi kepemimpinan politik, birokrasi, dan sosial. Maka jangan puas dengan hari ini. Teruslah mengembangkan ilmu dan keterampilan,” pesannya.

Ismail menjelaskan bahwa kemajuan bangsa ditentukan oleh penguasaan sains dan teknologi — bukan hanya bagi bidang eksakta melainkan seluruh disiplin ilmu yang mampu memberi solusi bagi masyarakat.

Ia juga mengingatkan pentingnya konsep pembelajar sepanjang hayat agar lulusan tetap berkembang di tengah perubahan zaman yang cepat.

Selain itu, ia berharap kampus tetap memberikan ruang komunikasi dan kolaborasi kepada alumni dalam konteks Tridarma perguruan tinggi. “Mereka adalah aset bangsa, aset daerah, aset Sultra dan aset Indonesia,” tegasnya.

Pidatonya ditutup dengan apresiasi kepada orang tua dan para pendidik yang telah mengantarkan para sarjana hingga mencapai tahap kelulusan.

“Doa orang tua dan dedikasi para pendidik yang membawa kita sampai di titik ini. Teruslah berjuang untuk masa depan dan untuk Indonesia,” tutupnya.

Laporan: Andi Mahfud

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|