
SULTRAKINI.COM: Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL) Universitas Halu Oleo (UHO) menggelar penyuluhan dan pelatihan pengolahan kolang-kaling sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) di Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Nambo, Kota Kendari, Sabtu (20 September 2025)
Diikuti sekitar 30 peserta yang terdiri atas anggota kelompok tani hutan dan warga setempat bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pascapanen dan nilai tambah ekonomi masyarakat dengan cara pengawetan alami tanpa bahan pengawet sintetik.
Acara dibuka secara resmi oleh Dekan FHIL UHO, Dr. Lies Indriyani, SP., M.Si., bersama Lurah Tobimeita, Zulfadly Iskandar, S.Kom. Dalam sambutan pembuka, pihak fakultas menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam, khususnya HHBK, untuk mendukung ekonomi lokal secara berkelanjutan.
Tim pengabdian masyarakat dipimpin oleh Dr. Zakiah Uslinawaty, S.Hut., M.Si., beranggotakan Dr. Lies Indriyani, SP., M.Si.; Niken Pujirahayu, SP., MP.; Nurhayati Hadjar, S.Hut., M.Si.; Abigael Kabe, S.Hut., M.Si.; dan Dr. Nurnaningsih Hamzah, S.Hut., M.Hut. Materi inti memfokuskan pada potensi kolang-kaling dari pohon aren—yang banyak ditemukan di sekitar Tobimeita—mulai dari manfaat kesehatan (kaya serat, membantu pencernaan, mendukung kesehatan kulit dan tulang) hingga standar pengolahan higienis.
Bagian terpenting dari pelatihan adalah teknik pengawetan kolang-kaling secara alami tanpa pengawet sintetik. Metode ini diperkenalkan untuk menjaga kualitas, keamanan konsumsi, dan daya simpan produk sekaligus memberi alternatif ramah lingkungan yang mudah diterapkan oleh rumah tangga dan kelompok tani.
Peserta juga mendapat panduan tata kelola pascapanen (sortasi, pencucian, perendaman, blanching, sanitasi peralatan, pengemasan) serta opsi diversifikasi produk (siap saji, sirup/kompot, dan bahan campuran minuman) agar kolang-kaling memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Menurut pemaparan tim, pengolahan HHBK—seperti kolang-kaling—dapat menjadi sumber pendapatan tambahan tanpa mendorong eksploitasi hutan, sejalan dengan prinsip keberlanjutan.
Melalui pendampingan lanjutan, UHO merencanakan coaching untuk membakukan prosedur pengolahan (SOP sederhana), pelabelan gizi dan tanggal kedaluwarsa, serta perancangan kemasan agar produk lebih kompetitif di pasar lokal.
Penyuluhan ini diharapkan memperkuat kemandirian kelompok tani hutan yang memiliki pohon aren, membuka akses pasar untuk produk olahan kolang-kaling, dan memperkuat sinergi kampus–komunitas–pemerintah kelurahan dalam agenda ekonomi hijau.
Dengan kolaborasi UHO, kelompok tani hutan, dan masyarakat Tobimeita, kegiatan pengabdian ini ditargetkan berkontribusi nyata pada pengembangan ekonomi lokal sekaligus pelestarian lingkungan.
Laporan: Frirac