Dosen FAI Unismuh Makassar Raih Doktor, Tawarkan Konsep Tawaqquf Majelis Tarjih Muhammadiyah

5 hours ago 2

    INIPASTI.COM,  Makassar — Dosen Program Studi Ahwal Syakhsiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Zainal Abidin, S.H., M.H., resmi meraih gelar Doktor Syariah Hukum Islam dari Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Sidang promosi digelar pada Kamis 16 Oktober 2025, di Aula Lantai 1 Program Pascasarjana UIN Alauddin.

    Sidang promosi doktor di Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar dipimpin oleh Prof. Dr. H. Hasyim Haddade, S.Ag., M.Ag., yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.

    Dalam menulis disertasi, Zainal dibimbing oleh promotor utama yakni Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT, M.S., didampingi oleh Prof. Dr. H. Muhammad Shuhufi, M.Ag. dan Prof. Dr. Hj. Darmawati H., M.H.I. sebagai co-promotor.

    Adapun tim penguji eksternal dihadirkan dari luar kampus, yakni Assoc. Prof. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., M.A (Unismuh Makassar), sementara penguji internal terdiri atas Prof. Dr. H. Hamzah Hasan, M.H.I., Prof. Dr. Misbahuddin, M.Ag., dan Assoc. Prof. Dr. H. Abdul Wahid Haddade, Lc., M.H.I.

    Dalam sidang terbuka promosi doktor, Zainal berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Konsep al-Tawaqquf dalam Ijtihad Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah Perspektif Empat Imam Mazhab.” Karya ilmiah ini mendapat apresiasi tinggi dari tim penguji karena dinilai memberi kontribusi penting terhadap pengembangan metodologi ijtihad kontemporer, khususnya dalam lingkungan Muhammadiyah dan studi hukum Islam modern.

    Disertasi Bernilai Strategis

    Dalam penelitiannya, Zainal mengkaji konsep al-tawaqquf — sikap menunda pemberian putusan hukum atau fatwa ketika belum ditemukan dalil yang kuat, atau ketika terdapat kontradiksi antardalil. Ia menelaah penerapan konsep tersebut dalam praktik ijtihad Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dengan membandingkan pendekatan empat mazhab besar Islam: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.

    Zainal menjelaskan bahwa Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah memiliki corak metodologis tersendiri dalam memahami tawaqquf. Dalam kerangka manhaj tarjih, Muhammadiyah menempatkan tawaqquf sebagai hierarki keempat dalam proses pengambilan keputusan hukum — sebagai bentuk kejujuran intelektual di hadapan keterbatasan dalil.

    “Majelis Tarjih memilih menunda keputusan bukan karena ragu, tetapi karena ingin memastikan setiap fatwa memiliki dasar yang kokoh dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan moral,” ujar Zainal dalam sidang promosi.

    Menurutnya, sikap ini menunjukkan kematangan metodologis dan tanggung jawab sosial Muhammadiyah untuk menghindari fatwa spekulatif. Konsep tawaqquf yang dikembangkan Muhammadiyah, lanjutnya, dapat menjadi model bagi lembaga fatwa lain dalam menempatkan keterbatasan nalar di hadapan nash syariat ketika terjadi ta‘arud al-adillah atau belum kuatnya basis data hukum.

    Aktivis Persyarikatan

    Sebagai dosen muda, Zainal dikenal aktif dalam kegiatan akademik dan dakwah. Ia merupakan Wakil Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mamajang, sekaligus Pembina Markaz Al-Qur’an Nurudda’wah Muhammadiyah Mamajang serta Manajer Operasional Markaz Al-Qur’an Sitti Zainab di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Di lingkungan kampus, ia pernah menjabat Kepala Bidang III Ma’had Al-Birr dan Ketua Divisi Tilawah dan Tahfiz LP3AIK Unismuh Makassar.

    Selain itu, Zainal juga aktif dalam struktur organisasi Muhammadiyah. Ia kini menjabat sebagai Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kota Makassar, Ketua Divisi Pembinaan Masjid LPCR-PM PWM Sulawesi Selatan, serta Wakil Ketua PCM Mamajang. Keterlibatannya di berbagai lini menjadi bukti sinergi antara intelektualitas akademik dan gerakan dakwah khas kader Muhammadiyah.

    Dari Desa Pulau Kecil ke Podium Doktor

    Zainal Abidin lahir dan besar di Desa Pulau Kecil, Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau — daerah pesisir terpencil yang jauh dari hiruk-pikuk kota. Perjalanan panjangnya dari sekolah dasar di desa, pesantren modern di Jawa Timur, hingga akhirnya meraih gelar doktor di Makassar menjadi kisah inspiratif bagi generasi muda.

    “Gelar ini saya persembahkan untuk orang tua, keluarga, para guru, dan semua pihak yang telah membimbing serta mendoakan saya. Semoga menjadi ladang amal jariyah dan membawa keberkahan,” tuturnya usai sidang promosi doktor.

    Read Entire Article
    Finance | Berita| Koran| Selebritis|