Bebas dari Bayang-Bayang: Jalan Prabowo Menuju Kemerdekaan Politik

2 months ago 63

[TEPIAN HIKMAH] Prabowo Subianto, di awal kekuasaan, tampak terkurung dalam bayang-bayang.  Bukan bayang-bayang musuh, melainkan bayang-bayang pendahulunya, yang kini menjelma menjadi bayang-bayang kekuasaan itu sendiri.  Sebuah bayang-bayang yang, walau tak lagi secara formal berkuasa, masih menjulang, membayangi setiap langkah, setiap kebijakan, setiap keputusan.  Ia adalah bayang-bayang Jokowi, yang—menurut analisis yang beredar—telah membina sebuah sistem politik sandera, sebuah jaringan pengaruh yang halus namun mengikat.

Analogi “wortel dan tongkat,” yang kerap digunakan untuk menggambarkan politik Jokowi, terasa pas.  Beberapa menteri,  yang dulunya mungkin berseberangan, kini menikmati “wortel” kekuasaan, setia pada garis yang telah ditetapkan.  Mereka adalah para “tersandera sukarela,” yang—menurut  fenomena psikologis Stockholm Syndrome—telah menemukan simpati pada sang “penculik.”  Tom Lembong, di sisi lain, menjadi simbol “tongkat,”  peringatan bagi siapapun yang berani melenceng dari skrip yang telah ditulis.

Prabowo, dalam konteks ini, berada dalam posisi yang rumit.  Kabinetnya, yang sarat dengan aroma Jokowi,  menunjukkan sebuah realitas yang sulit diabaikan.  Kebijakan-kebijakan awal pemerintahannya pun, seolah-olah masih menari mengikuti irama yang telah dimainkan pendahulunya.  Pertanyaan yang menggantung di udara:  apakah Prabowo,  dengan segala wibawanya,  benar-benar merdeka dalam mengambil keputusan? Ataukah ia,  tanpa disadari,  telah menjadi bagian dari sandiwara politik yang rumit ini?

Jalan keluar dari belenggu ini bukanlah sebuah revolusi yang dramatis, melainkan sebuah proses yang memerlukan ketegasan, kejernihan, dan keberanian.  Prabowo perlu menunjukkan kepada rakyat, dan kepada dirinya sendiri, bahwa ia adalah pemimpin yang otonom,  pemimpin yang tak terikat oleh bayang-bayang masa lalu.  Langkah pertama adalah  melakukan audit politik yang  transparan dan menyeluruh.  Bukan audit yang sekadar formalitas, tetapi audit yang benar-benar menggali akar masalah,  mengungkap  jalinan kepentingan yang tersembunyi,  dan  menyingkap  potensi konflik kepentingan dalam pemerintahan.

Selanjutnya,  keberanian untuk  mengambil keputusan yang  berani,  meski  berisiko,  menjadi  mutlak.  Menindak tegas  korupsi,  tanpa pandang bulu,  adalah  bagian  dari  proses  pembersihan  ini.  Menghukum para pelaku korupsi,  meski  mereka  adalah  bagian  dari  jaringan  kekuasaan  yang  ada,  akan  menjadi  bukti  nyata  bahwa  Prabowo  sungguh-sungguh  ingin  membebaskan  negeri  ini  dari  belenggu  korupsi.

Terakhir, dan mungkin yang terpenting,  adalah  membangun  narasi  kepemimpinan  yang  baru,  narasi  yang  berbeda  dari  narasi  yang  telah  dibangun  oleh  pendahulunya.  Narasi  yang  menekankan  kedaulatan  rakyat,  keadilan  sosial,  dan  kebaikan  umum.  Narasi  yang  mampu  menginspirasi  dan  menyatukan  rakyat,  bukan  narasi  yang  hanya  berfokus  pada  permainan  kekuasaan.

Jalan menuju kemerdekaan politik bukanlah jalan yang mudah.  Ia memerlukan  pengorbanan,  keberanian, dan  kebijaksanaan.  Tetapi,  bagi  Prabowo,  dan  bagi  Indonesia,  perjuangan  untuk  membebaskan  diri  dari  bayang-bayang  ini  adalah  perjuangan  yang  harus  dilakukan.  Hanya dengan demikian,  Indonesia  dapat  benar-benar  merdeka,  dan  Prabowo  dapat  menorehkan  legasi  kepemimpinan  yang  benar-benar  bermakna.

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|