Fenomena karyawan terjerat pinjol kian mengkhawatirkan. Perusahaan perlu melakukan langkah preventif guna melindungi pekerjanya.
Mari pelajari dampak karyawan terjerat pinjol dan cara menghadapinya dalam ulasan Finansialku berikut ini!
Summary:
- Beban utang yang menumpuk menyebabkan stres dan kecemasan pada karyawan, mengurangi konsentrasi dan kinerja.
- Tindakan penagihan agresif dari pihak penagih utang pinjol dapat merusak citra perusahaan di mata klien, mitra bisnis, dan calon karyawan.
- Cara mengatasi karyawan yang terjerat pinjol bisa melalui program konseling keuangan, perjanjian kesepahaman antara karyawan dan perusahaan, hingga pelatihan manajemen keuangan.
Karyawan Terjerat Pinjol: Tanda Bahaya yang Perlu Diketahui HR dan Cara Mengatasinya
Gaji Naik, Tapi Tetap Pinjam Uang?! Kenapa Banyak Karyawan Terjerat Pinjol, dan Apa yang Bisa HR Lakukan Sebelum Terlambat
Gaji naik bukan jaminan hidup tenang. Banyak HR bangga dengan kebijakan kenaikan upah tahunan, tapi di balik itu, jumlah karyawan yang terjerat pinjaman online (pinjol) justru meningkat.
Kedengarannya aneh, ya? Tapi data membuktikan: makin tinggi penghasilan, makin besar kemungkinan seseorang punya pinjaman konsumtif — terutama di kalangan pekerja muda.
Fenomena ini bukan sekadar masalah pribadi. Pinjol bukan cuma menghantui rekening karyawan, tapi juga menggerogoti produktivitas, mental, dan kultur kerja secara perlahan.
Fenomena Pinjol di Kalangan Karyawan Indonesia
Pinjaman online dulu dianggap solusi darurat. Sekarang, jadi gaya hidup. Data dari OJK (2025) mencatat, total akumulasi pinjaman aktif dari pinjol di Indonesia tembus Rp60 triliun, dan 45% di antaranya berasal dari kalangan pekerja usia 21–35 tahun — artinya: karyawan muda, produktif, dan berpendidikan.
Semakin meningkatnya minta untuk melakukan pinjaman online, semakin besar juga risiko gagal bayar akibat terlalu besarnya jumlah pinjaman.
Berikut data per tahun 2025 terkait dengan gagal bayar pinjol.
Berdasarkan data terbaru, milenial dan Gen Z kini tercatat sebagai kelompok penyumbang terbesar gagal bayar (galbay) pinjaman online (pinjol) di tahun 2025. Sekitar 37% kredit macet pada akhir 2024 hingga awal 2025 berasal dari individu berusia 19-34 tahun.
Fenomena ini umumnya dipicu oleh konsumsi gaya hidup, di mana lebih dari separuh Gen Z menggunakan pinjol untuk memenuhi kebutuhan konsumtif seperti pembelian gadget dan aktivitas hiburan lainnya, didorong oleh keterbatasan akses ke perbankan konvensional.
Menariknya, peningkatan kasus gagal bayar lebih banyak disebabkan oleh pengguna lama daripada pengguna baru yang mungkin lebih terdampak tekanan ekonomi (Esq News). Data OJK menunjukkan bahwa pada Agustus 2024, tingkat wanprestasi di atas 90 hari (TWP90) untuk kelompok usia 19-34 tahun mencapai 37,17%. Pada Maret 2025, total outstanding kredit macet pinjol perseorangan tercatat Rp 1,65 triliun. Rinciannya, kredit macet lebih dari 90 hari pada kelompok usia 19-34 tahun mencapai Rp 794,41 miliar, sedangkan kelompok usia 35-54 tahun mencapai Rp 725,26 miliar. Jika digabungkan, kedua kelompok usia ini menyumbang Rp 1,51 triliun atau sekitar 91,92% dari total kredit macet pinjol pada periode tersebut.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah berulang kali mengingatkan masyarakat, khususnya Gen Z dan milenial, untuk tidak terlibat dalam gerakan galbay, mengingat implikasinya yang luas—mulai dari kesulitan pengajuan kredit hingga potensi hambatan dalam karier. Selain itu, OJK telah menginstruksikan penyelenggara pinjol untuk meningkatkan literasi dan pemahaman risiko dengan memasang peringatan resmi di situs web serta aplikasi mereka, sebagai upaya mitigasi risiko gagal bayar di kalangan konsumen.
Kenapa bisa Karyawan Terjerat Pinjol?
#1 Akses terlalu mudah.
Cukup KTP, klik, cair.Dalam hitungan menit, dana masuk rekening — tanpa perlu HRD, tanpa jaminan, tanpa pikir panjang. Bahkan dibeberapa e-commerce menyediakan potongan cashback/diskon jika kita menggunakan paylatter. Jadi secara tidak langsung kita di rujuk untuk melakukan pinjaman online jika mau mendapatkan diskon.
#2 Normalisasi di media sosial.
Pinjol sudah bukan hal tabu. Banyak influencer bahkan “ngasih tips” pakai pinjaman buat gaya hidup. Akibatnya, batas antara kebutuhan dan keinginan makin kabur.
#3 Tekanan gaya hidup kantor.
Kopi 50 ribuan, outfit kerja harus stylish, nongkrong tiap Jumat — semua tampak wajar di lingkungan profesional muda.Padahal, dompetnya belum tentu siap. Pinjol modern itu bukan lagi masalah kemiskinan — tapi masalah persepsi. Banyak karyawan terjebak bukan karena butuh, tapi karena tidak ingin terlihat tertinggal.
Sebenarnya Pinjol itu sangat bermanfaat jika digunakan secara bijak, bisa menjadi alternatif untuk mengatasi masalah keuangan kita, namun kebanyakan orang, kemudahan ini disalah gunakan untuk keperluan yang sifatnya konsumtif dan tidak mendesak. Akibatnya menimbulkan banyak masalah dari sisi hutang.
Dampak Karyawan Terjerat Pinjaman Online
Masalah pinjaman online (pinjol) tidak hanya menjadi beban pribadi bagi karyawan yang terjerat, namun juga perusahaan. Salah satu dampak paling nyata adalah terganggunya produktivitas dan reputasi perusahaan.
Berikut adalah dampak karyawan terjerat pinjol yang perlu diwaspadai:
#1 Menghubungi dan Merusak Reputasi Kantor
Pihak penagih utang dari pinjol sering kali melakukan penagihan secara agresif, termasuk menghubungi tempat kerja karyawan. Tindakan ini tidak hanya mengganggu konsentrasi karyawan yang bersangkutan, tetapi juga menciptakan suasana yang tidak nyaman bagi rekan kerja lainnya.
Tindakan penagihan yang dilakukan di tempat kerja dapat merusak citra perusahaan di mata klien, mitra bisnis, dan calon karyawan. Perusahaan akan dianggap tidak profesional dan tidak mampu mengelola masalah internal dengan baik.
Dalam beberapa kasus, tindakan penagihan yang berlebihan dapat berujung pada tuntutan hukum. Hal ini tentu saja akan menimbulkan kerugian finansial bagi perusahaan.
[Baca Juga: Kena Galbay Pinjol? Ini Solusi Terbaik Mengatasinya]
#2 Penurunan Produktivitas
Beban utang yang menumpuk menyebabkan stres dan kecemasan yang berkepanjangan. Saat karyawan terjerat pinjol, mereka menjadi kurang konsentrasi, kemampuan berpikir jernih menurun, dan kinerja terhambat.
Akibat kurang fokus dan stres, kualitas pekerjaan yang dihasilkan pun menjadi menurun. Hal ini dapat berdampak pada kepuasan pelanggan dan kerugian finansial bagi perusahaan.
#3 Masalah Disiplin
Dalam upaya untuk melunasi utang, beberapa karyawan nekat melakukan berbagai hal.
Karyawan yang terdesak secara finansial mungkin melanggar peraturan perusahaan demi mendapatkan uang tambahan, seperti absensi tanpa izin atau melakukan pekerjaan sampingan saat jam kerja.
[Baca Juga: 3+ Cara Mengatur Keuangan Karyawan dengan Gaji Tetap Tiap Bulan]
#4 Meningkatnya Absensi
Stres akibat masalah keuangan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental, sehingga karyawan terpaksa mengambil cuti sakit.
Karyawan juga mungkin absen dari kerja untuk mengurus masalah utang, seperti bertemu dengan penagih utang atau mengajukan penjadwalan ulang pembayaran.
#5 Perpecahan di Tempat Kerja
Rekan kerja yang merasa terganggu dengan tindakan penagihan atau perilaku karyawan yang bermasalah mungkin akan merasa marah dan dendam.
Akibatnya, suasana kerja menjadi tegang dan tidak harmonis akibat masalah utang yang dialami oleh salah satu anggota tim.
Ilustrasi karyawan terjerat pinjol. Sumber: Freepik/jcomp
#6 Dampak Psikologis
Beban utang bisa menyebabkan beberapa dampak psikologis, antara lain:
- Beban utang yang berat dapat memicu depresi dan gangguan mental lainnya.
- Karyawan yang terjerat pinjol sering kali merasa cemas dan khawatir tentang masa depan.
- Kegagalan dalam melunasi utang dapat menyebabkan hilangnya motivasi kerja dan rasa percaya diri.
Menurut survei PwC Financial Stress Index 2025, karyawan yang mengalami tekanan keuangan berat kehilangan rata-rata 4 jam produktif per minggu. Kalau satu tim terdiri dari 10 orang, itu setara 1 karyawan “hilang” setiap minggu. Produktivitas nggak bisa tumbuh di bawah tekanan utang — apalagi kalau utangnya berbunga harian.
Tanda-Tanda Karyawan Anda Terjerat Masalah Keuangan
HR sering nggak sadar, tapi tanda-tandanya sebenarnya kelihatan jelas — asal tahu apa yang dicari.
#1 Lembur tanpa alasan yang jelas
Mereka bukan mengejar target, tapi mengejar uang lembur. Lembur terus tanpa hasil signifikan bisa jadi sinyal tekanan finansial.
#2 Mulai sering pinjam uang antar rekan kerja
Awalnya kecil — “boleh pinjem 200 ribu dulu” — tapi lama-lama jadi pola. Dan terus dilakukan, akhirnya semakin besar hutang dan kesulitan dalam membayar hutang.
#3 Perubahan perilaku finansial mendadak
Dari konsumtif jadi superhemat, atau sebaliknya, mendadak boros — keduanya bisa indikasi stres finansial.
#4 Sering menerima panggilan pribadi misterius
Terutama yang berulang dari nomor tak dikenal. Bisa jadi itu debt collector pinjol yang mulai menagih.
#5 Menurunnya performa tapi sulit dijelaskan secara profesional
Kalau performa drop tanpa sebab jelas, bisa jadi sumbernya bukan masalah kerja, tapi tekanan pribadi. HR nggak perlu tahu detail isi rekening karyawan — tapi perlu tahu kapan seseorang sedang kehilangan kendali finansial.
Apa yang Bisa Dilakukan HR untuk Membantu Karyawan Terjerat Pinjol
Pinjol bukan penyakit yang bisa diatasi dengan motivasi saja. Karyawan yang sudah terjerat butuh dukungan sistematis — bukan penghakiman. Berikut langkah nyata yang bisa HR lakukan:
#1 Ciptakan ruang aman untuk bicara
Kebanyakan karyawan malu mengaku. Buka jalur komunikasi yang rahasia, misalnya lewat form anonim atau konselor internal. Tujuannya bukan menghukum, tapi menolong.
#2 Sediakan akses ke konseling keuangan
Bekerja sama dengan Certified Financial Planner (CFP) atau lembaga independen untuk memberikan layanan Financial, Misalnya: restrukturisasi utang, rencana keluar dari jerat pinjol, dan edukasi cash flow dasar.
Program Employee Financial Wellness dari Finansialku menawarkan berbagai solusi yang dapat diadaptasi sesuai kebutuhan, seperti seminar keuangan, financial check-up, dan pelatihan trainer internal.
Dengan mengikuti program ini, karyawan memperoleh pengetahuan serta keterampilan dalam mengelola keuangan sehingga mampu mencapai kesejahteraan finansial. Pada akhirnya, perusahaan turut memperkuat fondasi keuangannya sekaligus meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan. Cari tahu lebih lanjut mengenai program ini melalui WhatsApp 0896-3791-0833 atau klik banner di bawah ini.
Dengan semakin banyaknya pilihan program pelatihan keuangan yang tersedia, perusahaan dapat menyesuaikan kebutuhan pelatihan sesuai dengan profil dan kebutuhan karyawan masing-masing.
#3 Edukasi soal risiko pinjol ilegal
Gunakan media internal (newsletter atau grup chat kantor) untuk mengedukasi perbedaan pinjol legal vs ilegal. Banyak kasus bermula karena karyawan nggak tahu. Perusahaan sebaiknya menyelenggarakan program pelatihan manajemen keuangan secara berkala bagi seluruh karyawan. Pelatihan ini dapat mencakup materi seperti budgeting, perencanaan keuangan jangka panjang, dan cara menghindari jebakan utang.
Pelatihan Manajemen Keuangan dari Finansialku
Membangun Budaya Finansial Sehat di Tempat Kerja
Mengatasi pinjol bukan cuma soal memadamkan api, tapi mencegah percikan pertama. HR bisa mulai membangun kultur finansial sehat lewat beberapa langkah strategis:
#1 Normalisasi obrolan tentang uang
Hilangkan stigma bahwa ngomongin keuangan itu tabu. Bikin sesi santai seperti “Ngopi Finansial Jumat Siang” untuk bahas topik ringan: dana darurat, budgeting, investasi.
#2 Gunakan storytelling, bukan ceramah.
Karyawan lebih mudah relate ke kisah nyata ketimbang teori.Misalnya: “Bagaimana saya keluar dari jerat paylater dalam 6 bulan..
#3 Libatkan manajemen puncak
Kalau bos ikut cerita soal kebiasaan keuangan sehatnya, seluruh organisasi akan ikut meniru dan Monitor tanpa menginvasi privasi
Budaya finansial sehat bukan berarti semua harus kaya. Tapi semua merasa aman, terkendali, dan nggak dikejar utang.
HR Berperan Penting dalam Membangun Karyawan Sejahtera dan Fokus Finansial
Masalah pinjol bukan sekadar isu pribadi, tapi krisis kepercayaan finansial di era modern. Karyawan yang kepepet hutang bukan selalu karena malas, tapi karena sistem dan lingkungan tidak mendukung pilihan yang sehat.
Dengan empati, kebijakan yang berpihak, dan edukasi finansial yang nyata, HR bukan cuma menyelamatkan karyawan tapi juga masa depan bisnis itu sendiri. Di era di mana klik bisa jadi utang, perusahaan yang memberi ruang untuk edukasi adalah perusahaan yang benar-benar peduli. Karena pada akhirnya, karyawan yang tenang finansialnya — itulah pondasi bisnis yang tahan krisis.
Perusahaan dapat menggandeng perusahaan penyedia jasa layanan training edukasi keuangan yang tepat untuk membantu dalam menyediakan edukasi yang informatif bersama dengan tenaga professional seperti Finansialku.

3 days ago
12



















































