Membeli Keringat Guru

1 month ago 31

Oleh : Ahmad Usman
Dosen Universitas Mbojo Bima

Inipasti.com, Menggugah dan menarik kisah diskusi guru dengan murid, judulnya “Membeli Keringat Guru”. Entah siapa penulis aslinya. Penulis mendapatkan sejumlah penulis yang mengatasnamakan atas tulisan tersebut. Ada Basori Noers (2020), Nanonanomilkyboo (2020), Sonia Nurita (2020), Guru Ataya (2020), Aris Heru Utomo (2021), Humor Sufi (2023), Nusanews.co (2023), Defantri (2023), dan lain-lain. Penulis tidak perlu mencari tahu penulis aslinya, tapi yang jelas dan pasti, kisah dalam tulisan ini menarik diangkat kembali.
Dalam sebuah diskusi, seorang murid bertanya kepada gurunya.
Murid : “Jika memang benar para guru adalah orang-orang yang pintar, mengapa bukan para guru yang menjadi pemimpin dunia, pengusaha sukses, dan orang-orang kaya raya itu?”
Gurunya tersenyum, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia masuk ke ruangannya, dan keluar kembali dengan membawa sebuah timbangan. Ia meletakkan timbangan tersebut di atas meja, dan berkata : “Anakku, ini adalah sebuah timbangan, yang biasa digunakan untuk mengukur berat emas dengan kapasitas hingga 5000 gram.”
“Berapa harga emas seberat itu?”
Murid mengernyitkan keningnya, menghitung dengan kalkulator dan kemudian ia menjawab,
“Jika harga satu gram emas adalah 800 ribu rupiah, maka 5000 gram akan setara dengan 4 milyar rupiah.”
Guru : “Baiklah anakku, sekarang coba bayangkan seandainya ada seseorang yang datang kepadamu membawa timbangan ini dan ingin menjualnya seharga emas 5000 gram, adakah yang bersedia membelinya?”
Murid berkata : “Timbangan emas tidak lebih berharga dari emasnya, saya bisa mendapatkan timbangan tersebut dengan harga di bawah dua juta rupiah, mengapa harus membayar sampai 4 milyar?”
Guru menjawab : “Nah, anakku, kini kau sudah mendapatkan pelajaran, bahwa kalian para murid, adalah seperti emas, dan kami adalah timbangan akan bobot prestasimu, kalianlah yang seharusnya menjadi perhiasan dunia ini, dan biarkan kami tetap menjadi timbangan yang akurat dan presisi untuk mengukur kadar kemajuanmu.”
Guru berkata lagi, “Satu lagi pertanyaanku. Jika ada seseorang datang kepadamu membawa sebongkah berlian ditangan kanannya dan seember keringat ditangan kirinya, kemudian ia berkata : “Ditangan kiriku ada keringat yang telah aku keluarkan untuk menemukan sebongkah berlian yang ada ditangan kananku ini, tanpa keringat ini tidak akan ada berlian, maka belilah keringat ini dengan harga yang sama dengan harga berlian.”
“Apakah ada yang mau membeli keringatnya?”
“Tentu tidak”, ujar guru lagi.
“Orang hanya akan membeli berliannya dan mengabaikan keringatnya. Biarlah kami, para guru, menjadi keringat itu, dan kalianlah yang menjadi berliannya.”
Sang murid menangis, ia memeluk gurunya dan berkata : “Wahai guru, betapa mulia hati kalian, dan betapa ikhlasnya kalian, terima kasih guru. Kami tidak akan bisa melupakan kalian, karena dalam setiap kemajuan kami, setiap kilau berlian kami, ada tetes keringatmu…”
Guru berkata : “Biarlah keringat itu menguap, mengangkasa menuju alam hakiki di sisi Ilahi Rabbi, karena hakikat akhirat lebih mulia dari segala pernak-pernik di dunia ini.”

Guru Berhati Emas
Artikel “membeli keringat guru”, penulis juga mengupas materi “guru berhati emas” dan “guru magnet”.

Guru magnet lazimnya berhati emas. Suatu keniscayaan bahwa murid emas akan lahir dari guru-guru berhati emas. Demikian halnya, mahasiswa calon guru yang berkualitas (emas) lahir dari dosen berhati emas (Humaidin, 2020).
Sultoni dalam artikelnya “Mendidik dengan Hati” menuturkan: mendidik dengan hati adalah cara luar biasa seorang guru untuk membantu siswa menjadi manusia yang luar biasa. Semua ucapan, perilaku dan kata batin guru senantiasa lahir dari kemurnian dan kesucian hati mereka yang terbimbing oleh Cahaya Allah. Membuka tabir cahaya hati, mengaktifkan cahaya hati dan memfungsikannya, bukan sekadar sebagai pajangan, hiasan penyempurna fisik semata. Perlunya memadukan dengan potensi rasio dan emosional (Usman, 2021).
Supaya pendidikan bisa melahirkan generasi emas, maka guru harus memiliki hati emas. Musa Ismail dan Isnawati (20192), membagi guru berhati emas ini ke dalam lima bagian, yakni hati emas pertama, menanamkan kejujuran; hati emas kedua, senantiasa kreatif dan inovatif; hati emas ketiga, menyemai kesabaran; hati emas keempat, menunjukkan keteladanan; dan hati emas kelima, memposisikan siswa sebagai manusia.
Hati emas pertama, menanamkan kejujuran. Apapun alasannya, pendidikan mesti dibangun dengan suatu kejujuran. Rekayasa, pengelabuan, laporan fiktif, dan sikap setengah hati yang masih mendera para sebagian guru/elemen satuan pendidikan akan membentuk karakter emas sepuhan. Hati emas kedua, senantiasa kreatif dan inovatif. Wajah pendidikan konvensional bagai manusia renta yang keriput. Sementara itu, generasi baru terlahir dalam bentuk dan kondisi zaman yang modern. Bagaimanapun usaha keras dilakukan, wajah pendidikan konvensional yang usang itu tidak bisa dijadikan bagai pinang dibelah dua dengan perubahan zaman (modernisasi). Kemajuan yang terjadi menuntut jiwa-jiwa kreatif dan inovatif dari para guru. Hati emas ketiga, menyemai kesabaran. Kata Hillel, ’’Orang yang tidak sabar, tidak bisa menjadi guru.’’ Kesabaran yang tak bertepi akan mengangkat derajat keagungan guru. Hati emas keempat, menunjukkan keteladanan. Keteladanan dari guru sangat penting bagi siswa. Berbagai aura karakteristik guru, merupakan sumber belajar bagi siswanya. Hati emas kelima, memposisikan siswa sebagai manusia. Kurang etis dan kurang bijaksana kalau siswa dipaksa memasuki kehendak guru. Lebih arif jika guru menyelami psikis siswa dalam berinteraksi. Simpati dan empati guru terhadap siswa akan memosisikan dirinya menjadi sosok yang memanusiakan manusia. Rasa peduli, kedekatan, keharmonisan, kerjasama, persahabatan, dan norma-norma kehidupan bermasyarakat akan tertanam dengan cara memposisikan siswa sebagai manusia.
Guru itu berkewajiban mengubah anak dari belum sadar menjadi sadar, dari brutal ke santun, dari penakut ke pemberani, dari kebohongan ke kejujuran, dan dari kegelapan ke pencerahan bagi anak. Dari sisi pengajaran, guru senantiasa mengajak anak ke arah kecerdasan, yakni mengubah pikiran buntu anak ke pikiran jernih, dari bodoh ke pandai, dari tidak mampu ke kemampuan, begitulah seterusnya. Jadi, tidaklah mungkin guru itu jauh dari hati emas atau mulia. Kalau memang semua guru berhati emas dan mulia, bagaimana seharusnya guru dapat bertindak di atas keemasan atau kemuliaan?
Sebuah profesi yang disejajarkan dengan perang adalah menuntut dan mengajarkan ilmu. Tinta para ulama akan ditimbang dengan darah syuhada’, merupakan penegasan Rasulullah SAW tentang pentingnya seorang guru. Eksistensi seorang guru bagai “pelita dalam kegelapan”.
Untuk menjadi seorang guru yang berkarakter emas, seorang guru haruslah disiplin. Kedisiplinan itu harus ditempah sejak masih dalam proses pembelajaran sebagai seorang guru yakni saat masih berstatus mahasiswa.
Guru adalah seniman sejati, seniman yang mengapresiasikan karyanya bukan hanya untuk kepuasan pribadinya namun juga untuk kepuasan dan keberhasilan anak didiknya. Seniman sejati adalah yang hasil kerjanya terukur kualitasnya. Seniman sejati adalah yang melakukan tugasnya dengan hati.
Guru Magnet dan Mind Power Guru
Guru magnet tidak hanya mengajar dengan hati bagai seniman sejati sebagaimana dipaparkan di atas, akan tetapi juga guru harus memiliki mind power.
Menarik kata-kata inspirasi para bijak bahwa “pikiran yang indah dan emosi yang positif adalah bahan untuk mewujudkan keajaiban” dan salah upaya mewujudkan pikiran yang indah yakni melalui mind power (kekuatan pikiran).
Mind power (dihitung dan tak terhitung, mindpowers jamak) dapat diterjemahkan sebagai kekuatan mental; setiap kekuatan pikiran, seperti berpikir lateral atau kemampuan psikis. Mind power atau kekuatan pikiran adalah sesuatu yang dapat kita aktifkan walaupun tidak setiap orang menyadari dan mengaktifkan kekuatan pikirannya secara sadar (Cucunguq, 2013).
Mind power adalah ilmu yang mengajarkan tentang pikiran manusia dan bagaimana memberdayakannya. Menarik komentar Rhonda Byrne dalam menulis buku The Secret yang mengantarkannya jadi salah satu perempuan berpengaruh di dunia saat ini. Dia menulis apa yang disebut hukum tarik-menarik atau Law of Attraction (LoA). Inti dari hukum tarik menarik ini adalah “Like attract like”, artinya sesuatu akan menarik sesuatu yang mirip dengannya. Jadi saat kita memikirkan sesuatu, berarti kita sedang menarik sesuatu tersebut kearah kita. Menurut Byrne hukum tarik-menarik ini sebenarnya sudah diketahui dan dipraktekkan banyak orang besar di muka bumi, seperti Albert Einstein, Plato, William Shakespeare, Abraham Lincoln dan masih banyak lagi. Bahwa apa yang kita inginkan pasti akan kita miliki jika kita meyakini bahwa kita akan memilikinya.
Kita hanya perlu memfokuskan pikiran pada apa yang sebenarnya kita inginkan dengan penuh keyakinan bahwa kita akan menerimanya. Sama seperti yang disampaikan Paulo Coelho dalam buku The Alchemist. “jika seseorang meyakini seluruh mimpi-mimpinya, maka seluruh alam semesta akan membantunya mewujudkan seluruh mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan. Sama seperti yang disampaikan Dr. Joe Vitale, salah satu kontributor The Secret bilang, “Alam semesta akan mulai mengatur dirinya, untuk membuat apapun yang terpikirkan olehmu, mulai termanifestasikan bagi dirimu”. Contohnya saat kita mulai terpengaruh berita criminal di TV lalu menjadi parno dan mulai berpikir macam-macam itu artinya kita sednag menarik alam semesta untuk menghadirkan penjahat mendekati kita. Ini juga berlaku bagi yang mempunyai phobia tertentu. Salah satu pemikiran si pemilik phobia adalah bagaimana menghindari apa yang ditakutinya. Makin dipikirkan, maka dia akan makin berhadapan dengan apa yang ditakutinya. Jadi segera buang segala ketakutan dan keraguan yang dapat menghambat kesuksesan kita. Jangan malah memikirkan kebalikan apa yang kita inginkan (Usman, 2020).
Dewasa ini, saatnya guru sudah tidak perlu mengandalkan man power tetapi mind power. Dengan mind power, ‘dominasi’ guru akan tetap terjaga. Alasan logis disertai data akurat akan memuaskan logika siswa. Perlu penjelasan terstruktur dan pendekatan manusiawi agar cap guru killer tidak melekat pada setiap guru. Sebaliknya akan banyak bermunculan gelar guru gaul, guru baik, dan guru pintar. Mind power ini tidak bisa sim salabim begitu saja. Perlu perjuangan serius dan kemauan kuat untuk mewujudkannya. Guru harus visioner. Bisa memprediksi apa kira-kira yang akan terjadi sepuluh tahun mendatang. Bisa membayangkan kondisi masyarakat, ketika sang anak didiknya sudah menjadi alumni.
Sebagai ilustrasi saja, dalam bukunya yang berjudul Self Healing, Louis Proto (Usman, 2021) menjelaskan bahwa kekuatan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh kita pada akhirnya dipengaruhi oleh apa yang kita pikirkan, kita rasakan, kita katakan dan kita lakukan.
Akhir-akhir ini banyak sekali metode atau cara yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan pikiran. Dan salah satu cara terbaru dan terbaik adalah dengan quantum mind power systems. Quantum mind power system adalah sebuah sistem atau struktur cara yang didasarkan pada pemahaman tentang penggunaan gelombang otak untuk mempengaruhi emosi seseorang. Caranya yaitu dengan menstimulasi gelombang otak agar berada pada kondisi pikiran yang reseptif (kondisi theta), dan kemudian dengan media gelombang musik yang telah diprogram dan disesuaikan frekuensinya, mengirimkan informasi atau pesan yang dapat mempengaruhi sistem limbik (otak emosi) pada otak anda sehingga emosi Anda bisa lebih terkendali. Hal tersebut bisa membantu anda mereduksi kecemasan, phobia, ketakutan, kemarahan dan lain sebagainya, sehingga Anda bisa berfikir tenang dalam membuat keputusan, sehingga kehidupan Anda akan lebih baik.
Beberapa fakta ilmiah mengenai kekuatan pikiran manusia, sebagaimana ditulis oleh Tertius (Usman, 2019), antara lain: pertama, fakta 1. Otak manusia terdiri dari 30 milliar neuron atau syaraf otak yang bekerja dengan dahsyat melebihi kemampuan super komputer apapun di dunia ini. Kedua, fakta 2. Memory otak manusia memiliki kapasitas 30-70 triliun giga melebihi memory super komputer apapun di dunia. Ketiga, fakta 3. Pikiran manusia terhubung dengan alam semesta yang dalam bahasa psikology disebut universal conciousness (pikiran alam semesta) atau dalam bahasa biologi disebut morphogenetic field (medan morfogenetika). Keempat, fakta 4. Pikiran manusia saling berinteraksi setiap saat tanpa disadari. Kelima, fakta 5. Pikiran manusia pada saat tertentu menjelajah di alam semesta.

Menjadi Guru “Magnet”
Dalam buku “Siapa Bilang Jadi Guru Hidupnya Susah” (Ashari, 2007) mengetengahkan tiga kiat untuk menjadi guru yang menarik (magnet versi penulis !), antara lain: pertama, selalu berpenampilan bersih dan rapi. Guru itu ibarat seorang artis. Dia akan menjadi pusat perhatian siswa. Apa yang dipakai guru semua akan diperhatikan siswa. Guru yang berpenampilan bersih dan rapi akan menambah semangat siswa untuk mengikuti pelajarannya. Sebaliknya, siswa menjadi kurang respek jika gurunya berpenampilan acak-acakan. Kedua, selalu bersemangat. Pernah ada cerita seorang guru sebelum memulai mengajar, ia mengatakan kepada siswa, ”Maaf hari ini saya agak kurang enak badan.” Ternyata pengaruhnya sungguh luar biasa. Sebelum guru itu mengatakan kalimat tersebut, wajah para siswa begitu berseri-seri. Akan tetapi setelah kalimat itu meluncur dari mulut guru, tiba-tiba mereka tidak bersemangat. Wajah yang berseri-seri tadi berubah drastis menjadi agak cemberut. Dari cerita ini jelas bahwa guru harus selalu bersemangat dalam mengajar meskipun ia sebenarnya sedang sakit. Untuk menutupi tubuh yang sedang loyo, gunakan frekuensi dan intonasi suara yang teratur. Bisa juga dengan metode pembelajaran yang berbeda untuk menghemat energinya. Ketiga, tidak terlalu sering duduk di kursi. Duduk di kursi adalah kebiasaan guru dalam mengajar. Akan tetapi kebiasaan itu menjadi kurang baik ketika selama pembelajaran berlangsung guru terus-terusan dari awal sampai akhir duduk di kursi. Gunakan kesempatan mengajar dengan adanya gerakan yang bervariasi, terkadang duduk di kursi, berdiri, jalan ke samping atau ke belakang kelas.
Bahasa bijak:“We are what we think” (kita adalah apa yang kita pikirkan). Ada juga ungkapan lain “If you think you can, you can” (Jika kita berpikir kita bisa, maka kita pasti bisa). Ungkapan ini menggambarkan kepada kita bahwa betapa dahsyatnya kekuatan pikiran manusia. Oleh karena itu, sebagaimana manusia yang berakal, sudah sepantasnya kita mengelola dengan baik pikiran kita, karena pikiran itu akan mempengaruhi segala aksi dan tindakan serta perilaku individu (Ikhwani, dkk, 2022).
Semoga !!!

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|