SULTRAKINI.COM: Dalam upaya memperkuat literasi keuangan syariah di kalangan mahasiswa dan pelaku usaha, Bank Syariah Indonesia (BSI) bersama Generasi Baru Indonesia (GenBI) Universitas Halu Oleo (UHO) menggelar seminar bertema “Kemudahan Akses Permodalan bagi UMKM” di Aula Wakatobi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kegiatan ini menghadirkan Fitratin Ni’mah, Micro Relationship Manager Team Leader BSI, sebagai pembicara utama yang membahas strategi pengelolaan modal usaha berbasis prinsip syariah serta pentingnya inovasi di era digital.
Seminar yang diikuti oleh mahasiswa dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Seminar Kewirausahaan 2025 GenBI UHO, yang bertujuan mendorong wirausaha muda agar mampu mengembangkan bisnis secara berkelanjutan dengan prinsip keuangan syariah.
Dalam pemaparannya, Fitratin Ni’mah menjelaskan bahwa sumber modal dalam dunia usaha terbagi menjadi dua, yaitu modal internal dan modal eksternal. Menurutnya, pelaku usaha tidak selalu harus mengandalkan modal pribadi, karena kerja sama dengan pihak eksternal dapat membuka peluang yang lebih luas.
“Ada beberapa order di dalamnya, ini termasuk modal eksternal. Jadi kita tidak bergerak sendiri, tapi bersama mitra usaha. Untuk sistemnya, bisa menggunakan konsep bagi hasil, di mana margin dibagi sesuai kesepakatan,” ujar Fitratin.
Ia juga menekankan pentingnya memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan usaha agar pengelolaan bisnis menjadi lebih sehat dan terukur.
“Kita sering lupa membedakan antara modal usaha dan tabungan pribadi. Kalau tercampur, sulit menilai perkembangan usaha kita,” jelasnya.
Fitratin menambahkan bahwa modal tidak hanya berfungsi secara individu, tetapi juga memiliki fungsi sosial, yakni memberi manfaat bagi masyarakat melalui kegiatan ekonomi produktif.
Lebih lanjut, ia mendorong pelaku usaha untuk memiliki perencanaan modal dan cadangan aset seperti kendaraan, properti, atau investasi lain yang bisa digunakan saat usaha menghadapi tantangan keuangan.
Dalam sesi wawancara, Fitratin mengungkapkan bahwa langkah awal memulai usaha tidak selalu bergantung pada uang, melainkan pada niat, kemampuan, dan semangat belajar.
“Kalau niatnya sudah kuat, baru cari modalnya. Modal itu bukan hanya uang, tapi juga skill dan kesiapan diri,” katanya.
Menurutnya, di era digital saat ini, pelaku usaha dituntut untuk terus berinovasi agar mampu bersaing di pasar yang dinamis.
“Strateginya adalah jangan berhenti berinovasi. Produk harus di-upgrade terus agar tetap relevan dan diminati pasar. Kalau tidak berinovasi, usaha sulit berkembang,” tegas Fitratin.
Ia juga menyoroti pentingnya digitalisasi promosi sebagai strategi pemasaran efektif bagi UMKM. Platform digital seperti media sosial dapat memperluas jangkauan konsumen sekaligus meningkatkan omzet penjualan.
“Promosi digital sekarang sangat penting. Dari situ kita bisa mengenalkan produk ke lebih banyak orang, bahkan tanpa harus punya toko fisik,” tambahnya.
Fitratin menjelaskan bahwa Bank Syariah Indonesia (BSI) terus berkomitmen dalam mendukung pengembangan UMKM melalui berbagai program pembiayaan berbasis syariah, pelatihan, dan pendampingan usaha.
“BSI menyediakan berbagai program pembiayaan seperti akad mikro, komersial, hingga pembiayaan kendaraan usaha. Kami juga membantu promosi produk UMKM, meski saat ini pusatnya masih di Makassar,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, GenBI Sultra bersama Bank Indonesia dan BSI berharap mahasiswa serta pelaku UMKM di Sulawesi Tenggara dapat lebih memahami konsep manajemen modal syariah, pengelolaan keuangan yang sehat, dan pemanfaatan teknologi digital untuk pengembangan usaha di masa depan.
“Harapannya, peserta dapat lebih paham kebutuhan modal dan mampu mengelola keuangan secara profesional, sesuai prinsip syariah dan tuntutan era digital,” tutup Fitratin.
Laporan: Andi Mahfud

2 days ago
8

















































