
SULTRAKINI.COM: KENDARI– Universitas Halu Oleo (UHO) kembali menorehkan prestasi akademik dengan mengukuhkan delapan guru besar baru dalam upacara yang berlangsung khidmat di Auditorium Mokodompit, Senin (29/9/2025). Acara yang dimulai pukul 08.30 hingga 12.00 WITA ini berlangsung meriah dengan suasana penuh kegembiraan.
Acara tersebut dihadiri jajaran pimpinan universitas, para guru besar, dosen, mahasiswa, tamu undangan, serta perwakilan Forkopimda Sulawesi Tenggara. Ketua Senat UHO, Prof. Dr. Jamili, M.Si., menyampaikan rasa syukur atas bertambahnya jumlah guru besar yang akan memperkuat posisi UHO sebagai universitas berbasis riset di kawasan timur Indonesia.
Adapun delapan guru besar yang dikukuhkan yaitu:
1. Prof. Dr. La Ode Santiaji Bande, SP., MP.
2. Prof. Dr. Tamrin, SP., MP.
3. Prof. Dr. La Ode Muhammad Harjoni Kilowasid, SP., M.Si.
4. Prof. Dr. Muzuni, S.Si., M.Si.
5. Prof. Dr. Alimin, S.Si., M.Si.
6. Prof. Dr. La Gubu, S.Si., M.Si.
7. Prof. Dr. Arisona, S.Pd., M.T., Ph.D.
8. Prof. Dr. Wa Ode Salma, SST., M.Kes.
“Untuk menjadi guru besar memang tidak mudah, tetapi bukan pula mustahil. Selain kualifikasi doktor dan pengabdian minimal 10 tahun, tantangan terbesar adalah menghasilkan karya ilmiah yang diakui secara nasional dan internasional,” ujar Prof. Dr. Jamili, M.Si.
Ia berharap pengukuhan ini menjadi inspirasi bagi dosen lain untuk segera mempersiapkan diri menuju jabatan akademik tertinggi. Ia menegaskan, guru besar tidak hanya dituntut menghasilkan karya ilmiah, tetapi juga menjadi teladan dan penggerak tridharma perguruan tinggi.
Plt. Rektor UHO, Dr. Herman, S.H., LL.M., dalam sambutannya menegaskan bahwa bertambahnya jumlah guru besar menandai kemajuan signifikan bagi UHO. “Jumlah guru besar kita kini mencapai 152 orang, menempatkan UHO masuk 20 besar universitas dengan guru besar terbanyak di Indonesia. Ini adalah raihan prestisius yang patut disyukuri,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa guru besar bukan hanya simbol prestasi, tetapi juga simbol kebijaksanaan. “Dalam falsafah ilmu, guru besar tidak hanya berada pada tataran pengetahuan semata, tetapi harus menjadi hikmah yang bermanfaat bagi umat manusia. Raihan ini adalah awal untuk berkontribusi lebih luas bagi universitas, bangsa, dan masyarakat,” jelasnya.
Sebagai salah satu guru besar yang dikukuhkan, Prof. Dr. La Ode Santiaji Bande, SP., MP., mengungkapkan rasa syukur sekaligus komitmennya untuk terus berkarya. “Syarat terberat menjadi guru besar adalah menghasilkan karya ilmiah yang berindeks internasional. Banyak rekan yang terhambat di tahap publikasi, tetapi saya bersyukur bisa melewati proses ini berkat kerja sama tim. Kalau kita bekerja sendiri-sendiri itu berat, tetapi dengan kerja sama, beban menjadi lebih ringan,” tuturnya.
Ia juga memaparkan rencana pengabdiannya di bidang pertanian. “Sebagai akademisi di bidang pertanian, saya akan fokus pada pertanian presisi dan smart farming. Ini penting untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pengelolaan hama penyakit secara lebih efektif. Mahasiswa akan dilibatkan langsung melalui praktik lapangan dan riset berbasis proyek sehingga mereka siap menghadapi tantangan pertanian modern,” jelasnya.
Plt. Rektor UHO, Dr. Herman, S.H., LL.M., juga memohon maaf apabila dalam pelaksanaan pengukuhan terdapat kekurangan. “InsyaAllah ini menjadi bahan perbaikan agar pengukuhan-pengukuhan berikutnya berjalan lebih tertib, lancar, dan penuh hikmah,” pungkasnya.
Dengan bertambahnya delapan guru besar baru, UHO semakin memperkuat posisinya sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, riset, dan inovasi, sejalan dengan visinya menjadi universitas berdaya saing global.
Laporan: Andi Mahfud