
SULTRAKINI.COM: KENDARI – Program Studi Jurnalistik Universitas Halu Oleo (UHO) menggelar kegiatan Soft Skill Mahasiswa Baru sekaligus Kuliah Praktisi dengan tema “Jurnalis Muda: Kritis, Kreatif, dan Siap Terjun di Era Digital” pada Kamis (25/9/2025). Acara ini diikuti 63 mahasiswa baru, dosen, dan mahasiswa senior. Sesi tanya jawab bersama para praktisi menjadi sorotan utama, di mana peserta memperoleh wawasan mendalam tentang integritas, fakta, dan pemanfaatan AI dalam dunia jurnalistik.
Sesi tanya jawab diawali oleh mahasiswa Adel Cahyana yang menanyakan bagaimana menghadapi berita sensitif dan hoaks di era digital.
Dr. Umar Marhum, A.Md., STP., S.H., M.H. menekankan pentingnya integritas:
“Ada pihak yang membungkam atau menawarkan sogokan besar. Namun, jurnalis dengan integritas tinggi tidak akan menjual harga dirinya demi uang. Reputasi dan kepercayaan publik jauh lebih berharga daripada materi. Kebahagiaan seorang jurnalis datang dari ketenangan hati karena mempertahankan harga diri dan tidak diperintah siapa pun.”
Dr. Muhamad Djufri Rachim, SP., M.Si. menambahkan:
“Semua jurnalis, muda atau tua, harus mengutamakan berita yang dapat dipertanggungjawabkan. Media terpercaya biasanya memiliki logo ‘trusted’ dari Google berdasarkan kepatuhan kode etik dan kualitas kerja jurnalistik. Kreativitas dan literasi digital juga penting agar informasi tetap akurat di tengah derasnya arus berita.”
Pertanyaan lain datang dari mahasiswi Aulia Ramadani mengenai peran AI dalam jurnalistik.
Dr. Djufri menjawab:
“AI sebenarnya alat bantu, bukan pengganti jurnalis. Reporter menangkap suasana, dinamika, dan semangat kegiatan yang robot tidak bisa. AI membantu memperbaiki struktur tulisan, ejaan, atau bahasa agar rapi. Namun, ciri khas jurnalis, seperti tulisan kolom atau storytelling, tetap tidak bisa digantikan AI. AI melengkapi, bukan menggantikan kreativitas manusia.”
Sementara itu, Nur Ainun menanyakan mengenai sifat dan persiapan yang harus dimiliki jurnalis muda. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Dr. Umar:
“Tetapkan niat untuk benar-benar menjadi jurnalis yang baik dan sukses. Kuasai kemampuan komunikasi dan wawasan luas agar setiap tulisan memenuhi standar jurnalistik, termasuk rumus 5W+1H. Adaptasi dengan dunia digital, berpikir kritis, dan moralitas yang tinggi sangat penting. Wartawan harus berani menyatakan yang benar, melakukan verifikasi fakta, dan menjaga integritas meski menghadapi konsekuensi atau tekanan pihak lain.”
Peserta Nur Ainul juga berbagi kesannya:
“Ada banyak yang saya pelajari dari acara ini, terutama dari para pemateri yang sudah berhasil di bidang media. Materi yang dibawakan narasumber sangat bagus karena menjelaskan perjalanan mereka menjadi jurnalis yang baik dan mempersiapkan kami untuk bersaing di era digital. Saat ini, saya sedang berlatih menjadi reporter dan mengembangkan suara pembawa berita.”
Senada, Andi Muhammad Baslan turut membagikan pengalamannya:
“Saya masuk di jurnalistik ini tanpa pengetahuan sebelumnya. Saya ingin mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan orang agar tidak gugup, dan saya ingin menjadi pewawancara. Harapan saya untuk teman-teman adalah saling membantu, merangkul, dan maju bersama-sama.”
Sebagai penutup, Dr. Umar Marhum dan Dr. Muhamad Djufri Rachim menegaskan bahwa jurnalis muda harus membangun karakter yang kuat, menjunjung moralitas dan integritas, menguasai literasi digital, serta memanfaatkan AI sebagai alat bantu. Yang terpenting, jurnalis harus selalu mengutamakan fakta agar tetap profesional dan dipercaya publik di era digital.
Laporan: Andi Mahfud