Konferensi Internasional ke-4 Fakultas Pertanian UHO Bahas Pertanian Cerdas Iklim dan Teknologi Digital

1 week ago 18

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO) kembali menyelenggarakan The 4th Halu Oleo International Conference on Agriculture and Food Security (HICAFS), yang digelar mulai pukul 08.00 pagi hingga sore hari, Selasa (7/10/2025), di Phinisi Ballroom Claro Hotel Kendari.

Kegiatan ilmiah berskala internasional ini mengusung tema “Integrating Climate-Smart Agriculture and Digital Technologies for Food Security” atau Mengintegrasikan Pertanian Cerdas Iklim dan Teknologi Digital untuk Ketahanan Pangan. Tema ini menjadi bentuk respon akademik terhadap tantangan perubahan iklim dan ancaman terhadap ketahanan pangan global yang semakin kompleks.

Konferensi menghadirkan pakar dan peneliti dari empat negara — Amerika Serikat, Australia (Darwin), Malaysia, dan Indonesia — untuk berbagi pengalaman, hasil riset, serta strategi penerapan inovasi digital dalam sektor pertanian berkelanjutan.

Menghidupkan Atmosfer Akademik dan Kolaborasi Global

Dekan Fakultas Pertanian UHO, Prof. Dr. Ir. R. Marsuki Iswandi, M.Si., menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tradisi akademik tahunan yang telah menjadi agenda tetap fakultas.

“Setiap tahun kami mengadakan kegiatan bertajuk Focus Pertanian. Untuk tahun ganjil, kami selenggarakan seminar internasional, sedangkan tahun genap seminar nasional. Tahun ini merupakan pelaksanaan yang keempat untuk HICAFS,” ujarnya.

Menurutnya, forum ilmiah tersebut menjadi ruang komunikasi akademik antara dosen, peneliti, dan mahasiswa dalam mengembangkan wawasan pertanian.

“Output-nya berupa publikasi di jurnal internasional atau proceeding yang disiapkan panitia. Harapannya, kegiatan ini memperkuat atmosfer akademik di lingkungan Fakultas Pertanian dan Universitas Halu Oleo secara umum,” tambah Prof. Marsuki.

Perubahan Iklim, Keamanan Pangan, dan Inovasi Smart Farming

Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama Universitas Halu Oleo, Prof. Dr. La Ode Santiaji Bande, S.P., M.P., yang turut hadir membuka kegiatan, menegaskan bahwa perubahan iklim memiliki dampak nyata terhadap produktivitas pertanian dan keamanan pangan nasional.

“Perubahan iklim sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Di musim kemarau kita bisa gagal panen, di musim hujan juga bisa gagal panen. Harapannya, dengan penerapan pertanian cerdas iklim, masalah-masalah itu dapat dikelola dengan baik agar keamanan pangan tetap terjaga,” ujarnya.

Ia menjelaskan, keamanan pangan tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan stok, tetapi juga dengan keamanan produk dari kontaminasi bahan kimia.

“Sebagai contoh, di bidang proteksi tanaman, produk pertanian kita harus bebas dari kontaminasi pestisida. Saat ini banyak produk Indonesia yang ditolak ekspor karena hal ini. Kasus terbaru misalnya udang Indonesia yang terdeteksi radioaktif, dan ada juga kakao yang mengandung residu pestisida meski masih di bawah ambang batas aman,” jelasnya.

Menurutnya, jika penggunaan pestisida terus dilakukan tanpa pengawasan, risiko kontaminasi dapat meningkat. Karena itu, smart farming menjadi solusi strategis untuk efisiensi dan keberlanjutan.

“Dengan smart farming, penggunaan input pertanian bisa diatur secara efisien. Bahkan, narasumber dari Malaysia tadi memaparkan riset pupuk yang juga berfungsi sebagai pengendali hama penyakit. Efisiensinya luar biasa, dan ini bisa menjadi ide penelitian lanjutan,” tambahnya.

Penguatan Reputasi dan Daya Saing Institusi

Lebih jauh, Prof. Santiaji menegaskan bahwa kegiatan internasional seperti HICAFS juga berkontribusi pada peningkatan daya saing dan reputasi institusi UHO.

“Ini salah satu outcome pentingnya. Kegiatan seperti ini mendukung posisi UHO agar bisa bersaing di tingkat internasional. Sesuai visi jangka panjang, kami menargetkan pada tahun 2045 UHO bisa masuk dalam jajaran 250 perguruan tinggi terbaik dunia,” ungkapnya.

Ia juga mengapresiasi format hybrid conference yang memungkinkan partisipasi luas, baik secara luring maupun daring, termasuk bagi mahasiswa.

“Model hybrid ini sangat bagus. Mahasiswa bisa belajar langsung dari forum internasional seperti ini, baik dari aspek akademik maupun kolaborasi global,” katanya.

Perkembangan Akreditasi dan Tata Kelola Data

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Santiaji turut menyinggung perkembangan proses akreditasi institusi UHO yang tengah berjalan. Ia menjelaskan bahwa proses tersebut sedikit tertunda karena masih ada penyelarasan data pada sistem PDDIKTI.

“Sebetulnya hasil akreditasi sudah dijadwalkan keluar dalam waktu dekat, namun ada beberapa hambatan teknis. Data di PDDIKTI harus benar-benar clear, tidak boleh ada program studi yang belum sinkron atau tidak memiliki dosen homebase. Itu sedang kami selesaikan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mencontohkan beberapa kasus teknis yang masih perlu penyesuaian.

“Misalnya, program D3 Sekretari sudah lama ditutup, tapi di PDDIKTI statusnya masih pembinaan. Itu sedang kami proses. Ada juga prodi baru seperti Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak yang sudah aktif di PDDIKTI, tetapi dosennya belum terdaftar. Semua ini sedang kami benahi,” terangnya.

Prof. Santiaji menambahkan bahwa proses akreditasi ini juga merupakan kelanjutan dari kerja keras kepemimpinan sebelumnya.

“Kami mohon doa agar semua masalah ini cepat selesai, sehingga akreditasi yang sudah lama dipersiapkan bisa segera dirampungkan. Akreditasi ini juga merupakan bagian dari hasil kerja Prof. Jamrun yang kami lanjutkan bersama tim. Jadi nanti hasilnya adalah buah kerja bersama,” jelasnya.

Harapan dan Luaran

Acara ini diharapkan mampu menghasilkan rekomendasi riset dan kerja sama akademik yang mendukung ketahanan pangan nasional melalui penerapan inovasi digital dan teknologi pertanian ramah iklim.

“Kami berharap seminar ini tidak hanya sukses secara penyelenggaraan, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi civitas akademika dan masyarakat,” tutup Prof. Marsuki.

Laporan: Andi Mahfud

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|