Prof. Yudi Darma: Riset dan Pendidikan Harus Memberi Dampak Nyata bagi Masyarakat

6 days ago 16

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Prof. Dr. Eng. Yudi Darma, S.Si., M.Si., Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kemendiktisaintek, menegaskan bahwa riset dan inovasi nasional harus berorientasi pada manfaat nyata bagi masyarakat dan industri, bukan sekadar publikasi atau keinginan peneliti semata. Hal ini diungkapkan dalam wawancara eksklusif di Universitas Halu Oleo (UHO) terkait berbagai program kementerian.

Bestari Science Tech: Riset Berbasis Masalah Nyata

Prof. Yudi menjelaskan bahwa kementerian akan segera meluncurkan program Living Lab, yang dikenal juga sebagai Bestari Science Tech, untuk mendorong riset yang aplikatif dan berdampak.

“Gratisitas, masalah lapangannya yang ingin dipecahkan, dan kejelasan proposalnya, itu akan kami evaluasi. Semua eligible selama berafiliasi dengan kampus di bawah Community Science Tech,” ujar Prof. Yudi.

Program ini menggunakan dana LBDP, dengan perkiraan 75–100 proposal pada tahap awal. Setiap proposal harus berbasis masalah nyata di masyarakat, sehingga hasil riset benar-benar bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan publik.

Paradigma User-Driven dan Perdikari

Prof. Yudi menekankan bahwa semua pendanaan kini user-driven, artinya riset harus menjawab permintaan masyarakat atau industri, bukan sekadar kemauan peneliti.

Program Perdikari menjadi katalisator ekosistem riset:

Skema Berlian → riset yang langsung terkait kebutuhan industri

Skema Emas → riset yang menyelesaikan masalah komunitas masyarakat

“Kita merubah paradigma pendanaan lebih kepada sesuatu yang langsung memberikan kontribusi terhadap masalah masyarakat,” jelasnya.

Sekolah Garuda: Pendampingan dan Transformasi Sekolah

Prof. Yudi juga menyinggung keterlibatan kementerian dalam program Sekolah Garuda. Meskipun Direktorat Sentek tidak mengurusi secara langsung, pihaknya berperan sebagai pendukung dan fasilitator kolaboratif.

Terdapat 16 sekolah Garuda:

4 sekolah baru

12 sekolah transformasi

Tahun 2026, program ini akan mulai dievaluasi dan direkomendasikan lebih formal.

Strategi yang diterapkan adalah mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersinergi, terutama dalam membangun sekolah baru yang kompleks.

“Kita tetap akan ajak semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan ini,” terang Prof. Yudi.

Program PSP: Persiapan Peluncuran Tahun Depan

Menyinggung program PSP (Program Sekolah/Program Studi Pendukung), Prof. Yudi menjelaskan bahwa program ini masih dalam tahap persiapan operasional, dijadwalkan mulai berjalan sekitar Juli 2026.

Saat ini tim pusat (Jakarta) sedang menyusun kurikulum, sistem pengajaran, dan pedoman teknis.

Kampus-kampus yang menjadi mitra strategis akan dilibatkan untuk memperkuat ekosistem pendidikan dan penelitian.

“Kita akan mengundang kampus-kampus sebagai mitra strategis untuk membantu kami menguatkan ekosistem sekolah-sekolah,” ujar Prof. Yudi.

Fokus Kementerian: Dampak Nyata dan Kolaborasi

Keseluruhan program yang dijalankan kementerian, menurut Prof. Yudi, bertujuan untuk mengubah paradigma riset dan pendidikan:

1. Riset harus memberi manfaat langsung bagi masyarakat dan industri.

2. Kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan industri menjadi kunci keberhasilan.

3. Pendanaan berorientasi pada masalah nyata, bukan sekadar keinginan peneliti.

4. Program pendidikan dan inovasi baru, seperti Bestari Science Tech, Sekolah Garuda, dan PSP, disiapkan secara matang dengan ekosistem yang terintegrasi.

“Ilmu pengetahuan tidak hanya menjadi koleksi teori, tapi menjadi solusi konkret bagi tantangan yang dihadapi masyarakat di seluruh Indonesia, termasuk di wilayah timur,” pungkas Prof. Yudi.

Berita ini menegaskan komitmen Kemendiktisaintek dan UHO untuk menjadikan riset dan pendidikan sebagai motor penggerak pembangunan sosial, ekonomi, dan teknologi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi yang aplikatif.

Laporan: Andi Mahfud

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|