
SULTRAKINI.COM: KENDARI– Forum Ekonomi Sulawesi Tenggara (Forkestra) 2025 kembali digelar oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sultra. Agenda puncak berupa Seminar Nasional mengangkat tema “Memperkuat Ekonomi Sulawesi Tenggara Melalui Inovasi, Ketahanan, dan Keberlanjutan Menuju Daya Saing Global”.
Kegiatan tahunan yang sudah memasuki edisi kelima ini bukan sekadar panggung gagasan, melainkan juga ruang konkret bagi mahasiswa, akademisi, pemerintah, hingga pelaku usaha untuk mencari solusi implementatif bagi perekonomian daerah. Tahun ini, Forkestra dirangkaikan dengan penandatanganan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) sebagai bagian dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sultra.
Sekretaris Daerah Sultra, Drs. Asrun Lio, M.Hum., Ph.D, mewakili Gubernur, menyebut ekonomi Sultra terus menunjukkan resiliensi meski tantangan global semakin berat. Hingga triwulan III 2025, pertumbuhan ekonomi Sultra tercatat lebih tinggi dari rata-rata nasional, sementara inflasi masih terjaga.
“Pertumbuhan ekonomi tidak boleh hanya dilihat dari angka, tapi harus mampu menciptakan lapangan kerja layak di tengah bonus demografi dan perkembangan teknologi,” tegas Asrun Lio dalam sambutannya.
Ia menekankan perlunya hilirisasi, industrialisasi, dan penguatan UMKM untuk mengoptimalkan potensi besar sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata.
Senada, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sultra, Edwin Permadi, mengingatkan bahwa ketidakpastian global menuntut struktur ekonomi yang lebih tangguh. Ia menyoroti ketergantungan Sultra pada sektor ekstraktif yang perlu diimbangi dengan transformasi ekonomi berkelanjutan.
Forkestra 2025 sekaligus menjadi momentum implementasi GNPIP. Penandatanganan KAD dilakukan antara Kota Kendari dan Kabupaten Konawe untuk komoditas beras, serta Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan untuk komoditas cabai rawit. Langkah ini diharapkan memperkuat ketahanan pangan sekaligus mengendalikan inflasi daerah.
“Bank Indonesia berperan strategis menjaga stabilitas harga sambil mendorong transformasi struktural. Fokusnya bukan hanya hilirisasi, tapi juga pengembangan pariwisata, ekonomi kreatif, dan ekonomi hijau berbasis energi terbarukan dan digitalisasi,” jelas Edwin.
Diskusi Forkestra menghadirkan narasumber lintas bidang, mulai dari Direktur Pembangunan Indonesia Timur Kementerian PPN/Bappenas, Ika Retna Wulandary, Analis BI Anindita Sita Dewi, hingga akademisi Theo Satrya. Mereka membahas strategi hilirisasi, keuangan hijau, hingga pemanfaatan pariwisata sebagai pilar pertumbuhan baru.
Forkestra 2025 menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara pemerintah, akademisi, perbankan, pelaku usaha, dan masyarakat mampu melahirkan arah pembangunan yang lebih inklusif. Bank Indonesia menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah.
“Forkestra harus menjadi forum strategis yang berkelanjutan, agar daya saing ekonomi Sultra semakin kuat dan mampu menjawab tantangan global,” tutup Edwin.
Laporan: Riswan