Tanpa strategi keuangan yang matang, kelas menengah akan semakin sulit untuk memiliki rumah. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah perencanaan yang tepat agar impian memiliki rumah tetap dapat terwujud meskipun kondisi ekonomi sedang menantang!
Summary:
- Meskipun harga properti terus meningkat, daya beli masyarakat cenderung melemah, hal ini mempengaruhi kemampuan kelas menengah untuk membeli rumah.
- Selain kenaikan harga properti yang tidak sebanding dengan kenaikan gaji, meningkatnya biaya hidup dan utang konsumtif, serta persyaratan KPR yang semakin ketat juga menjadi faktor yang menyulitkan kelas menengah membeli rumah.
- Cara menabung untuk beli rumah adalah dengan menentukan harga rumah yang realistis, mengumpulkan DP, menentukan besar cicilan sesuai kemampuan, dan menaruh dana beli rumah pada produk investasi.
Daya Beli Menurun, Kelas Menengah Pesimis Bisa Beli Rumah
Setiap kali Ardi dan istrinya melewati perumahan baru di pinggiran kota, mereka hanya bisa saling berpandangan dan menghela napas. Lima tahun lalu, mereka optimis bisa membeli rumah setelah menabung dan bekerja keras. Namun, seiring berjalannya waktu, harga rumah terus melonjak, sementara gaji mereka hanya naik sedikit. “Dulu, rumah ini harganya masih Rp400 juta, sekarang sudah di atas Rp700 juta. Gimana mau kebeli?” ujar Ardi dengan nada pesimis.
Kisah di atas dan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di Indonesia menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa harga properti telah meningkat sebesar 10,90% dari tahun 2019, yakni sebelum terjadinya COVID-19.
Kenaikan harga rumah dalam kurun waktu 5 tahun tersebut adalah 11,19% dan kenaikan harga apartemen adalah 5,52%.
Ironisnya, kenaikan gaji rata-rata hanya berkisar 3-4%. Ketimpangan ini menyebabkan semakin banyak keluarga kelas menengah yang menunda rencana pembelian rumah mereka.
Pada kuartal I 2024, saat berlangsungnya Pemilihan Umum, terdapat peningkatan pencarian rumah sederhana hingga menengah sebesar 33% secara kuartalan.
Artinya, masyarakat lebih memilih properti yang lebih terjangkau di tengah ketidakpastian politik. Hasil riset Pinhome mengungkap hampir 80% masyarakat membeli rumah pertama dengan harga di bawah Rp600 juta.
Survei Bank Indonesia menunjukkan penurunan penjualan ritel dan keyakinan konsumen pada awal 2025. Selain itu, Badan Pusat Statistik mencatat deflasi selama dua bulan berturut-turut di awal 2025.
Data-data ini mengindikasikan bahwa meskipun terjadi peningkatan harga properti, terdapat indikasi pelemahan daya beli masyarakat. Hal ini berdampak langsung pada keputusan finansial kelas menengah, termasuk dalam hal pembelian rumah.
Oleh karena itu, jika Anda merasa bingung bagaimana menambah pemasukan, Anda bisa mencari tahu lebih dalam melalui Online Course: 9 Pintu Rezeki, Strategi Punya Banyak Penghasilan dengan cara klik banner di bawah ya!
3 Alasan Kelas Menengah Kesulitan Beli Rumah
Bagi banyak keluarga kelas menengah, memiliki rumah sendiri semakin terasa seperti mimpi yang sulit digapai. Meskipun sudah bekerja keras dan berhemat, harga properti yang terus meningkat, biaya hidup yang semakin tinggi, serta persyaratan KPR yang ketat menjadi tantangan besar.
Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya memilih untuk tetap menyewa atau menunda pembelian rumah hingga kondisi finansial lebih stabil. Berikut adalah tiga alasan utama mengapa kelas menengah semakin kesulitan dalam membeli rumah:
#1 Kenaikan Harga Properti yang Tidak Seimbang dengan Kenaikan Gaji
Harga properti terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan kenaikan gaji rata-rata tidak cukup signifikan untuk mengimbanginya.
Situasi ini menyebabkan rumah yang dulunya masih terjangkau, kini menjadi semakin mahal dan sulit diakses oleh kelas menengah.
Akibatnya, banyak orang harus mencari alternatif lain, seperti membeli rumah di pinggiran kota atau mengambil kredit dengan tenor panjang yang bisa menjadi beban keuangan dalam jangka waktu lama.
Seperti yang dialami oleh Dian, seorang karyawan swasta yang sudah tiga tahun mencoba menabung untuk DP rumah.
“Dulu, target saya DP Rp100 juta untuk rumah Rp500 juta. Tapi sekarang rumah yang saya incar sudah di atas Rp750 juta. Saya harus menambah tabungan lagi, padahal gaji saya naiknya nggak seberapa.”
[Baca Juga: 3+ Langkah Menetapkan Tujuan Keuangan Membeli Rumah Pertama]
#2 Biaya Hidup yang Meningkat dan Beban Finansial Lainnya
Selain harga rumah yang tinggi, kelas menengah juga dihadapkan pada peningkatan biaya hidup, termasuk pendidikan anak, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari.
Banyak keluarga yang kesulitan menyisihkan dana untuk tabungan rumah karena harus mengutamakan pengeluaran lainnya.
Ditambah dengan utang konsumtif seperti cicilan kendaraan dan kartu kredit, semakin kecil peluang untuk mengalokasikan dana khusus untuk membeli rumah. Bayu, seorang pekerja di industri kreatif, merasa terjebak dalam lingkaran pengeluaran yang terus meningkat.
“Gaji saya habis untuk bayar sewa apartemen, cicilan motor, dan kebutuhan sehari-hari. Saya sudah coba mengurangi pengeluaran, tapi tetap saja nggak cukup untuk mulai nabung DP rumah.”
#3 Persyaratan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang Ketat
Untuk membeli rumah dengan skema KPR, seseorang harus memenuhi berbagai persyaratan, termasuk skor kredit yang baik dan uang muka yang cukup besar.
Banyak kelas menengah yang tidak memiliki dana darurat atau tabungan cukup untuk memenuhi DP (down payment) yang dibutuhkan, sehingga mereka harus menunda rencana membeli rumah.
Selain itu, suku bunga KPR yang fluktuatif juga menambah ketidakpastian dalam perencanaan keuangan. Siska, seorang pegawai di bidang perbankan, berbagi pengalamannya dalam mengajukan KPR.
“Saya pikir saya sudah memenuhi semua syarat, tapi bank meminta saya punya DP lebih besar agar cicilan tidak terlalu membebani. Padahal, tabungan saya baru cukup untuk DP minimal. Rasanya jadi tambah sulit buat punya rumah sendiri.”
Jangan lewatkan tips yang bisa membantu Sobat Finansialku keluar dari jebakan finansial dan memulai langkah menuju rumah idaman dengan menonton sampai akhir video Kenapa Milenial dan Gen Z Sulit Beli Rumah Pertama?
Tips Perencanaan Keuangan agar Kelas Menengah Bisa Beli Rumah
Meskipun tantangan yang ada cukup besar, bukan berarti kelas menengah tidak bisa memiliki rumah. Dengan strategi perencanaan keuangan yang baik, impian memiliki rumah bisa terwujud. Berikut adalah beberapa langkah yang Sobat Finansialku dapat lakukan:
#1 Tentukan Target Harga Rumah yang Realistis rumah
Menentukan rumah yang sesuai dengan kemampuan finansial adalah langkah pertama. Kelas menengah sebaiknya menghindari membeli rumah yang berada di luar jangkauan finansial agar tidak memberatkan kondisi keuangan dalam jangka panjang.
Sebagai contoh, harga rumah saat ini Rp500 juta dan rata-rata kenaikan harga rumah 7% per tahun. Anda ingin menabung selama 5 tahun, maka harga rumah 5 tahun lagi akan naik menjadi Rp700 juta.
[Baca Juga: Beli Rumah dalam Waktu 5 Tahun? Bisa, Rencanakan Hal Ini!]
#2 Sisihkan Tabungan Khusus untuk DP Rumah
Selanjutnya, kelas menengah perlu mulai menyisihkan 20-30% dari penghasilan untuk tabungan DP rumah. Menabung DP dalam jumlah yang lebih besar dapat membantu kelas menengah memiliki rumah dengan kondisi keuangan yang lebih sehat dan lebih sedikit tekanan finansial di masa depan.
DP yang lebih besar berarti jumlah pinjaman yang diajukan akan lebih kecil, sehingga cicilan bulanan KPR menjadi lebih ringan dan total bunga yang harus dibayar selama masa tenor juga lebih rendah. Selain itu, bank cenderung lebih mudah menyetujui pengajuan KPR bagi mereka yang mampu memberikan DP lebih besar,
Misalnya, dari harga rumah Rp700 juta, Anda akan mempersiapkan DP sebesar 30% dari harga rumah. Selama 5 tahun, maka jumlah yang harus Anda tabung per bulan adalah sebesar Rp3,5 juta untuk mengumpulkan DP sebesar Rp210 juta.
[Baca Juga: 10 Cara Menabung untuk Beli Rumah Idaman, Biar Terwujud!]
#3 Tentukan Besar Cicilan Sesuai Kemampuan
Untuk menentukan besar cicilan KPR yang sesuai dengan kemampuan, kelas menengah dapat menggunakan prinsip Debt Service Ratio (DSR), yaitu membatasi total cicilan utang maksimal 30-35% dari penghasilan bulanan.
Misalnya, jika Sobat Finansialku memiliki penghasilan Rp10 juta per bulan, maka idealnya total cicilan KPR tidak lebih dari Rp3-3,5 juta.
Dengan asumsi tenor 20 tahun dan suku bunga 12% per tahun, cicilan KPR per bulan untuk rumah seharga Rp700 juta dengan DP 30% (Rp210 juta) adalah sekitar Rp5.395.322.
Jika penghasilan bulanan Rp16 juta, maka cicilan ini masih dalam batas aman (sekitar 34% dari penghasilan). Namun, jika penghasilan hanya Rp10 juta per bulan, maka cicilan ini bisa terlalu besar dan berisiko membebani keuangan.
Dalam kasus tersebut, sebaiknya mempertimbangkan rumah dengan harga lebih rendah, memperbesar DP, atau memperpanjang tenor untuk menurunkan cicilan bulanan.
[Baca Juga: Beli Rumah dengan Gaji 5 Juta? Bukan Hal yang Mustahil!]
#4 Menaruh Dana Beli Rumah pada Produk Investasi
Cara menabung untuk beli rumah agar lebih optimal hasilnya adalah dengan menaruh tabungan pada produk investasi seperti reksadana.
Sesuaikan instrumen investasi DP rumah dengan target waktu yang ingin dicapai. Contohnya, jika Sobat Finansialku ingin membeli rumah 5 tahun lagi, maka investasi di reksadana pendapatan tetap atau reksadana campuran bisa dijadikan pilihan.
Apabila Sobat Finansialku ingin menyiapkan DP rumah sebesar Rp210 juta lima tahun lagi, artinya dalam setahun harus menabung sebesar Rp42 juta.
Sobat Finansialku bisa berinvestasi pada produk reksadana campuran dengan ekspektasi return 8% dengan anggaran investasi yang lebih kecil, yaitu Rp35-36 juta saja per tahun.
Setelah melihat tips membeli rumah, apakah sudah merencanakan keuangannya? Jika Anda masih ragu, rencanakan keuangan Anda bersama saya, Luna Mantyasih Makarti, S.T., M.S.M., CFP® dari Finansialku.
Sebagai financial planner akan membantu Anda menyusun perencanaan keuangan untuk mencapai tujuan keuangan Anda!
Segera buat jadwal konsultasi melalui Whatsapp 0851 5897 1311 atau klik banner di bawah ya!
Wujudkan Rumah Impian di Tahun 2025
Dengan perencanaan yang tepat dan disiplin dalam mengelola keuangan, kelas menengah tetap memiliki peluang besar untuk memiliki rumah impian.
Sobat Finansialku dapat memulai dengan menetapkan tujuan keuangan yang jelas, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, serta memanfaatkan berbagai skema KPR dan subsidi yang tersedia.
Jangan tunda lagi, karena semakin cepat perencanaan dilakukan, semakin besar kemungkinan untuk memiliki rumah di masa depan. Tahun 2025 bisa menjadi tahun di mana impian rumah sendiri menjadi kenyataan!
[Baca Juga: Manjur! Ini Dia 7+ Tips Membeli Rumah untuk Pertama Kali]
Disclaimer: Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.
Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Jangan lupa bagikan informasi ini kepada teman-teman lain yang yang juga ingin mewujudkan mimpi membeli rumah dengan strategi perencanaan keuangan yang tepat. Terima kasih.