SULTRAKINI.COM: KENDARI — Seminar Nasional yang digelar pada hari jumat di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo (FEB UHO) menghadirkan narasumber utama Dr. Asraf, S.E., M.M., Sekretaris Forum UMKM Sulawesi Tenggara sekaligus akademisi STIE 66 Kendari. Kegiatan yang berlangsung di Studio Mini FEB UHO ini menjadi ruang pembelajaran strategis bagi mahasiswa untuk memahami dunia kewirausahaan dari perspektif praktisi sekaligus akademisi.
Dikenal sebagai tokoh pemberdayaan UMKM, Dr. Asraf telah lama berkecimpung dalam pelatihan sertifikasi kompetensi BNSP, pendampingan usaha mikro, hingga pembinaan komunitas kewirausahaan. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat menuntut pelaku usaha—termasuk mahasiswa—untuk berpikir adaptif dan inovatif.
Dalam pemaparannya, Dr. Asraf menjelaskan bahwa seorang wirausaha memiliki ciri-ciri berupa dorongan berprestasi, keberanian mengambil risiko, sikap optimis, energi yang kuat, kreativitas, inovasi, kemampuan beradaptasi, dan keterampilan komunikasi. Semua ciri tersebut, tegasnya, bukanlah bawaan lahir, melainkan dapat dibentuk melalui kebiasaan yang terus ditempa.
Ia juga menyinggung berbagai alasan umum mengapa banyak orang tidak memulai usaha, seperti ketakutan akan kegagalan, keterbatasan modal, ketiadaan pengalaman, faktor umur, tingginya persaingan, stereotip etnis, hingga rasa tidak percaya diri. Menurutnya, semua hal itu hanyalah penghalang mental yang ada di kepala masing-masing individu. Modal utama dalam berwirausaha bukan sekadar uang, melainkan kemauan kuat untuk memulai.
Dalam wawancaranya, Dr. Asraf menjelaskan bahwa tantangan terbesar UMKM bukan hanya soal modal, melainkan maintenance pola pikir.
“Mindset itu yang harus dikembangkan. Cara mengubah cara berpikir sebelum bertindak. Banyak UMKM gagal karena salah memahami kebutuhan konsumen.”
Ia menegaskan bahwa mahasiswa harus belajar melihat peluang pelanggan, bukan hanya ikut-ikutan tren.
“Perubahan konsumen hari ini sangat cepat. Pelaku usaha harus mampu melihat apa yang dibutuhkan dan dibingkai oleh konsumen itu sendiri.”
Ketika ditanya bagaimana cara pemula menemukan ide usaha, Dr. Asraf mengemukakan metode sederhana namun kuat:
“Lihat dari pengalaman. ATM—Amati, Tiru, Modifikasi. Ide bisnis muncul dari apa yang kita lihat, kita rasakan, dan kita pikirkan.”
Menurutnya, mahasiswa tidak perlu menunggu ide besar. Yang dibutuhkan adalah keberanian memulai, konsistensi, dan kemampuan memecahkan masalah kecil di sekitar.
Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa menanyakan bagaimana menata perencanaan hidup di usia kuliah. Dr. Asraf memberi contoh konkret:
“Buat peta hidup dan skala prioritas. Misal uang kuliahmu Rp6 juta per semester, berarti Rp1 juta per bulan. Kalau kamu bekerja dan digaji Rp3 juta, berarti kamu mengorbankan waktu Rp1 juta per bulan demi mendapatkan Rp3 juta. Itulah prioritas.”
Ia menegaskan bahwa setiap keputusan memiliki trade-off, sehingga mahasiswa harus menghitung semua pengeluaran dan peluang.
Dr. Asraf juga mengingatkan agar mahasiswa menerima takdir dan hasil dari usaha mereka:
“Kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Kalau hasilnya tidak sesuai, terima dan bersyukur. Itu adalah kekuatan mental seorang wirausaha.”
Dalam materi berikutnya, ia menekankan pentingnya networking:
“Relasi itu modal. Masuklah komunitas—yang anggotanya 16 ribu pun ada. Di sana, setiap masalah pasti ada solusinya.”
Ia memberikan contoh personal:
“Saat kuliah di Makassar, nomor tukang becak pun saya simpan. Karena siapa tahu suatu hari saya butuh.”
Ia mendorong mahasiswa untuk setiap hari mengumpulkan satu nomor baru:
“Targetmu satu hari satu kontak. Ambil nomor ketua jurusan, wakil dekan, dekan, orang penting. Jaga komunikasi dengan sopan dan sabar.”
“Kita hidup di dunia digital. Jangan hanya jadi penonton, jadilah pelaku.”
Ia memberi contoh sederhana:
Pembeli sudah terbiasa memakai QRIS
Jika penjual tidak menyediakan, pembeli pindah ke tempat lain
“Kalau ingin memakai AI untuk balas chat otomatis, coba aplikasi CekAI atau CRN. Tapi jangan pakai di nomor pribadi, nanti orang marah karena balasan tidak nyambung.”
Ia menegaskan bahwa teknologi harus digunakan untuk efisiensi:
“Dulu balas chat pelanggan manual, sekarang bisa otomatis. Ini menghemat waktu. Saya sendiri pengguna AI dan ikut kursus AI 2 bulan.”
Di akhir Wawancaranya, Dr. Asraf menegaskan bahwa masa depan UMKM ada di tangan generasi muda:
“Kalian bukan hanya calon pencari kerja, tetapi calon pencipta peluang. Mulailah sekarang, buat peta hidup, bangun relasi, dan gunakan teknologi.”
Seminar ini memberi wawasan mendalam tentang mindset bisnis, strategi perencanaan, serta penerapan teknologi digital bagi UMKM. Keikutsertaan mahasiswa dari berbagai jurusan membuat diskusi berlangsung hidup dan interaktif.
Laporan: Andi Mahfud

17 hours ago
5















































