Oleh : Ahmad Usman
Universitas Mbojo Bima
Inipasti.com, Salah satu green dari 5 (lima) green sebagaimama dikemukakan I Wayan Parwata (Usman, 2023) yakni kantor hijau (green office).
Masalah global warming atau pemanasan global, yang terjadi karena dampak kemajuan tekhnologi yang membahayakan bumi kita berpijak sudah ramai sejak awal abad ke-20 lalu. Dan untuk mengatasi masalah pemanasan global serta meng’hijau’kan kembali bumi ini, banyak cara ditempuh seperti ‘reduce, reuse, recycle (3R)’, hemat pemakaian listrik, konsep pembangunan gedung-gedung tinggi yang meminalisir efek rumah kaca, penghijauan dimana-mana, ‘bike to work’, dan sebagainya (Mbakarlin, 2013).
Salah satu program pemerintah untuk ‘save the earth’ adalah green office atau gedung bangunan hijau. Green office adalah suatu konsep tentang sebuah kantor yang kegiatannya dijalankan dengan cara yang ramah lingkungan. Dengan mengedepankan ramah lingkungan, maka pegawai tidak saja melaksanakan efisiensi yang menguntungkan kantor/perusahaan, namun juga sudah ikut membantu meningkatkan kualitas kehidupan komunitas di sekitar kantor (Mbakarlin, 2013).
Green office adalah sebuah konsep kantor hijau yang mengikuti kaidah-kaidah etika lingkungan. Green office bukan berarti perubahan lingkungan kantor yang dirubah warnanya menjadi hijau. Akan tetapi lebih kearah perubahan perilaku pegawai/karyawan yang berpikir tentang kesadaran lingkungan. Meminimalkan penggunaan AC, memakai kertas bolak balik, mendaur ulang kertas, meminimalkan pemakaian tissue, dan lain-lain. Green office memberikan wahana baru terhadap perubahan harapan manusia dalam pengelolaan lingkungan di kawasan perkotaan.
Green office bentuk alternatif inspiratif mengurangi adanya dampak aktifitas dan perilaku manusia yang menyebabkan terjadinya pemanasan global di muka bumi ini sehingga terjadi yang namanya perubahan iklim. Bumi seolah–olah seperti dioven, sehingga suhu di kota pada umumnya semakin panas. Merubah paradigma/perilaku dari pegawai/karyawan agar berperilaku green office merupakan harapan tersendiri sebagai titik awal perubahan sikap menu kelestarian lingkungan dan pengurangan sampah di kawasan perkantoran serta efisiensi terhadap pemakaian sumber daya tidak terbaharukan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan melalui konsep green office misalnya, pegawai dan pihak manajemen kantor berupaya untuk menerapkan berbagai penghematan, seperti hemat air, hemat kertas, hemat listrik dan juga pengelolaan sampah. Jika cara yang sederhana tersebut diterapkan di kantor dan kemudian menjadi kebiasaan dan budaya kantor/perusahaan, maka hal tersebut akan mudah dilakukan para pegawai/karyawan di rumah masing-masing.
Muara dari green office adalah: menciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif; mengkampanyekan green office dalam setiap momen kegiatan; sosialisasi visi dan misi program green office kepada semua lapisan masyarakat; memberikan contoh melalui aplikasi media pendidikan lingkungan di wilayah perkantoran; dan membuka peluang seluas-luasnya kepada mitra yang memiliki visi dan misi tentang lingkungan untuk ikut bergabung dalam program green office.
Manfaat dari green office adalah: tamu dan individu kantor merasa betah berada di dalam kantor; dan memberikan image/citra/kesan kepada masyarakat bahwa pengelolaan kantor dan individu yang berada di dalam kantor memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup. Sedangkan sasaran dari green office adalah: terciptanya lingkungan bersih, indah, rindang, dan nyaman serta menyehatkan; dan terciptanya perilaku individu kantor yang perduli terhadap lingkungan.
Kantor peduli lingkungan atau green office merupakan refleksi kebijaksanaan kantor yang menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dalam upaya menciptakan lingkungan kerja kantor bersih, indah dan nyaman serta menyehatkan (BERIMANS) dan tidak mengganggu lingkungan sekitar. Green office juga merupakan refleksi dari seluruh aktifitas individu yang berada dalam kantor agar selalu memperhatikan aspek kesehatan dan lingkungan di sekitarnya.
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan untuk kantor diperlukan karena kantor juga sebagai tempat kegiatan/akivitas yang berpotensi menghasilkan pencemaran, antara lain: aktifitas makan dan minum (sampah dan pencemaran lainnya); penggunaan kendaraan bermotor (pencemaran udara); kegiatan administrasi (sampah, toner); pemakaian air (limbah cair, pemborosan penggunaan air); sarana penampungan sampah sementara; pemakaian listrik (pemborosan energi); sarana dan prasarana bengkel (bila memiliki)
pendingin ruangan (pemborosan energi); dan sarana penampungan limbah cair (urine dan tinja).
Keberhasilan kantor peduli lingkungan (eco-office) sangat ditentukan oleh sistem manajemen lingkungan yang diterapkan, kepedulian individu, monitoring dan evaluasi, kemudian perbaikan sistem apabila diperlukan dan pada pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dan gotong royong (partisipatif).
Sebuah bangunan akan mendapat reward sebagai green office atau green building tak semata-mata dilihat dari ‘hijau’nya daun alias’ adanya taman kantor’ saja tapi dilihat dari efisensi energi dan system water treatment plant (WTP)-nya.
Taman kantor adalah taman yang berada di lingkungan kantor dalam skala terbatas baik yang ditata di halaman maupun dalam ruangan kantor dan dapat mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota dan dapat dinikmati oleh seluruh pegawai dan warga.
Kegunaan taman kantor sekarang ini tidak hanya sebagai penghias saja, namun sekarang ada banyak manfaat dari keberadaan taman kantor. Misalnya sebagai penghilang rasa kepenatan saat pekerjaan kantor menumpuk, penyuplai udara segar nan sejuk di area kantor, serta tidak ketinggalan yaitu untuk memperindah ruangan menjadi asri dan nyaman.
Taman kantor keberadaannya tidak lagi di luar ruangan saja, tapi bisa dibuat di dalam kantor. Kalau taman kantor di dalam ruangan kita bisa menggunakan konsep taman instan, karena dengan begitu kita mudah dalam membuatnya serta perawatanya pun ringan dan gampang. Taman di dalam ruangan dapat diletakkan di dekat pintu masuk utama kantor, dapat juga diletakkan di tengah ataupun di pojok ruang pegawai/karyawan dan ruang rapat. Untuk taman kantor di luar ruangan sebaiknya bernuansa formal dan simetris. Artinya taman ini mengimbangi nuansa kantor yang formal dan serba teratur, makanya konsep tamannya dibuat formal dan simetris. Sedangkan taman yang terletak di dalam ruangan, sebaiknya kita mempertimbangkan mobilisasi orang-orang di dalam kantor, jangan sampai mengganggu menghambat aktivitas kerja. Untuk itu kita membuat taman di dalam ruangan harus cukup simple dan membutuhkan space ruang yang relatif kecil saja, untuk pemilihan tanaman haruslah tepat. Tanaman yang ada di dalam ruangan harus tidak membutuhkan sinar matahari penuh dan tahan naungan, kebutuhan air sedikit, tajuk tanaman yang simple, serta mudah diganti.
Green School / Campus
Lanjut kupasan 5 (lima) green-nya I Wayan Parwata (Usman, 2023) di atas yakni sekolah hijau (green school).
Sebelum dibahas green school dan green campus, penulis mengupas sedikit tentang taman sekolah. Setiap sekolah pasti mempunyai taman. Taman sekolah memiliki banyak fungsi, di antaranya sebagai “si pembuat asri” sekolah, membuat udara dan suasana sekolah lebih nyaman, serta untuk membatu kegiatan belajar mengajar, bahkan diperlukan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Luas taman sekolah bergantung pada luas sekolah yang bersangkutan pula. Tapi, biarpun taman suatu sekolah tersebut tidak terlalu luas, fungsi taman sebagai media pembelajaran tidak akan terhambat. Taman sekolah mempunyai banyak fungsi, salah satunya adalah sebagai media pembelajaran.
Secara teoritis, menurut Salim (2006) kegagalan sebuah program atau proyek seringkali suatu kebijakan tidak dilakukan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Sudah ada beberapa bukti dan contoh bahwa taman sekolah bisa digunakan sebagai salah satu media pembelajaran, bahkan diperlukan. Hal tersebut dikarenakan taman sekolah memiliki hal-hal seperti pohon, tanaman-tanaman, rumput dan lain sebagainya. Murid akan lebih mengerti dan jelas jika mereka melihat langsung benda yang mereka pelajari, tidak sekadar sket seperti yang ada di buku cetak. Karena sudah terbukti pemanfaatan taman yang efisien untuk mendukung pembelajaran, maka hendaknya para warga sekolah rajin merawat taman sekolah, rajin menguak nama-nama tanaman di taman sekolah, dan yang paling penting adalah jangan mengotori taman sekolah. Walaupun taman sekolahnya luas dan banyak pohon antik mungkin, banyak tanaman langka dan keren, tetapi jika taman itu kotor dan tidak terawat, maka tidak dapat taman tersebut dijadikan salah satu media pembelajaran (Arjuna, 2010).
Konsep “green” dari 5 (lima) green-nya I Wayan Parwata yang dimaksud dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan perfoma sangat baik). Desain ini memaksimalkan penanaman pohon dan rerumputan untuk menciptakan proporsi yang lebih seimbang, dan juga agar suhu dalam ruangan tetap serasa sejuk.
Secara arti kata green school adalah sekolah hijau. Namun dalam makna luas, diartikan sebagai sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas sekolah. Karenanya, tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berperilaku ramah lingkungan (Sugeng Paryadi, 2008).
Pengertian hijau dari green school di sini bukan sekolah yang dicat temboknya berwarna hijau, atau sekolah yang banyak tanamannya bahkan bukan sekolah yang menggunakan seragam serba hijau, namun identitas hijau di sini merupakan gerakan untuk menerapkan konsep pengelolaan, pelestarian dan perlindungan terhadap lingkungan khususnya kawasan sekolah dan sekitarnya.
Sekolah yang menggunakan pendekatan belajarnya dengan konsep pengelolaan terhadap lingkungan maka: menjadikan suasana kegiatan belajar mengajar yang nyaman; meningkatkan kesehatan bagi seluruh warga sekolah; membangun karakter siswa cinta terhadap lingkungan; sumber pembelajaran yang nantinya dapat dilakukan penerapannya di rumah siswa masing-masing; mendorong percepatan gerakan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim; dan lingkungan sekolah terlihat bersih, hijau dan enak dipandang sehingga siapapun betah/tinggal berlama-lama di sekolah.
Ciri-ciri green school atau sekolah hijau : sekolahan bersih, hijau, sehat dan menyenangkan; memiliki peraturan dan kebijakan menyangkut masalah lingkungan (misalnya tentang sampah, efisiensi air, energi, kantin, dan lain-lain); memiliki sarana dan prasarana yang memadai seperti: ruang pembibitan, alat kebersihan/sapu dan lain-lain, tempat sampah terpilah, komposter (sarana pengelola sampah organik), lubang biopori (untuk resapan dan pengolah sampah organik) dan lainnya; memiliki program kegiatan yang reguler baik jangka pendek,menengah dan panjang; memiliki pedoman pembelajaran siswa terkait pengelolaan lingkungan baik secara monolitik maupun terintegrasi; memiliki sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru, staf, dan komite) yang memiliki keahlian di bidang pendidikan lingkungan hidup, setidaknya pernah dan selalu melakukan pelatihan atau bimbingan tekhnis yang berkesinambungan ditandai sertifikat kegiatan; memiliki perencanaan anggaran pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan baik dalam mengembangkan kapasitas guru dan siswa maupun terhadap kelengkapan sarana prasarana sekolah; dan memiliki sekretariat khusus yang di dalamnya ada tim pengelola kegiatan hingga penugasan untuk pendokumentasian menyeluruh.
Lingkungan sekolah sebaiknya bersih, rapi dan hijau. Sekolah yang hijau rimbun akan melahirkan suasana yang sejuk dan nyaman, belajarpun asyik. Bagaimana cara menciptakan lingkungan sekolah yang hijau dan sehat? Pihak sekolah membuat paket program penghijauan berkelanjutan, misalnya mengambil tema “Sekolah Seribu Bunga”.
Ada berbagai bentuk kreatif di dalam mewujudkan sekolah yang hijau bersih dan sehat (Anonim, 2013).
Pertama, membuat agenda kerja dan jadwal kerja bakti. Sekolah harus membuat jadwal dan rencana kapan memulai sebuah program dan waktu yang tepat untuk mengerjakannya.
Kedua, jadwalkan kerja bakti bersama-sama semua pihak, guru-murid untuk membersihkan sekolah dan merawat bunga/tumbuhan di sekolah.
Ketiga, maksimalkan peran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai wadah siswa untuk belajar dan praktek pola hidup sehat dan bagaimana mencintai lingkungan yang sehat dan bersih. UKS juga harus prioritaskan pendidikan bagi siswa untuk mengenal P3K dan dasar-dasar ilmu gizi dan wabah/penyakit.
Keempat, buatlah MADING khusus tentang lingkungan sekolah yang menarik dan dibuat per kelas, yang diisi secara rutin oleh murid dan guru.
Kelima, buatlah majalah khusus lingkungan yang diterbitkan sekolah atau UKS yang memuat program dan realisasi program SBB dan juga menampilkan wawasan seputar lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.
Keenam, adakanlah aneka lomba lingkungan sekolah bersih bisa berbasis kelas atau jurusan tentang lingkungan yang indah dan sehat. Juga bisa menyelenggarakan lomba menulis dan melukis tentang sekolah bersih dan sehat. Ini sebagai stimulus dan pemicu semangat menghijaukan sekolah.
Ketujuh, tanamlah banyak pohon rindang dan buatlah tempat duduk santai di bawahnya, yang bisa digunakan untuk belajar kelompok disela-sela istirahat pelajaran kelas. Bisa juga membuat sejenis rangka atap yang dijalari aneka tumbuhan menjalar yang hijau rimbun sehingga siswa bisa berteduh sambil diskusi dan belajar. Bisa juga membuat gazebo belajar atau gazebo UKS.
Kedelapan, buatlah tempat pembuangan sampah terpadu di salah satu sudut area sekolah, dilengkapi dengan bak pengolah kompos. Lengkapi wawasan siswa tentang tata cara pengolahan kompos. Lalu buatlah kerjasama dengan pihak luar sekolah bagaimana memanfaatkan kompos hasil produksi sekolah.
Kesembilan, buatlah program kerajinan budidaya sampah plastik bekas, yang bisa dirajut menjadi pernak-pernik seperti tas, taplak meja, bungkus toples, serbet dan sebagainya. Ajaklah siswa kreatif di dalam mengolah sampah plastik menjadi barang yang bernilai ekonomis dan bermanfaat, bahkan bisa dijual.
Kesepuluh, pastikan kantin sudah sesuai standar kantin sehat, dengan meminimalisir penggunaan bungkusan/kemasan plastik serta makanan dan minuman yang dijual adalah bersih dan sehat. Sarankan banyak menjual buah-buahan segar. Toilet juga harus bersih dan wangi.
Kesebelas, bukalah lahan khusus untuk menanam tumbuhan yang berkhasiat bagi kesehatan. Lahan khusus ini disebut apotik hidup alami, dimana ditanami berbagai jenis tumbuhan yang bisa mengobati berbagai penyakit sekaligus sebagai tempat untuk siswa belajar tentang kearifan alam yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.
Keduabelas, ikutilah berbagai ajang kompetisi lingkungan sehat baik di tingkat kota, provinsi atau tingkat nasional. Lomba ini akan membuat kita mengerti kelebihan dan kelemahan kita dalam mengelola program lingkungan di sekolah.
Ketigabelas, bikinlah situs (blog) khusus tentang program lingkungan sekolah, dimana menampilkan berbagai program kreatif dan gambar-gambar tentang keindahan lingkungan sekolah. Selain bermanfaat untuk menambah wawasan juga bisa menjadi promosi gratis bagi sekolah, karena situs/blog bisa diakses siapapun di seluruh dunia.
Keempatbelas, lakukan evaluasi rutin, sejauhmana capaian hasil dari program SSB, apa saja kendalanya, dan peluang apa lagi yang bisa dikembangkan.
Green school lebih bermakna pada pembentukkan sikap anak didik dan warga sekolah terhadap lingkungan, yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Hal ini diwujudkan dalam sikap dan perilaku sehari-hari, baik di sekolah, rumah atau di lingkungan tempat tinggalnya. Termasuk di dalamnya program “greening the curriculum”, kurikulum hijau, artinya kurikulum yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam bahasannya serta mengintegrasikan materi lingkungan ke dalam pembelajarannya, sesuai dengan topik bahasannya.
Kelak, bila mereka bekerja, diharapkan sikap tersebut dapat diterapkan dalam sikap kerja yang bijaksana dan peduli lingkungan, terutama sekitarnya.
Dapat disimpulkan bahwa green school atau sekolah hijau sebagai berikut: pertama, green school adalah sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk menanamkan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas sekolah; kedua, green school adalah sekolah yang memiliki halaman taman yang identik dengan berbagai macam sesuatu yang berskala alam; ketiga, green school adalah sekolah yang peduli dengan global warming (pemanasan bumi), climate change (perubahan iklim) yang kini sedang terjadi secara signifikan dan terukur oleh para ahli; keempat, green school berarti letak kita di garis khatulistiwa dengan hutan yang lebat (hutan hujan tropis) yang melingkar 1/8 keliling bumi (jamrud khatulistiwa), yang merupakan penyuplai oksigen dunia yang sangat potensial; dan kelima, green school berarti “mudah ceria tua berguna”. Kata ini diambil dari falsafah tumbuhan itu ketika muda hijau muda indah ceria ditiup angin, setelah tua dia berguna menghasilkan makanan pada proses fotosintesis, akhir menghasilkan bunga bahkan buah. Pada waktu gugur pun masih berguna sebagai himus, mulsa, pupuk dan lain-lain.
Lalu, apa green campus? Hampir sama dengan green school. Pengertian green campus adalah sistem pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan lokasi yang ramah lingkungan serta melibatkan warga kampus dalam aktifitas lingkungan serta harus berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial.
Green campus adalah konsep perpaduan antara lingkungan dengan dunia kampus. Konsep lingkungan yang meliputi 3R, penghijauan, in front of office, CSR dan sebagainya digabung dengan konsep kampus yang terdiri dari fisik kampus, lokasi dan perilaku warga kampus.
Berdasarkan semua komponen input dan dengan memperhatikan syarat tujuan strategik yang berkualitas, green campus bertujuan sebagai berikut: (1) mendukung upaya pembangunan berkelanjutan; (2) meningkatkan kualitas pendidikan; (3) peningkatan kesadaran lingkungan warga kampus dan masyarakat; dan (4) menjamin keberadaan perguruan tinggi berkelanjutan.
Seluruh tujuan strategik yang ditetapkan di atas telah memenuhi kriteria dapat diterima, fleksibel, memotivasi, sesuai, dapat dipahami, dapat dicapai, dan bersifat jangka panjang. Tujuan mendukung upaya pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan utama dari aktifitas ekonomi, sosial dan lingkungan manusia. Hal ini tidak hanya dikembangkan di Indonesia, namun seluruh dunia menyepakati bahwa pembangunan yang ada selayaknya tidak hanya untuk saat ini namun untuk masa yang akan datang. Karena bumi bukan milik generasi sekarang namun merupakan titipan dari generasi yang akan datang.
Tujuan kedua untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan yang ditandai penelitian mengenai lingkungan dan terpeliharanya kualitas SDA disekitar kampus. Peningkatan kualitas pendidikan itu diukur melalui kriteria sebagai berikut: (a) Peningkatan harapan hidup warga kampus, yang diwujudkan oleh tingkat kesehatan warga kampus yang makin baik; (b) peningkatan kecerdasan mahasiswa dan keterampilan dosen; (c) meningkatnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan; (d) ketentraman sosial; dan (e) terpeliharanya kualitas SDA yang beranekaragam.
Tujuan ketiga yaitu peningkatan kesadaran lingkungan warga kampus dan masyarakat. Kesadaran warga kampus dan masyarakat nantinya diikuti dengan aktifitas pelestarian lingkungan, penciptaan teknologi ramah lingkungan dan produk-produk ramah lingkungan.
Tujuan terakhir green campus adalah menjamin keberadaan perguruan tinggi berkelanjutan. Persaingan dunia pendidikan yang ketat mendorong agar perguruan tinggi menyesuaikan diri dengan berbagai isu lingkungan. Bentuk penyesuaian diri tersebut dengan mengadopsi isu lingkungan pada dinamika perguruan tinggi seperti pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Menarik apa yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mewajibkan seluruh gedung sekolah sejak 2011 lalu menerapkan green school building. Ini merupakan upaya Pemprov DKI Jakarta melaksanakan green property, selain menerapkan konsep green buliding standard pada gedung-gedung tinggi di ibu kota. Pembangunan green school building akan dipusatkan dengan konsep penghematan energi listrik, penggunaan air yang bisa didaur ulang, dan pemanfaatan limbah sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan. Untuk bahan bangunan gedung sekolah, akan diupayakan menggunakan bahan eco-friendly (ramah lingkungan). Termasuk di dalamnya tidak terlalu banyak menggunakan kayu. Karena akan mengakibatkan penebangan pohon di hutan secara tidak bertanggung jawab.
Konsep green school building merupakan bagian proses pendidikan lingkungan kepada siswa, sehingga mau tidak mau siswa yang sekolahnya sudah berorientasi lingkungan dan mengadaptasi kaidah lingkungan tadi harus memahami pentingnya mencintai dan pelestarian lingkungan.
Potensi internal sekolah seperti ketersediaan lahan, sumber daya air, energi,
bentang alam, tradisi masyarakat sekitar, dan ekosistemnya merupakan objek pengembangan dalam konsep sekolah hijau. Sementara dalam pandangan LSM Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati), program sekolah hijau harus mengembangkan (a) kurikulum berbasis lingkungan; (b) pendidikan berbasis komunitas; (c) peningkatan kualitas lingkungan sekolah dan sekitarnya; (d) sistem pendukung yang ramah lingkungan; dan (e) manajemen sekolah berwawasan lingkungan (Lina Susanti dalam Ahmad Usman, 2013).
Implementasi sekolah hijau dilakukan dalam tiga langkah strategis yaitu pertama, bidang kurikuler, pembelajaran lingkungan hidup dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran yang ada. Guru harus pandai mengemas pembelajaran dengan pemahaman dan pengalaman belajar yang aplikatif. Kedua, bidang ekstrakurikuler yaitu mengarah pada pembentukan kepedulian siswa terhadap pelestarian lingkungan melalui kegiatan penyuluhan lingkungan dan lomba karya lingkungan.
Ketiga, bidang pengelolaan lingkungan sekolah yaitu melalui (a) pemanfaatan dan penataan lahan sekolah menjadi laboratorium alam seperti menjadi kebun dan tanaman obat-obatan, ajakan hemat energi dan air, daur ulang sampah melalui proses reduce, reuse, dan recycle, serta (b) pengelolaan lingkungan sosial dalam bentuk pembiasaan perilaku-perila-ku nyata yang positif di antaranya kedisiplinan, kerja sama, kepedulian, kejujuran, dan menghargai kearifan lokal (Lina Susanti dalam Ahmad Usman, 2013).
Lingkungan sekolah adalah lingkungan kehidupan sehari-hari siswa. Jika lingkungan sekolah dapat ditata dan dikelola dengan baik, maka akan menjadi wahana efektif pembentukan perilaku peduli lingkungan.
Semoga !!!