Taman Kota, Bukan Sekadar Keindahan “An Sich”

2 months ago 32

Oleh : Ahmad Usman
Dosen Universitas Mbojo Bima

Inipasti.com, Memperbincangkan taman kota berarti bicara tentang keindahan dan seni. Umumnya manusia suka pada keindahan, termasuk keindahan alam yang berupa taman atau hutan kota. Keindahan alam adalah “keharmonisan yang menakjubkan dari hukum-hukum alam”, yang dibukakan untuk mereka yang mempunyai kemampuan untuk menerimanya (Mustopo, 1983). Hebert Read (Usman, 2022) menegaskan, keindahan itu adalah sesuatu kesatuan hubungan-hubungan yang formal daripada pengamatan yang dapat menimbulkan rasa senang (beauty is unity of formal relation among our sence perceptions). Atau, keindahan itu merangsang timbulnya rasa senang tanpa pamrih pada subyek yang melihatnya, dan bertumpu pada ciri-ciri yang terdapat pada obyek yang sesuai dengan rasa senang itu.
Keindahan berasal dari kata dasar “indah”, yang dapat diartikan bagus, cantik, molek, elok, dan permai, yaitu sifat yang menyenangkan, menggembirakan, menarik perhatian, dan tidak membosankan yang melekat pada suatu obyek (Muhammad, 2008).
Kata indah senantiasa dilekatkan dengan hal-hal yang terkait dengan objek yang dilihat oleh indera ini: lukisan indah, pemandangan indah, bunga yang indah dan lain-lain.
Ken-Ichi Sasaki dalam artikelnya “For Whom is City Design: Tactility versus Visuality” (Ken-ichi Sasaki dalam Usman, 2022) membedakan dua konsep keindahan. Yang pertama adalah teori-teori yang datang dari Barat yang didasari oleh referensi visualitas, atau keindahan yang dilihat oleh mata. Di antaranya adalah teori townscape yang mana banyak diikuti oleh para perancang kota sebagai dasar teoritis untuk menciptakan estetika kota. Kata tersebut sejajar dengan kata landscape (diindonesiakan menjadi ‘lansekap’), cloudscape, waterscape dan lain-lain yang kurang lebih berarti ‘yang dapat dipandang dengan meluas’. Morfem scape di Bahasa Inggris berhubungan dengan morfem scope seperti microscope, telescope, cinema-scope, kaleidoscope dan lain-lain. Dari konstelasi kata-kata ini bisa dikatakan bahwa towscape dan landscape termasuk dalam kelompok kata-kata yang terkait dengan rupa (visual). Kata landscape mempunyai kesamaan asal dengan Bahasa Jerman Landschaft. Namun akhiran –schaft dalam Bahasa Jerman sama dengan akhiran –ship yang dalam Bahasa Inggris dimana keduanya tidak ada kaitannya sama sekali dengan visualitas. Dari sini “Sasaki” memunculkan pengertian kedua tentang keindahan.
Sasaki mengusulkan adanya taktilitas (tactility) sebagai salah satu cara untuk mencapai estetika, sebagai pengertian yang kedua. Taktilitas adalah perasaan ternaungi dan terlindungi yang hanya dapat dirasakan oleh segenap raga dan indera (bukan hanya dengan mata). Dengan mendeskripsikan Tokyo ia mengungkapkan idenya. Tokyo adalah kota dengan gunung Fuji sebagai latar belakangnya. Ia mendapati bahwa dengan adanya gunung Fuji ini, penghuni kota merasakan adanya ‘sesuatu yang menaungi’. Fuji menjadi sosok yang kadang-kadang ada kadang-kadang hilang namun seakan-akan melindungi dan melingkungi di paras kontak antar manusia. Area dikenali dengan cara bagaimana Gunung Fuji terlihat. Contohnya Fujimi-cho’ (tempat di mana orang bisa melihat Gunung Fuji), Fujimi-dai (ketinggian dimana orang bisa melihat Gunung Fuji) ataupun Fujimi-zaka (lereng di mana orang bisa melihat Gunung Fuji). Para pejalan kaki dan pengendara sepeda adalah yang paling merasakan adanya taktilitas ini karena merekalah yang paling intens mengalami kemunculan dan menghilangnya Gunung Fuji dari pandangan.
Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa senang. Manusia memiliki sensibilitas esthetis (perasaan keindahan), karena itu manusia tak dapat dipisahkan dari keindahan. Manusia membutuhkan keindahan dalam kesempurnaan (keutuhan) pribadinya.
Rasa keindahan (sense of beauty) adalah rasa yang diterima oleh hati nurani sebagai hal yang menyenangkan, menggembirakan, menarik perhatian, dan tidak membosankan. Jadi, sesuatu itu dikatakan memiliki rasa keindahan apabila memenuhi sifat kualitas berikut ini : (a) menyenangkan (happy); (b) menggembirakan (cheerful); (c) menarik perhatian (attractive); dan (d) tidak membosankan (unboring) (Abdulkarim Muhammad, 2008).
Secara teknis keindahan sebagai hasil karya budaya dan seni manusia misal, dapat dirasakan atau diterima dengan baik antara lain dengan mengenal tiga karakteristik wujud ciptaan, yaitu : integritas, harmoni, dan individuasi. Integritas merupakan ketunggalan atau kesatuan yang padu dari semua unsur dan bagian-bagiannya, yang masing-masing berfungsi membangun wujudnya. Harmoni atau keselarasan dan keserasian adalah proporsi dan hubungan atau pertalian yang tepat dari bagian-bagian. Sedangkan individuasi adalah suatu keunikan tertentu, yang berarti bahwa keindahan tak dapat dipertukar-tukarkan dengan keindahan ciptaan lainnya.
Sifat keindahan (nature of beauty), antara lain : pertama, keindahan itu kebaikan (goodness), artinya setiap sesuatu yang indah pasti menyenangkan, menggembirakan, menarik perhatian, dan tidak membosankan; kedua, keindahan itu keaslian (originality), artinya objek itu asli, bukan tiruan; ketiga, keindahan itu keabadian (durability), artinya tidak pernah dilupakan, tidak pernah hilang, atau susut; keempat, keindahan itu kewajaran (properliness), artinya tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan, menurut apa adanya; kelima, keindahan itu kenikmatan (pleasure), artinya kesenangan yang memberi kepuasaan; keenam, keindahan itu kebiasan (habit), artinya dilakukan berulang-ulang; dan ketujuh, keindahan itu relatif (relative), artinya terikat dengan selera perseorangan, waktu, dan tempat.

Fungsi Tanaman
Fungsi taman kota cukup kompleks karena berusaha menciptakan suatu space yang manusiawi bagi penduduk kota.
Adapun fungsi dari taman kota sebagai berikut. Pertama, fungsi sosial. Fungsi sosial dari taman kota antara lain :sebagai tempat melakukan aktifitas bersama; sebagai tempat komunikasi sosial; sebagai tempat peralihan dan menunggu; sebagai tempat bermain dan olah raga; sebagai sarana olah raga dan rekreasi; sarana penghubung antara tempat satu dengan tempat lainnya; pembatas diantara massa bangunan; sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan hidup; sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan.
Kedua, fungsi ekologis. Fungsi ekologis dari taman kota antara lain: penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro; penyerap air hujan; pengendalian banjir dan pengaturan tata air; memelihar ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuftah; pelembut arsitektur bangunan.
Tanaman adalah merupakan faktor utama dari elemen lunak di samping unsur lain seperti air misalnya. Tanaman tidak hanya mengandung nilai estetis saja, tetapi juga berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan.
Fungsi-fungsi tanaman menurut Eko Budihardjo dan Djoko Sujarto (1999) yaitu : (1) kontrol pandangan (visual control); (2) pembatas fisik (physical barriers); (3) pengendali iklim (climate control); (4) pencegah erosi (erosion control); (5) habitat binatang (wildlife habitats); dan (6) nilai estatis (aesthetic values).
Ketiga, kontrol pandangan. Sebagai kontrol pandangan atau visual control, tanaman dapat berfungsi untuk : pertama, menahan silau dari pantulan sinar di jalan raya maupun bangunan. Kedua, sebagai ruang luar, tanaman dapat dipakai sebagai dinding, atap dan lantai. Dinding dapat dibentuk oleh pembatas. Atap dibentuk oleh pohon yang membentuk konopi atau tanaman merabat pada pergola. Sebagai lantai dapat diperguna rumput. Ketiga, sebagai pembentuk privacy, tanaman dapat digunakan untuk membentuk kesan privacy yang dibutuhkan oleh manusia. Keempat, pembatas hijau (green screen), tanaman digunakan sebagai penghalang pandangan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk dilihat seperti sampah, galian pembangunan dan sebagainya.
Keempat, pembatas fisik. Tanaman dipakai sebagai penghalang gerak manusia dan hewan, selain itu juga dapat berfungsi untuk mengarahkan.
Kelima, pengendali iklim. Tanaman berfungsi sebagai pengendalian iklim untuk kenyamanan manusia. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suhu, radiasi matahari, angin dan kelembaban. Selain itu hal yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suara dan baru.
Keenam, pencegah erosi. Tanaman digunakan untuk menahan efek negatif terhadap kondisi tanah baik oleh pembuatan bangunan, konstruksi, pengolahan tanah dan sebagainya.
Keenam, habitat binatang. Tanaman sebagai sumber makanan bagi hewan dan sebagai tempat perlindungannya.
Ketujuh, nilai estetis. Tanaman dapat memberikan nilai estetis dan menambah kualitas lingkungan disebabkan oleh sesuatu yang terkandung di dalamnya seperti warna, bentuk, tekstur dan skala.
Peranan taman kota secara ekologis menurut Suharto (1994) sebagai berikut. Pertama, sarana kesehatan (higienis). Taman kota sangat berguna sekali karena unsur utama taman adalah tanaman, yang dalam proses fotosintesis akan mengeluarkan O2, O2 dipergunakan oleh makhuk hidup dengan bantuan sinar matahari. Dengan bantuan sinar matahari ini, taman akan menyerap CO2 yang dihasilkan manusia dalam pernafasan, dan tanaman menghasilkan O2 dari proses fotosintesis yang kemudian dihirup oleh manusia melalui pernafasan.
Kedua, pengaturan iklim (klimatologis). Taman dapat melindungi manusia dari panas matahari dan tekanan suhu panas serta peneduh. Taman mampu menyerap panas dari atmosfer yang dekat dengan permukaan tanah disekitar tanaman, sehingga daerah disekitarnya menjadi nyaman. Penghijauan memperkecil amplitudo variasi yang lebih besar dari kondisi udara panas ke kondisi udara sejuk.
Ketiga, perlindungan (protektif). Taman dapat melindungi manusia dari angin kencang, panas sinar matahari, serta mempunyai sifat melindungi dari asap-asap kendaraan dan gas-gas dari buangan industri dan gas beracun mengambang di udara, melalui proses kimiawi zat hijau daun dapat mengubah CO2 menjadi O2 juga gas-gas lainnya seperti zat lemas (N) dan (S). Dengan begitu penghijauan mampu menyerap polusi udara di kota.
Keempat, pengaturan persediaan air tanah (hidrologis). Taman pada pertamanan kota bermanfaat untuk menyimpan air hujan yang jatuh ke tanah melalui pori-pori tanah, sehingga pada musim kemarau dapat berfungsi atau bermanfaat. Sedangkan pada musim penghujan kemampuan tanah dapat menyimpan air tanah mengurangi adanya bahaya banjir. Air dalam proses fotosintesis sangat penting, air mengangkut bahan makanan keseluruh organ tanaman, air dalam daun akan menjaga tegangan sel daun bertahan tegar (AS.Sudarmono, 1997).
Kelima, pencegah erosi (orlogis). Semakin besar curah hujan yang terjadi pada suatu daerah dataran, semakin besar pula banjir yang diterima didaerah tersebut (Subarkah, 1980:3-1). Namun oleh adanya taman atau ruang terbuka hijau, sebagi resapan air guna menjaga keseimbangan tata air dalam tanah, mengurangi aliran air permukaan, menangkap dan menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah agar kesuburan tanah tetap terjamin (Rustam Hakim, 2003).
Penghijauan atau penyebaran taman yang merata akan dapat mennggulangi banjir. Seperti pada banjir kiriman karena limpahan air hujan dari dataran tinggi ke dataran yang lebih rendah, volume air bertambah menyebabkan saluran tidak mampu menampung volume air tersebut, lalu banjir genangan yang merupakan hujan lokal pada daerah karena air hujan melebihi kapasitas saluran-saluran hingga melimpah ke permukaan, dan banjir air pasang yang disebabkan naiknya permukaan air laut yang melebihi muka air saluran atau sungai, sehingga kali yang bermuara di pantai terjadi peristiwa back water. Air kali yang masuk kali melebihi kapasitas saluran, maka limpahan air dari saluran mangakibatkan terjadinya genangan (Berdasarkan riset Yakub dan Abdullah, 1999). Akar-akar tanaman dapat mengikat butir-butir tanah sehingga tidak mudah dibawa air. Daun tanaman dapat menahan atau memperlambat jatuhnya air hujan yang deras, lalu menyerap ke tanah tanpa menimbulkan erosi, karena tanah tertutup oleh tanaman yang dapat mencegah erosi. Bahkan semua jenis rumput, semak-semak, pepohonan mampu menampung air genangan tanpa menimbulkan kelongsoran tanah. Tanpa tanaman, semak-semak, dan pepohonan berakar diatas tanah akan mudah mengakibatkan erosi.
Keenam, penyeimbang alam (edhapis). Tanaman dapat memberikan lingkungan hidup bagi makhluk. Akar tanaman menerobos tanah, menggemburkan tanah, dan memberikan lingkungan hidup bagi mikroorganisme. Ini menyuburkan tanah dan tanaman, hal ini disebut simbiosis. Tanaman juga memberikan kehidupan lain diatas tanah, sebagai tempat hidup satwa. Pohon peneduh di taman kota, di tepi jalan sebagai tempat hidup satwa burung atau unggas dan serangga berkembang mambantu keseimbangan alam.
Ketujuh, keindahan (estetika). Taman-taman diperkotaan dengan warna yang alami serta tekstur yang bermacam-macam dan perencanaan yang teratur akan menampakkan keindahan. Kelebihan ini menjadikan tanaman sebagai salah satu elemen yang dapat menunjang keindahan lingkungan.
Kedelapan, kejiwaan (psikis). Taman kota dapat membawa dan memberikan suasana sejuk dan tentram, serta damai bagi jiwa manusia. Hal ini dapat mengurangi gangguan syaraf dan kejiwaan manusia, sehingga dengan adanya taman tersebut dapat mengalihkan perhatian kita dari suasana tegang serta pengaruh kejiwaan kita menjadi tenang, karena adanya sirkulasi udara dalam kota.
Kesembilan, pendidikan (edukatif). Taman dapat menjadi media untuk pendidikan pengetahuan alam, sarana penelitian, pendidikan, dan membentuk kesadaran lingkungan (Rustam Hakim, 2003).
Kesepuluh, pencipta lingkungan hidup (ekologi). Taman merupakan pengikat yang menyatukan manusia dengan kondisi alam lingkungannya, sehingga antara manusia dengan taman seakan-akan saling membutuhkan dalam kehidupan lingkungannya.
Kesebelas, sosial-ekonomi. Taman kota mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia, karena merupakan tempat rekreasi warga. Di samping itu taman kota dapat dikembangkan dengan tanaman-tanaman produktif, sehingga dapat membantu menambah pendapatan dan peningkatan taraf hidup rakyat.

Demam Bunga
Disadari atau tidak, masyarakat di berbagai kota dan daerah sedang demam atau keranjingan bunga. Sejumlah tumbuh-tumbuhan liar, seperti pohon asam, beringin, satinggi, bidara, dan pepohonan sejenisnya sedang diburu orang untuk dijadikan tanaman bonsai. Bukti kedemaman lainnya, nyaris semua ragam bunga yang dibawa dari Jawa, diserbu pembeli dan ludes dalam waktu sekejap. Di samping itu, bunga sekarang menjadi sasaran empuk bagi pencuri, karena pemasarannya gampang dan harganya selangit.
Demam bunga adalah fenomena menarik sebab bermanfaat, baik secara estetis maupun sosial. Nilai estetika dari taman diperoleh dari perpaduan antara warna daun, batang, dan bunga; bentuk fisik tanaman, meliputi batang, percabangan, dan tajuk; tekstur tanaman; skala tanaman dan komposisi tanaman. Nilai estetis tanaman juga dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan elemen lanksecap lainnya (Rustam Hakim, 2003).
Warna batang, daun dan bunga dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual, demikian pula refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut. Warna daun dan bunga dari tanaman dapat menarik perhatian manusia dan memengaruhi emosi orang yang melihatnya. Efek psikologis yang ditimbulkan dari warna tersebut, yakni warna cerah memberikan rasa senang, gembira dan hangat. Sedangkan warna lembut memberikan kesan tenang dan sejuk. Apabila beberapa jenis tanaman dengan berbagai warna dipadukan dan dikomposisikan akan menimbulkan nilai estetika.
Bentuk tanaman dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan bentuk dua atau tiga dimensi, memberi kesan dinamis, indah, memperlebar, atau memperluas pandangan, ataupun sebagai aksentuasi dalam suatu ruang.
Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh batang/percabangannya, massa daun, serta jarak penglihatan terhadap tanaman tersebut. Tekstur tanaman juga memengaruhi secara psikis dan fisik bagi yang memandangnya. Skala atau proporsi tanaman adalah perbandingan besaran tanaman dengan tanaman lain atau perbandingan antara tanaman dengan lingkungan sekitarnya.
Peletakan tanaman sebenarnya dapat menimbulkan nilai estetika. Menurut Rustam Hakim (2003) peletakan tanaman haruslah disesuaikan dengan tujuan dari perancangannya tanpa melupakan fungsi tanaman yang dipilih. Pada peletakan ini harus pula dipertimbangkan kesatuan dan desain atau unity, yaitu variasi (variety), penekanan (accent), keseimbangan (balance), kesederhanaan (simplicity), dan urutan (sequence).
Di samping fungsi estetika, taman kota memiliki fungsi lain. Menurut Rustam Hakim (2003) taman kota sebagai ruang terbuka mempunyai beberapa fungsi sosial, antara lain meliputi : tempat bermain dan olahraga; tempat bermain dan sarana olahraga; tempat komunikasi sosial; tempat peralihan dan menunggu; tempat untuk mendapatkan udara segar; sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat yang lain; pembatas di antara massa bangunan; sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan; dan sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan.
Dari banyak fungsi taman kota tersebut, terdapat fungsi yang terfokus pada fungsi sosial, khususnya taman kota sebagai tempat bermain dan olahraga, tempat bermain dan sarana olahraga, tempat komunikasi sosial, tempat peralihan dan menunggu, tempat untuk mendapatkan udara segar. Fungsi-fungsi ini mengundang kerumunan orang untuk berdatangan sehingga dapat dikatakan taman kota memiliki fungsi sosial.

Taman Kota dan Kesadaran Warga
Untuk dapat mewujudkannya taman kota, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait (stakeholders). Kesadaran warga akan pentingnya penghijauan dan keasrian kota perlu dibangkitkan dan dirangsang agar warga mempunyai sense yang tinggi terhadap lingkungan. Sebab selama ini warga hanya mempercayakan penghijauan kepada pemerintah kota dan LSM yang peduli lingkungan.
Taman kota sebagai bagian dari kota hijau dapat diwujudkan apabila didukung oleh green building infrastructure dan green community atau partisipasi masyarakat. Bagaimana kontribusi dua hal tersebut terhadap konsep kota hijau?
Terdapat beberapa atribut untuk mewujudkan kota hijau. Yang pertama adalah perencanaan dan perancangan kota (green planning and design), yang bertujuan meningkatkan kualitas rencana tata ruang dan rancang kota yang lebih sensitif terhadap agenda hijau, upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Kemudian yang kedua adalah pembangunan ruang terbuka hijau (green open space) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH sesuai dengan karakteristik kota/kabupaten, dengan target RTH 30%. Selanjutnya yang ketiga adalah green community, yaitu pengembangan jaringan kerjasama pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang sehat. Yang keempat adalah pengurangan dan pengolahan limbah dan sampah (green waste), dengan menerapkan zero waste. Yang kelima adalah pengembangan sistem transportasi berkelanjutan (green transportation) yang mendorong warga untuk menggunakan transportasi publik ramah lingkungan, serta berjalan kaki dan bersepeda dalam jarak pendek. Yang keenam adalah peningkatan kualitas air (green water) dengan menerapkan konsep ekodrainase dan zero runoff. Lalu yang ketujuh adalah green energy, yaitu pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan. Dan yang terakhir atau kedelapan, adalah green building, yaitu penerapan bangunan hijau yang hemat energi (Ernawi, 2012).
Green waste, green transportation, green water, green energy, dan green building merupakan atribut yang sering kita sebut sebagai green insfrastructure. Keseluruhan atribut kota hijau tersebut tidak berdiri sendiri, namun merupakan satu kesatuan yang integral, termasuk dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi lokal sebagai dampak ikutan dari perwujudan masing-masing atribut.
Ketika kota menjadi hijau, maka berbagai manfaat dan keuntungan dapat kita nikmati bersama seperti setiap hari kita menghirup udara bersih, suhu udara sejuk, bertambahnya titik-titik penyerapan air hujan yang dapat mengurangi terjadinya banjir, kicauan burung yang merdu dan lain-lain.
Semoga !!!

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|