Fenomena Childfree Gen Z dan Milenial, Bukan FOMO, Ini Faktanya!

1 week ago 11

Fenomena childree Gen Z dan Milenial kembali mencuat usai sejumlah penelitian menunjukkan bahwa topik ini bukan isapan jempol. Bagaimana pertumbuhan “tren” ini sekarang?

Simak ulasan lengkapnya berikut ini!

Summary:

  • Keputusan untuk tidak memiliki anak sering kali didorong oleh pertimbangan finansial, seperti tingginya biaya hidup, pendidikan, dan kesehatan, yang membuat generasi muda memilih untuk mencapai stabilitas finansial terlebih dahulu.
  • Fenomena childfree mencerminkan perubahan dinamika sosial dan ekonomi, di mana generasi muda lebih memprioritaskan karier, minat pribadi, dan kebebasan individu dibandingkan dengan tanggung jawab pengasuhan anak.
  • Kesadaran akan isu lingkungan dan overpopulasi juga menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan untuk tidak memiliki anak, di mana generasi muda lebih peduli terhadap dampak jangka panjang dari populasi yang terus bertambah.

Fenomena Childfree di Indonesia

Fenomena childfree Gen Z dan Milenial kembali dibahas. Hal ini menyusul bukti di lapangan yang didapat dari sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa istilah ini bukan hanya tagar media sosial.

Misal, dalam survei Badan Pusat Statistik Indonesia 2022, didapat fakta bahwa 8 dari 100 wanita produktif yang pernah menikah tidak ingin memiliki anak1.

Di sisi lain, Indonesia dan banyak negara lain mengalami penurunan Total Fertility Rate sejak 1971. Di mana, jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita di tahun 2024 lebih sedikit dibanding mereka yang hidup di tahun 70-an.

Fenomena Childfree Gen Z dan Milenial 01

TFR Indonesia 1970-2020. Sumber: Badan Pusat Statistik

Childfree sendiri merujuk pada individu yang secara sadar dan sukarela mengambil keputusan finansial untuk tidak memiliki anak. Pilihan ini mencerminkan preferensi gaya hidup personal yang mengutamakan kebebasan finansial dan kemandirian.

Berbeda dengan pandangan tradisional yang mengasosiasikan kesuksesan perempuan dengan jumlah keturunan, konsep childfree merepresentasikan sebuah pergeseran paradigma. Individu childfree melakukan ‘investasi’ pada diri sendiri, karier, atau tujuan hidup lainnya.

Definisi ini sejalan dengan temuan para ahli seperti Agrillo dan Nelini, serta Houseknecht yang menekankan aspek kesadaran dan pilihan dalam keputusan untuk tidak memiliki anak.

Fenomena Childfree Gen Z dan Milenial 02

Persentase wanita childfree 2019 – 2022. Sumber: Badan Pusat Statistik

Dalam konteks kekinian, fenomena childfree Gen Z dan Milenial dapat dianggap sebagai sebuah ‘portofolio hidup’ yang dirancang secara strategis, di mana ‘aset’ utama adalah waktu, energi, dan sumber daya finansial yang dialokasikan sesuai dengan preferensi individu2.

[Baca Juga: Sepakat Childfree, Apa yang Harus Dipersiapkan Untuk Masa Depan?]

Tren Childfree Gen Z dan Milenial

Fenomena Childfree Gen Z dan Milenial 03

Jumlah Kelahiran di Indonesia 2013 – 2023. Sumber: Kompasiana

Fenomena childfree Gen Z dan Milenial merupakan refleksi dari perubahan dinamika sosial ekonomi kontemporer. Keputusan untuk tidak memiliki anak ini didorong oleh berbagai faktor kompleks, salah satunya adalah pertimbangan finansial yang semakin krusial.

Peningkatan signifikan dalam biaya hidup, terutama terkait pendidikan dan kesehatan, telah menciptakan tantangan ekonomi yang signifikan bagi generasi muda.

Dalam konteks ini, pilihan childfree dipandang sebagai strategi untuk mencapai stabilitas finansial yang lebih optimal.

Dengan tidak memiliki tanggungan anak, individu dapat mengalokasikan sumber daya finansial secara lebih efisien untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang, seperti investasi, pensiun, atau pengembangan karier3.

[Baca Juga: 10 Cara Hindari Masalah Keuangan Keluarga Muda, Terapkan Yuk!]

Hal ini sejalan dengan pernyataan Rita Pranawati, mantan Wakil KPAI, yang menyoroti kendala finansial sebagai faktor utama di balik fenomena childfree Gen Z dan Milenial.

Ia mengemukakan bahwa banyak pasangan muda merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup lebih dari dua orang dalam kondisi ekonomi saat ini.

Selain faktor ekonomi, terdapat pula dorongan untuk mengejar otonomi individu yang semakin kuat di kalangan generasi muda.

Mereka cenderung memprioritaskan kebebasan untuk mengeksplorasi minat, hobi, dan karier tanpa terikat oleh tanggung jawab pengasuhan anak. Selain itu, kesadaran akan isu lingkungan dan overpopulasi juga turut mempengaruhi keputusan untuk tidak memiliki anak.

#1 Pandangan Gen Z dan  Milenial Terhadap Pernikahan

Laporan “Indonesia Millennial and Gen Z Report 2025” yang dirilis oleh IDN Research Institute mengungkap bahwa Generasi Z memiliki sejumlah alasan kuat untuk menunda pernikahan atau memilih gaya hidup tanpa anak.

Salah satu faktor utama adalah prioritas mereka untuk membangun stabilitas finansial sebelum memasuki tahap kehidupan keluarga.

Generasi Z, dengan mentalitas kewirausahaan yang kuat, memanfaatkan platform digital, merangkul pekerjaan lepas, dan mengeksplorasi berbagai jalur karier untuk mencapai kemandirian finansial.

Data menunjukkan bahwa 51% responden Generasi Z memprioritaskan karier mereka, sementara 47% memilih untuk menjalani hidup bebas demi mengejar ambisi pribadi.

Dibandingkan dengan Generasi Milenial yang juga menghadapi tekanan ekonomi, Generasi Z lebih menekankan pada karier dan kebebasan pribadi.

Hal ini mengindikasikan kecenderungan yang lebih kuat untuk menunda tonggak kehidupan tradisional seperti pernikahan dan memiliki anak hingga mereka merasa cukup stabil secara finansial4.

Fakta yang dijabarkan IDN Research Media diaminkan oleh penelitian “Makna Pernikahan pada Generasi Milenial yang Menunda Pernikahan dan Memutuskan untuk Tidak Menikah” yang dilakukan Wiwin Hendriani dari Universitas Airlangga. Dalam publikasi ini, 22 dari 60 responden menyatakan tidak akan menikah.

Analisis lebih lanjut terhadap kelompok yang memilih untuk tidak menikah mengungkap sejumlah alasan mendasar.

Mereka memandang pernikahan sebagai sebuah keputusan finansial dan emosional yang kompleks, menuntut kesiapan yang matang baik dari segi stabilitas finansial maupun kesiapan psikologis untuk berkomitmen jangka panjang.

Selain itu, mereka juga menyadari beban tanggung jawab yang menyertai pernikahan, termasuk pengelolaan keuangan bersama dan pemenuhan kebutuhan keluarga.

Dari perspektif interaksi simbolik, pandangan-pandangan tersebut telah membentuk suatu konstruksi sosial baru tentang pernikahan di kalangan generasi milenial.

Mereka cenderung melihat pernikahan sebagai sebuah pilihan hidup yang bersifat opsional, bukan lagi suatu keharusan sosial.

Faktor-faktor seperti keraguan terhadap keberlangsungan pernikahan, tekanan sosial, dan keinginan untuk mengejar tujuan pribadi lainnya juga turut mempengaruhi keputusan mereka5.

Fenomena Childfree Gen Z dan Milenial 04

Ilustrasi Childfree. Sumber: Siloam Hospital

#2 Alasan Memilih Childfree atau Menunda Pernikahan

Penelitian IDN Research Institute menyoroti bagaimana fenomena childfree Gen Z dan Milenial bukan hanya tren semata. Hal ini diperkuat sejumlah alasan manusiawi yang melatarbelakangi gerakan ini.

Fenomena childfree Gen Z dan Millenial menunjukkan pergeseran signifikan dalam pendekatan terhadap pernikahan dan kehidupan keluarga.

Kenaikan tajam angka perceraian sebesar 62% mengindikasikan meningkatnya kesulitan dalam mempertahankan stabilitas pernikahan, kemungkinan disebabkan oleh tekanan finansial, perubahan norma sosial, atau ketidakpuasan dalam hubungan.

Generasi Z cenderung menunda pernikahan, dengan 38% memilih untuk memprioritaskan tujuan pribadi seperti karier dan pengembangan diri sebelum mengambil komitmen jangka panjang.

Selain itu, 24% dari generasi ini memilih untuk tidak memiliki anak, menjauhi ekspektasi keluarga tradisional demi kebebasan pribadi atau kekhawatiran terhadap tanggung jawab finansial dan lingkungan dalam membesarkan anak.

Sementara itu, Millenial lebih cenderung membatasi jumlah anak, dengan 47% memilih untuk melakukan hal tersebut.

Tren ini sebagian besar didorong oleh faktor ekonomi, dengan 68% dari Millenial mengutip ketidakstabilan finansial sebagai alasan utama menunda pernikahan atau memutuskan untuk memiliki lebih sedikit anak.

Pertimbangan kesehatan juga berperan signifikan, mempengaruhi 36% dari Millenial dalam keputusan perencanaan keluarga mereka.

Tren-tren ini menyoroti pergeseran prioritas yang signifikan, di mana Generasi Z lebih fokus pada karier dan kemandirian, sementara Millennial lebih peduli pada stabilitas finansial dan kesehatan.

Pada akhirnya, orang-orang yang ingin hidup dengan “gaya lama”, perlu menyiapkan banyak hal–terutama dalam aspek keuangan.

Namun, untuk mewujudkan gaya hidup ideal tersebut, perencanaan keuangan yang matang menjadi prasyarat mutlak. Dalam konteks keluarga, perencanaan keuangan keluarga berperan sebagai fondasi yang kokoh dalam mencapai kesejahteraan finansial.

Mulai dari tahap awal membangun rumah tangga, pasangan perlu menyusun anggaran yang detail, mengalokasikan dana untuk kebutuhan darurat, serta merancang strategi investasi jangka panjang.

Dengan demikian, keluarga dapat mencapai ketahanan finansial yang memungkinkan mereka hidup dengan nyaman dan dapat memenuhi kebutuhan hidup, termasuk pendidikan anak dan persiapan masa pensiun6.

Segera lakukan perencanaan keuangan Anda dengan konsultasi bersama Perencana Keuangan Finansialku. Para ahli akan membantu Anda merencanakan strategi yang tepat sesuai kondisi keuangan Anda. Hubungi dan buat janji konsultasi melalui WhatsApp 0851 5866 2940.

Klik banner untuk info lengkapnya.

promo konsultasi keuangan

Pentingnya Perencanaan Keuangan Keluarga

Berikut adalah alasan mengapa perencanaan keluarga penting:

#1 Memproyeksikan Tujuan Keuangan

Tujuan keuangan pribadi merupakan kompas yang memandu menuju masa depan yang lebih baik.

Dalam jangka pendek, individu perlu menetapkan target spesifik yang ingin dicapai dalam satu tahun ke depan. Sementara itu, dalam jangka panjang, individu perlu memvisualisasikan kondisi keuangan keluarga ideal dalam sepuluh tahun mendatang7.

Simak video ini untuk ketahui apa saja yang perlu diatur dalam keuangan keluarga.

#2 Prioritas Keuangan

Alokasi anggaran merupakan langkah fundamental dalam perencanaan keuangan yang efektif. Tahap awal yang krusial adalah mengidentifikasi dan memprioritaskan seluruh pos pengeluaran, mulai dari kebutuhan primer hingga sekunder.

Dengan menyusun daftar prioritas yang terstruktur, individu dapat mengoptimalkan pengelolaan arus kas, baik pendapatan maupun pengeluaran.

[Baca Juga: Memutuskan Childfree? Ini Latar Belakang, Dampak, dan Persiapannya Bagi Setiap Pasangan]

#3 Konsultasi Keuangan

Dibandingkan merancang perencanaan keuangan keluarga secara mandiri, berkonsultasi dengan perencana keuangan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kondisi finansial Anda.

Melalui sesi konsultasi bersama perencana keuangan Finansialku, Anda tidak hanya memperoleh rekomendasi, tetapi juga analisis mendalam terkait kesehatan finansial, strategi pengelolaan investasi, penentuan tujuan keuangan yang terukur, dan perencanaan aksi yang konkret.

Seluruh data finansial yang Anda berikan selama proses konsultasi akan dijamin kerahasiaannya. Para perencana keuangan bersertifikat (Certified Financial Planner atau CFP®) Finansialku menjunjung tinggi etika profesi dan prinsip kerahasiaan klien.

Informasi yang Anda bagikan akan digunakan secara eksklusif untuk kepentingan konsultasi dan tidak akan diungkapkan kepada pihak mana pun.

Hidup Sejahtera Sesuai Pilihan

Fenomena childfree Gen Z dan Milenial merupakan cerminan perubahan sosial dan ekonomi yang kompleks.

Keputusan untuk tidak memiliki anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pertimbangan finansial, keinginan untuk mengejar karier, serta nilai-nilai individualisme yang semakin kuat.

Bagi pasangan yang merencanakan memiliki anak, perencanaan keuangan keluarga yang matang sangat krusial.

Pasalnya, habit ini dapat membantu mencapai ketahanan finansial yang memungkinkan hidup nyaman, termasuk memenuhi pendidikan anak dan persiapan masa pensiun.

Jika butuh bantuan dalam merencanakan keuangan keluarga, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan Finansialku.  Hubungi Finansialku di nomor WhasApp 0851 5866 2940 untuk informasi lebih lanjut mengenai konsultasi keuangan.

Disclaimer:  Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi. 

Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Demikian pembahasan tentang fenomena childfree Gen Z dan Milenial. Sampaikan tanggapan Anda di kolom komentar di bawah ini.

Jangan lupa bagikan artikel ini di media sosial agar lebih banyak yang tahu. Terima kasih!

Editor: Ratna Sri Haryati

Sumber Gambar:

Cover – Freepik/master1305

Referensi Tambahan

Read Entire Article
Finance | Berita| Koran| Selebritis|