2 hours ago
1
Oleh: Riski Fattahila Ramadhan (BADKO HMI Tanah Papua HMI Cabang Jayapura)
SULTRAKINI.COM: Raja Ampat memang dikenal dunia karena lautnya yang memukau. Namun, di balik gambar-gambar indah yang kerap menghiasi brosur wisata, masih banyak warga yang hidup jauh dari kata layak. Banyak kampung di pulau-pulau kecil belum merasakan fasilitas dasar yang seharusnya mereka nikmati, mulai dari transportasi, air bersih, listrik, layanan kesehatan, hingga akses komunikasi. Memang benar, wilayah kepulauan memiliki tantangan tersendiri, tetapi hal itu tidak dapat dijadikan alasan untuk menunda pemerataan pembangunan.
Infrastruktur dasar harus menjadi prioritas utama karena menjadi fondasi kehidupan masyarakat. Dermaga yang memadai, transportasi laut yang aman, listrik yang stabil, hingga jaringan internet yang andal akan membuka lebih banyak peluang bagi warga. Fasilitas tersebut tidak hanya mempermudah mobilitas dan distribusi barang, tetapi juga membantu nelayan serta pelaku UMKM dalam mengembangkan usaha mereka.
Langkah Pemerintah Kabupaten Raja Ampat yang bekerja sama dengan Telkomsel untuk memperkuat jaringan internet merupakan keputusan yang sangat tepat, terutama karena sektor pendidikan di daerah ini membutuhkan dukungan teknologi yang lebih baik. Pembangunan jaringan di Napirboy hingga pemberian Modem Orbit untuk sekolah-sekolah menunjukkan bahwa perhatian terhadap guru dan siswa mulai terasa nyata. Perluasan jaringan ke Pasar Baru, kawasan perumahan, hingga RSUD Raja Ampat juga menjawab keluhan warga yang selama ini kesulitan mengakses internet dan layanan telepon.
Dampak dari peningkatan konektivitas ini tidak hanya dirasakan di dunia pendidikan, tetapi juga di sektor pariwisata yang sangat bergantung pada akses informasi. Konektivitas yang lebih baik dapat menjadi pijakan penting bagi kemajuan ekonomi dan sosial Raja Ampat, sekaligus memperkuat visi daerah dalam mendorong masyarakat menuju kehidupan yang lebih produktif dan sejahtera.
Namun demikian, tantangan infrastruktur dasar masih sangat besar. Hingga kini, baru 68 kampung yang teraliri listrik, sementara 49 kampung lainnya masih hidup dalam keterbatasan penerangan. PLN memang telah menyiapkan peta jalan elektrifikasi, tetapi realisasinya sangat bergantung pada dukungan pemerintah pusat dan daerah. Komitmen sudah ada, tetapi kerja sama antarlembaga harus diperkuat agar target “Raja Ampat Terang 2026” benar-benar dapat diwujudkan.
Persoalan lain yang tidak kalah mendesak adalah ketersediaan air bersih dan layanan kesehatan. Masih terdapat sekitar 50 kampung yang belum memiliki puskesmas pembantu (pustu), dan sebagian besar dari total 117 kampung belum didukung tenaga kesehatan tetap. Kondisi ini memaksa warga menempuh perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan pengobatan dasar—sebuah kenyataan yang seharusnya tidak lagi terjadi. Pemerintah daerah sebenarnya berkeinginan menghadirkan layanan kesehatan hingga ke tingkat kampung, tetapi keterbatasan tenaga dan fasilitas membuat upaya tersebut berjalan lambat.
Jika kebutuhan dasar seperti air bersih, listrik, dan layanan kesehatan terus dibiarkan tidak terpenuhi, dampaknya akan sangat berat bagi masyarakat. Penyakit berbasis air mudah menyebar, layanan medis sering terlambat, pendidikan terganggu akibat ketiadaan listrik, ekonomi lokal stagnan, biaya hidup meningkat, ketimpangan sosial kian terasa, dan generasi muda semakin banyak yang memilih meninggalkan kampung halaman. Singkatnya, tanpa infrastruktur dasar yang memadai, kesejahteraan masyarakat akan sulit dicapai.
Raja Ampat tidak boleh hanya dikenal karena keindahan alamnya. Keindahan tersebut harus sejalan dengan kehidupan masyarakat yang sehat, aman, dan sejahtera. Jika seluruh pemangku kepentingan berkomitmen memperkuat infrastruktur dasar secara konsisten, kesejahteraan warga bukan lagi sekadar cita-cita, melainkan sesuatu yang nyata dan dapat diwujudkan bersama. Yang dibutuhkan saat ini adalah kemauan serius untuk menyediakan fasilitas dasar bagi semua warga, tanpa terkecuali.***
